Chapter sebelumnya:
Ramdan tentu saja merasakan sakitnya. Setiap Sasya menangis, hatinya ikut terkoyak. Ia hanya mampu memberikan pelukan yang akan menenangkan Sasya barangkali hanya sejenak.
-;-
===========================
PENYATU RASA - SIAPA YANG BERTAMUSemenjak hari itu, Sasya berubah menjadi pendiam. Ia lebih sering mengurung diri di kamar, bahkan Ramdan seperti tak mendengar adanya aktivitas di dalam kamar Sasya.
Tok tok tok
"Sya... Kakak boleh masuk?" teriak Ramdan dari luar kamar.
"..." hening, tak ada jawaban.
"Sya?..., Kakak tahu kamu di dalam, Kakak masuk ya Sya."
Ceklek
"What the ..., Sya! Kenapa kamar kamu jadi tempat pengepulan tisu dadakan gini?!"
Teriak Ramdan dari ambang pintu, saat melihat keadaan kamar Sasya yang sangat berantakan. Guling dan tissue berceceran di lantai, sungguh mengenaskan.
"Sya? Are you okay?" tanya Ramdan memastikan.
Namun melihat kamar Sasya yang sudah mirip kapal pecah ini, Ramdan langsung menghampiri Sasya.
Sasya tengah tidur tengkurap, Ramdan duduk di sisi kasur.
"Sya...," Ramdan mengelus rambut Sasya dengan lembut.
"Kamu ngga salah Sya..." tenang Ramdan.
"Kakak yang salah, Kakak ngga bisa jadi Kakak yang terbaik buat kamu Sya..., maafin Kakak ya..." Ramdan menyalahkan dirinya karena tidak becus dalam menjaga adiknya.
"Kakak tau kamu ngga tidur, maafin Kakak ya Sya..." Ramdan meraih tangan kiri Sasya, kemudian mengecupnya penuh kasih sayang.
"Kakak..."
Sasya bangun, kemudian memeluk tubuh Kakaknya dengan kuat. Ia takut jika Kakaknya bilang seperti itu, seolah-olah Ramdan akan pergi jauh darinya.
"Maafin Sasya Kak... Sasya egois banget ngga mikirin perasaan Kakak...."
Sasya menangis sesenggukan di dada Ramdan.#SECRET HOME#
Danendra mendatangi sebuah rumah dengan sebuket bunga yang ia sembunyikan di belakang tubuhnya.
"Spada... Ada orang di dalam?"
Pria itu melongok ke kaca jendela, yang berada di samping pintu. Bertepatan dengan aksinya, ada seseorang juga yang melongok dari dalam.
"MAEMUNAH! Kaget gue njir!" amuk Danendra, bahkan bunga yang di pegangnya hampir terhempas.
Huh untung ngga serangan jantung! Siapa si tuh orang? Gue kira nyomet, eh monyet.
Selesai dengan gerutuannya, pintu rumah terbuka. Tidak lebar, hanya muat kepala doang.
"Siapa?" tanya Ramdan dengan tampang tak berdosa melongok dari celah pintu.
"Eh nyomet, buka dulu kali pintunya!" kesal Danendra yang hanya ditanggapi dengan Ramdan yang cekikikan.
"Eh tadi lo kaget ya?! Haha! Harusnya gue videoin lo biar semua orang di UI tau tampang bloon lo!" ledek Ramdan dengan terus terkikik geli.
"Sialan lo! Sini adepin gue langsung, belum gue pukul aja udah ambruk lo! Dasar cowok payah!" balas Danendra yang langsung membuat mental Ramdan hancur seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyatu Rasa [Selesai]
Romantizm⚠ CERITA LENGKAP ☑ FOLLOW SEBELUM BACA Danendra Ardana. Kehadiran lo dalam hidup gue bener-bener ngebuat gue bingung, kenapa lo jahat sekaligus baik? Banyak pertanyaan yang harusnya gue cari tahu kebenarannya, tapi lo ngga pernah menjadi satu sosok...