PENYATU RASA - STICKY NOTE
__________________________Setelah dibuat meleyot atas tingkah laku Danendra, Shasya diantar pulang ke rumah dalam keadaan sehat walafiyat. Tanpa ada lecet sedikitpun.
"Buruan masuk, ntar kedinginan kena angin malem," perintah Danendra pada Sasya yang tengah melepas helm dari kepalanya.
"Sabar dong, kena angin malem udah biasa gue mah," balas Sasya dengan senyum congkak.
"Anak gadis kayak lo ngga boleh keluar malem— kecuali sama gue," sambung Danendra yang mengundang cubitan ganas di lengannya.
"Wew! Dasar cowok!" kesal Sasya. "Cowok ganteng kan?" sambar Danendra dengan gaya sok cool menyisir rambutnya dengan lima jemari kekarnya.
'Memang tampan sih,' batin Sasya menjerit.
Sasya menggelengkan kepalanya, pria itu tersenyum kelewat lebar. Hingga Sasya merasa takut atas perubahan sikap Danendra.
"Udah ah, lama-lama banyak setan disini. Bye!" tukas Sasya lalu buru-buru masuk ke dalam rumah.
Di balik pintu, Sasya memegangi dadanya yang berdegup kencang. "Astaga! Gue liat apa barusan? Setan? Oh God he like's Demon! Tapi ganteng! Hah Kakak! Sasya udah mulai gila!" racau Sasya lalu mencari keberadaan kakaknya.
Sementara Danendra hanya tersenyum simpul. Sekejap dia menatap rumah Sasya dengan datar dan alis terangkat, lalu kuda besinya melesat membelah jalanan yang sudah lengang.
••••
"Kak Ramdan!"
Sasya meneriaki kamar Ramdan sebelum akhirnya membuka pintu secara paksa.
BRAK! Pintu terbuka lebar, biasanya Ramdan sedang berada di pojokan kamarnya; disoroti cahaya monitor laptop yang membuatnya tampak seperti hantu di tengah kegelapan yang mencekam. Jika tidak, dia akan marah-marah saat Sasya menyalakan lampu kamarnya sesuka hati.
Kali ini Sasya dihadapkan dengan kehampaan, hawa dingin langsung menerpa permukaan kulit Sasya.
Dengan sedikit merinding, Sasya mengamati keadaan kamar yang berantakan, tumben sekali kamar Ramdan berantakan. Lantas dia segera mengecek ponsel dan membuka roomchat dengan kakaknya.
KAKAK GUE!
Terakhir dilihat hari ini!Kak Ram dimana?
Ada tugas kuliah?
Tumben banget nih ngga ngasih kabar😐23.32
"Kakak gue kemana sih? Aish apa dia ngambek gara-gara tadi gue lebih milih pergi?" Sasya menghentakkan kaki lalu pergi ke kamarnya sendiri.
Gadis itu tersenyum di depan cermin yang ada di kamar mandinya, "Cantik banget sih gue!" pujinya pada diri sendiri.
Dia menatap horor bathup yang kerannya masih dinyalakan. "Selain males, kalo mandi malem-malem pamali kan? Ngga mandi ah, hemat sabun hehe!" akhirnya Sasya mematikan keran dan hanya mencuci wajah dari sisa makeup-nya.
Hampir pukul dua belas Sasya mulai menguap lebar, namun dia tak mendapat kabar dari sang kakak. Dia juga merasa bersalah sudah membuat kakaknya khawatir.
Sasya tak dapat tidur malam ini, dia beranjak dari kasur menuju dapur. Tenggorokannya perlu dibasahi dengan air kehidupan, dia haus. Dalam pandangannya yang mulai mengabur, ketika tangannya sudah membuka kulkas dia merasa ada yang di tempel pada pintu kulkas.
Sasya menutup kulkas dan benar saja, ada tiga sticky note yang ditempel disana.
Sticky note pertama;
"Gue udah mikirin mateng-mateng, lo udah gede, lo juga udah bisa bedain mana yang baik dan mana yang ngga bener. Gue kali ini ngga akan ngelarang apa yang lo mau, sebab semakin dilarang malah lo semakin ngebantah."
Sticky note kedua;
"Mulai sekarang, Kakak ijinin lo buat ngerasain yang namanya kebebasan. Tapi inget! Bukan berarti pergaulan bebas atau semacamnya."
Sticky note ketiga;
"Oh iya mengenai cowok itu, Kakak pesen ke lo buat jaga jarak. Firasat Kakak jelek, kalo lo ngeyel ya bodo amat. Toh nanti lo juga yang bakal nanggung sendiri akibatnya. Selamat bersenang-senang Sasyanya Ramdan!"
"Ohok-ohok!"
Sasya terharu membacanya, sampai-sampai dia lupa tujuan utamanya ke dapur adalah untuk mengambil air.
Glek-glek!
Satu botol langsung tandas, Sasya melenguh lega. Dia kembali fokus dengan sticky note yang Ramdan buat.
Sembari memeluk sticky note berwarna kuning itu, Sasya berkata "Kakak gue emang beda! Huhu! Cuma kak Ramdan doang orang yang paling ngertiin gue!"
Sasya kembali ke kamarnya dengan perasaan senang, tapi ada yang janggal.
"Kenapa Kak Ram ngga ngomong langsung aja ke gue ya? Lagipula kemana dia keluar malem-malem gini? Biasanya juga ngga pernah. Ah bodo lah gue ngantuk banget!" akhirnya Sasyaa tertidur dengan pulas tanpa rasa bersalah.
••••
Keesokan paginya, Sasya berangkat sekolah seperti biasa. Menaiki bus yang sekarang menjadi langganannya, dia tak mau lagi memusingkan Alan yang tiba-tiba menghilang. Semakin dipikir malah semakin membuatnya gila.
"Danendra juga, kenapa dia ngga mau ngebahas soal Alan? Padahal tujuan gue kesana mau nyari informasi tentang dia! Ah sial gue jadi inget pas dia lagi masak!" monolog Sasya yang membuat semua orang dalam bus menatapnya heran.
Sasya buru-buru memalingkan wajah keluar kaca jendela.
Deg!
Lagi-lagi, di tempat yang sama dan di jam yang sama. Sasya melihat pengendara motor yang familiar di matanya.
Sasya tak mengenalnya, hanya saja sudah berkali-kali mereka berjumpa tanpa sengaja. "Hmm, tumben banget. Biasanya ada cewek yang ngebonceng tuh orang. Aneh deh..."
••••
Di SMA DHARMAWANGSA, begitu mendengar Sasya putus dengan Alan. Para cowok pentolan sekolah langsung mengambil tindakan, ada yang terang-terangan langsung menembak Sasya, ada yang diam-diam memberi perhatian lebih, ada pula yang menjadi secret admirer Sasya.
"Maklum sih , princes soalnya. Hahaha!" songong Sasya berlagak di depan sahabatnya.
Caca memonyongkan bibirnya, "Pd amat neng!"
"Yee, emang gue secantik itu ya Ca?" tanya Sasya mengundang baku hantam.
"Iya lo cantik banget Sya! Kaya sendal adek gue yang biasa dipake ke mesjid, lo tau ngga?"
"Ya mana gue tau?"
"Sini gue kasih tau, sendalnya tuh ga bakal di ambil orang deh gue jamin. Orang udah tipis, dekil, mau putus lagi hahah!"
"Apaan sih Ca ngga lucu. Menurut lo lawakannya Caca lucu ngga Fi?" tanya Sasya pada Fiya yang sedari tadi menyimak obrolan mereka. Sialnya Fiya malah menggelengkan kepalanya.
"Tuh kan!"
"Lu mah ngga asik! Gue ngambek bodo!"
Sasya sekarang benar-benar akan melupakan Alan, toh sekarang masih ada Caca yang menjadi penyemangatnya saat di sekolah.
Ada Ramdan yang selalu mensuportnya saat di rumah.
Dan terakhir, Danendra adalah sebuah tameng bagi Sasya.
"Gue ngga mau kehilangan kalian, cukup Alan aja yang pergi tanpa pamit. Meski hadirnya cuma ngebuat hati gue sakit!" ucap Sasya disela-sela tawa bahagianya.
===========================
IN MY IMAGINATION
27 September 2021
===========================
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyatu Rasa [Selesai]
Romance⚠ CERITA LENGKAP ☑ FOLLOW SEBELUM BACA Danendra Ardana. Kehadiran lo dalam hidup gue bener-bener ngebuat gue bingung, kenapa lo jahat sekaligus baik? Banyak pertanyaan yang harusnya gue cari tahu kebenarannya, tapi lo ngga pernah menjadi satu sosok...