PENYATU RASA
____________________________"Kita mau kemana?" tanya Sasya begitu tau jalan yang Danendra ambil berlawanan arah dari jalan pulang ke rumahnya.
Danendra mengendurkan gas, kemudian menatap Sasya sekilas. "Kamu udah cantik gini, sayang kalo ngga dibawa main." ucap Danendra, yang tentu saja membuat Sasya melotot.
"Maksud lo apaan dah?!" tanya Sasya menyalak. Danendra yang tadi tak berpikiran ke sana, sekarang tersenyum miring.
"Gue ngga tahan, Sya. Mau ya?" timpal Danendra dengan senyum mencurigakan tertoreh di bibirnya.
Sasya membatin, "Anjir! Ngga boleh! Aduh harus keluar dari mobil. Sial dikunci!"
Danendra yang sedang fokus menyetir, menyadari pergerakan aneh melalui ekor matanya. Lalu nampaklah Sasya yang kini posisi duduknya sudah seperti nemplok di kaca mobil.
"BWAHAHAHA! Ngga bisa kemana-kemana kan lo!"
••••
#ARDANA SKY RESTORANO#
Mata Sasya membola, keindahan memantul dari pupil matanya. Gemerlap kota Jakarta yang tak pernah padam menjadi alasan utama Danendra mengajak Sasya dinner disalah satu restoran bintang sepuluh.
Dari sudut gedung terbaik ini, panorama kota terlihat sangat oriental. Ngga kalah sama negara-negara maju di eropa sana, Sasya yang masih terpukau dengan keindahan itu tak menyadari dirinya mematung di tepi kaca besar.
"Ada yang lebih indah loh, duduk dulu tapi" celetuk Danendra.
"Apaan?"
"Di depan gue ini, ada yang lebih indah, cantik, menawan. Emm apa lagi yah... Aih susah banget ya mikirin gombalan, biasanya aku cuma mikirin kamu sih!"
Sasya duduk dengan tercengang, 'Barusan gue ngga salah denger?'
"Kalau ngeliat kamu hawanya kayak ngeliat kamera deh." lanjut pria itu antusias.
"Kenapa?" tanya Sasya menyipitkan mata.
"Yaa bawaannya pengin senyum terus... Hehe." Danendra menyengir kuda. Sasya belum bisa mencerna tingkah Danendra yang satu ini.
Seakan belum cukup, "Oh iya, minum dulu gih. Ngga capek apa lari-lari dipikiran aku?"
Sasya Syok.
"Kamu mau pesen menu apa? Aku saranin sih menua bersamaku aja gimana?"
Sasya meletakkan buku menu ke meja, menatap Danendra dengan alis terangkat.
"Dasar buaya lo! Gue perempuan keberapa yang lo gombalin hah? Ngaku lo!" cecar Sasya.
Danendra cemberut, "Neng, aa teh serius tau."
"Udah ah, gue ngga mau ya ada cinta-cintaan. Kalau bukan karena Kakak, gue bakalan ogah ketemu lo." sergah Sasya saat Danendra berusaha memenangkan hatinya.
Pria itu menarik senyumnya, inilah topeng sebenarnya. Danendra dengan ekspresi datarnya, monster penakluk wanita.
"Gue minta maaf ya Sya, gue kalo nyangkut urusan Princess jadi kalap. Gue kehilangan jati diri gue. Sorry, i will fix it. Give me one change, Sya. Gue mohon..." *(saya akan memperbaikinya, beri saya kesempatan.)
Sasya menekuk mukanya, penghinaan itu masih terasa menyakitkan dihatinya.
"Hmm, meskipun begitu. Gue ngga mau hari ini rusak karena kejadian waktu itu, kali ini lo gue maafin. Ngga tau deh besok-besok." ucap Sasya saat suasana semakin canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyatu Rasa [Selesai]
Romance⚠ CERITA LENGKAP ☑ FOLLOW SEBELUM BACA Danendra Ardana. Kehadiran lo dalam hidup gue bener-bener ngebuat gue bingung, kenapa lo jahat sekaligus baik? Banyak pertanyaan yang harusnya gue cari tahu kebenarannya, tapi lo ngga pernah menjadi satu sosok...