Menilik waktu di relung rindu
Putaran indah kian mengangakan luka
Meski sekilas naas melenakan bahagia
Larut dalam sendu lantas disambut ria oleh lara.
-:-
=========================PENYATU RASA - FUCK BOY KELAS ATAS
"Jadi maksud kedatangan gue kemari itu...," jelas Danendra, ia sengaja menggantung kalimatnya.
Itu dikarenakan, kakak beradik yang sedari tadi menatap Danendra dengan pandangan menyalak. Seperti gorila yang hendak menelannya hidup-hidup, begitu salah kata.
"Kalian segitunya ya terpesona dengan ketampanan gue! I see!" sanjung Danendra pada dirinya sendiri.
"HUEK!"
"OHOK! OHOK!"
"Lo nemuin orgil ini dimana sih Sya?" celetuk Ramdan yang mulai ketar-ketir menghadapi sifat Danendra yang pd bukan main.
"Nemu di kolong jembatan kayaknya deh kak, makanya tuh mulut ngga di sekolahin," sambung Sasya dengan ekspresi muka menahan mual.
"Sirik aja kalian, gue serius nih. Pak haji udah naik haji belum sih sebenernya?" lontar Danendra dengan muka polos minta di gibeng.
Sasya meremat gelas berisi jus jeruk dengan perasaan pasrah, ingin sekali menyiram muka Danendra dengan air ini.
"Eh orgil yang dibuang ke kota orang, mending lo balik ke perut mami lo aja deh. Kayaknya pas pembagian jatah pinter, lo kelewatan!" keluh Ramdan yang hanya bisa menggigit ujung kaosnya.
"Kak, tangan aku gatel bangen pen nampol muka polosnya nih," adu Sasya sambil menggaruk-garuk telapak tangannya.
"Dih, emang gue salah apa?"
Lagi-lagi Danendra melontarkan candaan diluar batas kemampuan.
Sasya mendesah lemah, apa benar ini sosok Danendra yang sesungguhnya? Kemana perginya pria dingin nan angkuh saat pertama jumpa dengannya?
"Shit! Bisa ketularan gila gue lama-lama!" tutur Ramdan angkat tangan.
Dengan bersungut-sungut Ramdan pergi meninggalkan Sasya dan Danendra, melanjutkan game konsol yang ia jamin lebih menarik ketimbang punya penyakit darah tinggi gegara mendengar alunan suara bak kentut milik Danendra.
#RUANG TAMU SASYA'S HOME#
Selepas kepergian Ramdan, suasana menjadi hening. Danendra juga sudah tak lagi mengeluarkan peribahasanya.
"Seneng lo?" tanya Danendra sambil menenggak jus jeruk buatan Sasya.
"Apa-apaan sih lo tadi? Bikin mules tau ngga?" omel Sasya yang masih terngiang-ngiang pertanyaan konyol Danendra.
"Gue sengaja," timpal Danendra, dalam sekejap mata pria itu sudah duduk di samping Sasya.
Sasya yang masih terpaku hanya menatap heran.
"Iya gue sengaja biar abang lo ngga gangguin kita," dalih Ramdan yang sukses membuat Sasya tercengang.
"Dasar muka dua!" bentak Sasya.
"Ssst, jangan kenceng-kenceng nanti dia kesini. Dan gue ngga bisa leluasa buat deketin lo. Haha!" larang Danendra, padahal dirinya sendiri juga berbicara dengan intonasi tinggi.
"Minggir sono jangan deket-deket, gue nggak mau ketularan miring kayak lo!" tukas Sasya sambil menggeser posisi duduknya.
"Ngga apa-apa, semakin deket malah kita bisa berbagi kehangatan bersama," timpal Danendra dengan senyum sejuta watt.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyatu Rasa [Selesai]
Romance⚠ CERITA LENGKAP ☑ FOLLOW SEBELUM BACA Danendra Ardana. Kehadiran lo dalam hidup gue bener-bener ngebuat gue bingung, kenapa lo jahat sekaligus baik? Banyak pertanyaan yang harusnya gue cari tahu kebenarannya, tapi lo ngga pernah menjadi satu sosok...