Rasa 32 - Leo, The Mysterious Man

123 14 1
                                    

Seorang pendatang hati, jangan berharap terlalu tinggi. Perihal nyaman yang bisa dimanipulasi, suatu saat kau akan menyadari.

—Melianawldr—

P E N Y A T U R A S A
___________________________

Setelah mendengarkan penjelasan Huda, Sasya kini paham akan hubungan tidak sehat yang terjadi pada circel ini.

Danendra sebenarnya ingin mencari orang baru, tetapi Raka selalu menghadang cewek yang sedang didekati Danendra.

Hati siapa yang tidak akan berpaling, Raka benar-benar lihai menempatkan posisinya. Ia tahu, bagaimana mendapatkan hati seorang cewek. Tapi caranya merebut milik Danendra itu salah.

Si pirang itu juga, kenapa dia masih mau sama Danendra. Padahal dia jelas-jelas tahu, kalau Danendra menyelingkuhinya.

'ARGH! BINGUNG! KENAPA KAK HUDA MALAH BIKIN GUE TAMBAH PUSING SIH!'

'Ah, satu yang belum gue tau. Cowok yang bersama si pirang itu, yang keberadaannya sangat misterius. Mungkin dia bakal jadi kunci apa yang sebenarnya terjadi, biar gue bisa ninggalin Danendra dengan tenang.'

••••
P E N Y A T U R A S A

Sasya bersikukuh untuk ikut begadang di pinggir api unggun, padahal disana hanya tersisa para cowok yang notabenenya belum Sasya kenal.

"Oi bocah, tidur sono. Masih kurang penjelasan dari gue?" seru Huda yang tiba-tiba bangkit dari duduknya.

"Jelas kurang lah Kak. Kenapa ngga diceritain semua aja sih?" tanya Sasya memancing perhatian semua orang.

"Dasar bocah! Pikir aja sendiri. Gue mau tidur, jaga diri baik-baik," pamit Huda yang mengundang senyum mencurigakan.

Seperginya Huda, Kenzo mendekati Sasya.

"Jangan deket-deket, ntar besti gue cemburu!" bentak Sasya.

"Pd amat neng, orang disini tuh anget kena panasnya api unggun. Yakali gue bakal kecantol sama cewek modelan kaya lo!"

Sasya memakai tudung hoodinya, "Gini-gini yang ngajak lo biar bisa uwu-uwuan sama Caca siapa?! Gue! Berkat gue juga, lo bisa dapet restu dari Bundanya Caca kan?! Ngaku lo!"

Kenzo diam, gadis yang secara tidak langsung sudah menjadi temannya ini benar-benar frontal.

"Dih! Tapi kan gue yang minta restu ke Bundanya Caca!" balas Kenzo, tak terima jika usahanya dibilang tak ada apa-apanya.

"Ye kentang gosong emang lo! Kalo gue ngga minta lo buat ikut mana mungkin lo diijinin sama Bundanya Caca! Yakan?! Yakan?! Kan!"

"EHEM!"

"BUSET KADAL EMAK LO!" latah Sasya, saat tiba-tiba ada seorang cowok duduk di samping Sasya. Padahal gadis itu sedang seru-serunya berdebat dengan Kenzo, cowok itupun menoleh ke samping Sasya.

"Disana luas kali kak, ih jauh-jauh sono!" usir Sasya yang tidak suka dengan orang itu.

Hening.

"Apaan sih ganggu aja!"

"Pergi yok! Ngga asik ada dia!"

"Inget kata bos, jangan deketin dia!"

Kalimat itu jelas-jelas ditunjukkan oleh segerombolan cowok yang tadi sedang asik begadang di samping api unggun. Mereka semua pergi, gara-gara cowok yang ada di samping Sasya.

Deg!

Kini, tinggal tiga orang saja yang tersisa.

Sasya, Kenzo, dan juga pria misterius itu.

Jantung Sasya berdetak tak karuan, siapa sebenernya orang ini. Kenapa semua orang mengucilkannya?

"Mau kemana? Sini aja." ucap Sasya saat Kenzo hendak meninggalkannya seorang diri dengan pria yang sama sekali tak dikenalinya.

"Dingin Sya, gue mau ke tenda," dalih Kenzo. Namun tangan cowok itu keburu ditarik oleh Sasya dan kembali duduk di samping Sasya dengan terpaksa.

Tatapan Sasya membuat Kenzo mematung, "Iya deh, nyonya Sasya gue temenin." rintih Kenzo cemberut.

Sasya menggeser posisi duduknya, dia risih jika terlalu dekat. Jika pria itu berbuat macam-macam, maka Sasya akan menumbalkan Kenzo!

"Kakak mau bicara sama gue?" celetuk Sasya namun tak menengok ke samping.

Sasya tahu, pria itu sedari tadi menatapnya tajam. Bahkan perasaan Sasya sekarang sudah deg-deg ser tak keruan.

"Lo cewek barunya Danendra?"

What! Apa?! Gila-gila! Nih orang to the point banget! Gue harus membalik keadaan, Sasya pasti lo bisa!

"Kakak siapanya cewek pirang itu?"

Sasya menoleh ke sosok pria yang sedari tadi menatapnya horor, seraya menurunkan tudung hoodienya. Senyum licik tercipta, Kenzo yang tangannya masih dicekal oleh Sasya menjerit tanpa suara.

Pria itu balik tersenyum, kharismatiknya begitu mematikan. Bahkan Sasya hampir saja terbengong-bengong, beruntung Kenzo terus saja menggelitik tangan Sasya.

"Apaan sih lo, bisa diem ngga?!" bentak Sasya saat Kenzo mencoba melepaskan cekalan Sasya.

"Lepasin dulu, sakit," rengek Kenzo.

"Diem! Jadi cowok lemes amat dah!" maki Sasya, lalu Kenzo mendekap tangannya yang sudah terlepas dari terkaman Sasya.

Dasar nenek lampir!

Akhirnya Kenzo hanya bisa bermain ranting pohon yang ia coret-coret ke tanah secara acak, namun telinganya masih aktif mendengarkan.

"Gue Leo, sahabatnya Danendra."

Akhirnya pria itu memperkenalkan diri, tangannya terangkat menanti Sasya menjabat tangannya.

"Gue Sasya," jawab Sasya dingin.

"Gue cuma mau bicara ke lo, aneh sih kesannya. Tapi gue mau ceritain semuanya ke lo, tentang Danendra."

Deg!

Sasya menatap manik mata Leo dengan aneh. Orang yang Sasya kira sulit diajak bicara, ternyata malah datang menghampirinya.

Malam ini, disaksikan oleh Kenzo dan nyala api.

Pria bernama Leo yang begitu misterius di mata Sasya, akan menceritakan sudut pandangnya. Bahkan tanpa Sasya minta sebelumnya.

"Kak Leo, kenapa kakak selalu digosipin sama yang lain Kak? Sebenarya hubungan Kakak sama Si pirang itu apa? Terus kenapa Danendra kayaknya benci banget sama Kakak?" bombardir Sasya setelah menemukan mangsa empuknya.

"Ehem, satu-satu ya." ucap Leo sembari menatap api unggun di hadapan mereka.

"Hahaha! Lagian lo kalo nanya yang bener dong! Dasar mak lampir!" celetuk Kenzo yang mengundang tatapan horor Sasya.

"DIEM! Siapa juga yang nyuruh lo bicara ha!" bentak Sasya, Kenzo langsung terkena mentalnya.

"Lanjut Kak," perintah Sasya pada Leo.

Akhirnya ketiga orang itu bercerita (minus Kenzo) sembari melihat bara api yang kian mengabu.

"Lo kenal Raka?" tanya Leo.

"Kenal, dia yang tadi siang jemput gue. Tapi gue benci sekarang, sama dia," tutur Sasya.

"Target dia berhasil, dia emang baik diawal doang. Raka itu sahabatnya Danendra, dulu sih sama gue juga. Tapi gara-gara satu insiden kita semua jadi perang dingin, terlebih lagi gue."

"Gue dijauhin sama anak-anak, padahal mereka tahu kalau Princes milih gue karena keinginannya sendiri. Tapi Danendra dengan liciknya, mendikte anak-anak biar benci sama gue."

"Gue salah apa coba? Gue rela berbagi tubuh Princes sama Endra! Dari sana hubungan pertemanan kita rusak," tutur Leo dengan meledak-ledak.

"Hah maksudnya?!"

"Princes memang milih gue, tapi tubuhnya masih milik Danendra."

••••
TO BE CONTINUED

Penyatu Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang