Rasa 7 - Kesalahan fatal

278 28 3
                                    

Semilir angin mengudara ringan
Menerpa wajah penuh keluwesan
Ia telah membawa sebuah resah
Tentang rasa yang dulu pernah singgah
-;-
==============================

PENYATU RASA - KESALAHAN FATAL


"Gue ngga nyangka, ternyata yang nawarin kesembuhan buat gue, malah lebih membutuhkan hal itu...."

Danendra berbicara sambil matanya awas memperhatikan jalanan Jakarta yang macet di siang hari.

"Diem lo!"

Sasya sekarang malu, image nya sudah rusak dimata Danendra. Belum lagi, Danendra selalu mengungkit hal itu untuk meledeknya.

"Sans baby...," ucap Danendra diselingi kerlingan nakal.

"Lo juga baru putus kan! Ngaku lo!" cecar Sasya.

"Gue?" ujar Danendra dengan mimik muka yang membuat Sasya ilfil saat melihatnya.

"Biasa aja tuh muka, jijik gue!" Sasya ingin muntah sekarang juga, ia ingin menelan Danendra bulat-bulat supaya tak meledekinya lagi.

"Kenapa? Lo suka gue ya?" goda Danendra.

"Yang ada gue ilfil!" bantah Sasya.

Danendra menoleh, kebetulan lampu merah jadi ia bisa lepas kemudi.

"Beneran ngga suka sama gue?" ucap Danendra dengan wajah serius. Ia melepas seatbelt nya lalu bergeser mendekat ke Sasya.

Sasya beringsut mundur hingga terpojok di pintu mobil, jantungnya berpacu dua kali lipat saat wajah Danendra hanya sejengkal darinya.

"Coba bilang lagi, lo ngga terpesona sama ketampanan gue?" ucap Danendra tenang.

Sasya menegang, hembusan nafas Danendra menerpa kulit wajahnya dengan hangat.

"Eng- Enggak!" Sasya tetap mengelak.

"Menarik...," ujar Danendra dengan santainya, ia semakin mendekatkan wajahnya.

"Dengerin baik-baik. Gue akan buat lo suka ke gue, bahkan sampe tergila-gila..."

Dengan nada suara yang dibuat sepelan mungkin dan semenusuk mungkin, Danendra berucap tepat di telinga Sasya.

Seketika bulu kuduk Sasya meremang hebat. Hingga wajahnya pucat, karena terlalu lama menahan nafas.

TIN... TIN... TIN... TIN...

Suara klakson mobil dan motor yang saling bersahutan, simbol agar mobil yang ditumpangi mereka segera menyingkir dari tengah jalan karena lampu lalu lintas sudah berganti hijau.

Saysa memanfaatkan kelengahan Danendra untuk mendorongnya menjauh, ia risih jika harus berdekatan seperti tadi.

"Gue ngga suka ya lo deket-deket kek tadi!" Sasya memprotes tindakan Danendra.

"Yaelah baru gitu aja ngga boleh? Belum gue cium hmm," keluh Danendra seraya menginjak pedal gas mobilnya.

Sasya menatap tajam Danendra, pria ini merupakan jenis pria yang mudah menggaet lawan jenis dengan mudah.

Sasya harus bisa menjaga hatinya dengan ketat, ia tidak mau jatuh terperosok ke dalam permainan yang Danendra ciptakan.

"Halo Kak?" Sasya menjawab telepon dari Ramdan.

"..."

"Beneran Kak? Kakak ngga nyuruh?"

"..."

Penyatu Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang