"Princes memang milih gue, tapi tubuhnya masih milik Danendra."
"HAH?!"
Ya Tuhan!
"Gue sadar, gue tau hubungan gue emang ngga sehat. Tapi gue udah cinta mati sama Princes. Gue rela nungguin dia di luar apartemen Danendra, padahal mereka lagi asik-asiknya main. Gue rela nungguin mereka kelar-"
"Setiap hari bahkan, gue selalu jadi pelampiasan Princes kalo lagi bosen sama Endra."
"Setiap pagi gue selalu nganter dia pulang, bahkan waktu itu gue udah nunggu sampe siang, ternyata Princes lebih milih buat nginep di apartemen Endra."
"Wait!" potong Sasya, yang kini dilanda pening bukan main.
"Gue kurang apa sebagai cowok? Kurang sabar apa gue ngadepin sifatnya Princes? Gue suka banget sama dia, tapi dia nganggep gue ngga lebih dari pelampiasan doang."
"Lo ngga bercanda kan Kak?" tanya Sasya memastikan.
"Menurut lo gue bercanda?"
"Tapi kakak kenapa ngga nyari cewek lain aja? Diluar sana banyak kok cewek bener yang mau sama kakak!"
"Percuma. Gue udah nyoba berulang kali. Setiap gue mau pergi, Princes selalu narik gue lagi. Gue ngga bakal keluar dari lingkaran ini."
Gadis itu meremat kepala, otaknya belum mampu mencerna kenyataan semengerikan ini.
"STRES! KALIAN SEMUA GILA! NGGA ADA YANG WARAS!" teriak Sasya.
Kenzo yang sedari tadi mendengarkan ikut terkesiap, dia takut pacarnya akan terseret ke dalam hubungan yang tidak sehat ini.
"Sya! Mending lo ngga usah deket-deket lagi sama mereka. Sumpah gue ngga bakal mau ikut kalo ternyata mereka se-toxic ini!" seru Kenzo dengan mata hampir keluar.
"Ya mana gue tau bego! Kalau gue tau dari awal juga, gue ngga bakal ngajakin lo sama Caca!" kilah Sasya, matanya mulai berkaca-kaca.
Shit! Gue harus gimana?
Suasana mendadak senyap, ketiga orang itu sedang bergelut dengan batinnya masing-masing.
"Sasya, gue boleh minta tolong ngga ke lo?" ujar Leo setelah sekian lama dirundung kebisuan.
Sasya menoleh pasrah, "Minta tolong apa kak? Gue udah niat mau ninggalin Danendra tanpa pikir panjang!"
"Oh gitu yah, hmm iya sih. Gue udah nebak sih lo bakal nyerah." kelakar Leo yang menambah ketegangan semakin menjadi.
"Emang gue bisa apa Kak? Danendra sendiri yang bilang ke gue, hubungan kita cuma main-main doang. Gue juga ngga punya alasan spesifik buat misahin mereka, harusnya Kakak yang ngalah aja kan bisa?" runtut Sasya dengan pandangan menatap Leo.
Pria itu menghela nafas, ia sepertinya kecewa.
"Gue pikir, lo beda. Ternyata lo sama aja kayak yang udah-udah." ejek Leo dengan senyum yang meremehkan.
"Maksud Kakak apa ngomong kayak gitu?!" hardik Sasya tak terima.
Sementara Leo malah melempar kerikil-kerikil kecil di bawah kakinya ke api unggun di depan mereka, menampilkan mimik wajah putus asa. Seolah Sasya adalah harapan terakhirnya.
"Sasya, ya. Nama yang indah, gadis secantik lo emang lebih pantes buat ngedapetin cowok baik-baik di luar sana." monolog Leo.
Sasya menghela nafas panjang, apa yang harus dia lakukan sekarang? Pergi dari kehidupan Danendra atau meminum racun dengan tangannya sendiri, jika nekat mengikuti permintaan Leo?
"Udahlah Sya, gue sebagai temen lo bakal dukung lo sepenuhnya buat ngejauhin Danendra. Cowok brengsek kayak dia ngga bakalan berubah!" nasehat Kenzo, lalu pria itu bangkit dari duduknya.
"Abis ini gue ngga mau ikut campur lebih dalem. Ini urusan kalian, gue bakal ngawasin kalian dari jauh aja." pamit Kenzo, dari raut mukanya cowok itu jelas-jelas tak suka.
Sialan si Kenzo! Gue malah ditinggalin sama orang yang baru gue kenal!
"Hmm, Kak. Gue udah bilang ya Kak ngga bisa nolong Kakak. Ini masalah kalian, gue cuma pendatang yang ngga tau apa-apa soal hubungan toxic kalian."
"Kalo lo ngga bisa misahin Danendra sama Princes, lo mau ngga njalin hubungan sama Raka?"
Sasya membelalakkan mata. "Hah, yang bener aja kak! Jelas-jelas kakak sendiri yang bilang kalau Raka punya niatan buruk, buat ngehancurin hubungan Danendra kan?"
"Engga, gue pikir kalo Raka udah sama cewek. Mungkin dia juga bakal berhenti gangguin Danendra lagi," dalih Leo.
Nafas gadis itu memburu, pria di hadapannya ini patut saja dijauhi.
Dasar licik!
"Kak Leo! Kak Leo sadar ngga sih? Kakak itu cuma mentingin diri sendiri doang tau nggak! Kakak pikir, gue cuma penyatu rasa kalian doang?"
"Gue juga punya perasaan kak! Sama kayak kalian!"
Sasya murka, dikira Leo dia orang penurut yang bakalan gampang dihasut. Tidak! Sasya bukanlah orang seperti itu!
"Gue sekarang sadar, mungkin sifat Kakak yang selalu mentingin diri sendiri ini yang akhirnya ngebuat Kakak dijauhin orang-orang! Lo frek Kak!"
"Bye! Gue ngga punya niat buat iba! Dan gue ngga termakan cerita lo yang masih perlu dipertanyakan kebenarannya!"
Sasya pergi darisana, dengan amarah memenuhi aliran darahnya. Jika cinta memerlukan pengorbanan, kenapa dia yang tidak termasuk dalam pahlawan cinta harus berkorban?
"Gue masih punya perasaan!"
Argh!
Sasya mengacak rambutnya frustasi.
••••
Keesokan paginya, saat hawa dingin benar-benar menusuk tulang. Sasya ditugaskan untuk menjaga masakan yang telah siap saji.
Rencananya begitu sunrise tiba, semua anggota camp bisa sarapan sambil menikmati keindahan panorama alam.
Semalam Sasya tak bisa tidur, bahkan emosinya masih membeludak hingga sekarang.
"Oi bocah, ambilin gue makanan."
Perintah cewek yang Sasya tahu panggilannya adalah Princes.
Sasya mendecih. "Ngga boleh, makannya nanti nunggu yang lain." ketus Sasya.
Princes jelas tak terima, "Lo goblok banget sih! Gue lapernya sekarang bukan nanti!"
"Bodo! Itu sih urusan lo!"
Sasya menutup wadah makanan, dia akan melindungi teritorinya dengan sekuat baja.
"DASAR LONTE! Kasih gue makanannya sekarang!" bentak Princes nyaring.
Keributan itu memancing orang-orang untuk mendatangi sumber suara, termasuk Danendra Ardana.
"LO KALO MAU NGATAIN GUE LONTE NGACA DONG! DASAR BITCH! CEWEK MURAHAN!" hardik Sasya dengan suara melengking.
PLAK!
Satu tamparan keras mendarat dipipi Sasya, gadis itu terhuyung ke samping.
BRAK! KLONTANG!
Wadah tempat makanan yang tadi Sasya jaga, ikut jatuh berhamburan. Sasya masih terpaku, apalagi melihat siapa pelaku yang telah menamparnya.
"Lo ngga usah ngata-ngatain Princes lonte bisa ngga?!" desis Danendra dengan suara beratnya.
"Huhu, Ndra! Masa gue cuma mau minta makanan malah dikata-katain lonte sama dia!" adu domba Princes yang lantas membuat Sasya semakin geram.
Sasya beradu tatap dengan Danendra, gadis itu tak berniat untuk mengelak. Padahal yang mulai duluan adalah Princes, tapi—
"Bukannya, dia pelacur pribadi lo?"
•••
To Be ContinuedJangan lupa vote ya teman-teman.
Terimakasih♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyatu Rasa [Selesai]
Romans⚠ CERITA LENGKAP ☑ FOLLOW SEBELUM BACA Danendra Ardana. Kehadiran lo dalam hidup gue bener-bener ngebuat gue bingung, kenapa lo jahat sekaligus baik? Banyak pertanyaan yang harusnya gue cari tahu kebenarannya, tapi lo ngga pernah menjadi satu sosok...