Rasa 48 - Malik's Family

77 6 0
                                    

PENYATU RASA
_____________________

Sasya terus mengeluh, pasalnya ini sudah mulai malam dan mereka belum juga sampai pada tujuan. Encok dan pegal yang membuat Sasya tak kuasa menggerutu sepanjang perjalanan.

"DANENDRA! MASIH LAMA NGGA SIH? PINGGANG GUE ENCOK!" teriak Sasya dari balik helmnya.

"BENTAR LAGI JUGA NYAMPE," jawab Danendra.

"Bentar lagi mulu ih! Kenapa ngga naik bis aja sih kalo emang jauh bat kayak gini. Oh iya! LO KAN PUNYA HELLY! KENAPA NGGA NAIK HELLY AJA SIH!"

Pita suaranya hampir habis, karena untuk dapat berbicara di atas motor itu perlu skill mumpuni. Salah-salah, yang diajak bicara cuma hah-heh doang alias budek.

"Hehe, biar lama sama kamu."

"Hah? Kenape? Ngga denger gue?!" omel Sasya.

"NGGA JADI! LO BUDEK!"

"HAH?"

Danendra meringis, "Tau ah males."

••••

#ARDANA LODGING HOTELS#

"WHAT? SERIOUSLY? Kita nginep di hotel?" teriak Sasya begitu Danendra bilang istirahat dulu di hotel.

TAK!

Danendra menyentil kening Sasya gemas. "Ngga usah mikir macem-macem, lo capek kan?" ucapnya lalu mengajak Sasya masuk ke gedung bertingkat seratus ini.

"Selamat malam, ada yang bisa kami bantu?" sapa resepsionis begitu kami datang.

Danendra malah diam, lalu mengambil salah satu kartu kredit dalam dompetnya.
Begitu menunjukkan kartunya, resepsionis itu menjadi gugup dan mendadak segan.

"Baik Pak, silahkan ikuti kami."

"Ngga perlu, lantai berapa?" Danendra menolak diantar oleh resepsionis.

Sasya yang tidak paham sama sekali hanya bisa menyaksikan dan menganga lebar. 'Tau ah, yang penting gue cepet rebahan.'

"Baik Pak, private room khusus keluarga Ardana ada di lantai dua puluh Pak." jawab resepsionis gagah itu dengan bahasa formal.

Barulah Sasya connect, ternyata hotel ini milik keluarga Ardana. Pantes aja.

••••

Begitu sampai di lantai dua puluh, Gadis itu langsung kicep. Mewah dan glamour menyambut matanya, material yang dipakai benar-benar mengeluarkan aura sultan.

"Ruangan milik gue yang ada simbol 'D' nya, lo mau pilih yang mana terserah. Kata sandi setiap pintu gue yang buat, usernya Lucu dan Lembut." ujar Danendra dengan niat menyombong, namun keburu dibalas gelak tawa oleh Sasya.

"HAHAHA! LUCU DAN LEMBUT? Seorang Danendra Ardana, anak sultan terpandang,  bikin kata sandi kocak banget ih. Aww sampe keluar ini air mata gue, lo sih konyol banget jadi cowok. Imut ngga bentuknya? Hahaha!" ejek Sasya sambil memegangi perutnya.

Danendra terlihat tak peduli, dia menjatuhkan tubuh pada salah satu sofa. "Terus aja ketawa, sampe mati juga gapapa."

"Dih amit-amit! Awas lo ya, gue sumpahin kekayaan lo nular ke gue!" tukas Sasya.

Danendra menyipitkan mata, "Lo nyumpahin gue apa gimana?"

"Ah engga, gue cuma kumur-kumur tadi."

Sasya ikutan merebahkan tubuhnya pada sofa panjang, bahkan sofa ini mengalahkan kelembutan kasurnya di rumah.

Penyatu Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang