Rasa 4 - Kelemahan Danendra

438 54 9
                                    

Chapter sebelumya:

"KAKAK!!"

Sasya tergopoh-gopoh
menghampiri tubuh Ramdan yang tergeletak lemah.
========================

Penyatu Rasa - Kelemahan Danendra

"Kakak! Kakak! Bangun Kak...," panik Sasya seketika dirundung rasa cemas.

Danendra mematung.

"Gue belum ngapa-ngapain!" Danendra berbicara pada dirinya sendiri, kepalan tangannya sama sekali belum menyentuh wajah Ramdan loh. 

"Tapi, kenapa dia udah ambruk duluan?!" Danendra bangun dari lamunannya saat mendengar teriakan gadis yang sedang ia rebutkan.

"Kak... Bangun...pliss Kak... Jangan bercanda!"

Sasya tak henti-hentinya mengguncang tubuh Ramdan yang terkulai di tanah.

"Gue belum ngapa-ngapain dia!" Danendra kembali berbicara, namun kali ini menatap mata Sasya.

Sasya berhenti dari aktivitasnya. "Tolong panggilin taksi!" Sasya memerintah Danendra.

Anehnya, Danendra menurut dan menyetop taksi yang lewat.

"Bantu aku mapah Kakak!" Danendra kembali menurut dan memapah Ramdan masuk ke dalam taksi.

Danendra duduk di depan, sedangkan Sasya memangku kepala Ramdan di kursi penumpang.

"Pak jalan Cempaka putih cepet Pak!" instruksi Sasya kepada Pak supir.

"Kenapa nggak ke rumah sakit aja?" Danendra menyela omongan Sasya

"Engga! Pak buruan!"

Akhirnya Pak sopir taksi melajukan mobilnya.

Sasya menelepon seseorang.

"Halo Om! Om tolong dateng ke rumah Om! Kak Ram Phobianya kambuh Om!"

"..."

"Iya Om. Cepetan ya Om! Ini kita lagi di jalan!"

"..."

"Iya Om."

Sasya menutup teleponnya sepihak, fokusnya kembali pada Ramdan. Wajahnya sangat pucat, ia harus lekas sampai ke rumah.

"Pak cepetan Pak!" Sasya mengomeli pak supir yang lelet mengendarai mobil, maklum sudah agak berumur.

Danendra yang sedari tadi diam, sambil sesekali memperhatikan Sasya dari kaca dashboard mobil ikut cemas.

"Pak, stop Pak! Biar saya aja yang bawa mobilnya!" Pak sopir menepikan mobilnya ke pinggir jalan.

"Loh kamu bisa ngendarai mobil?" tanya Sasya spontan.

"Bisa. Gue tau jalan pintas ke rumah lo." aku Danendra dengan tenang.

"Cepet pak!" Danendra memerintah Pak sopir agar bertukar posisi.

Setelah keduanya pindah tempat duduk, Danendra segera memijak pedal gas.

"Mas! Ati-ati! Ini bukan mobil saya!" Pak sopir khawatir mobilnya akan lecet karena Danendra mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.

"Bapak duduk aja, nanti saya bayar dua kali lipat," ucapan Danendra sukses membuat Pak sopir diam tak berkutik.

Walaupun perjalanan memakan waktu cukup lama, akhirnya mereka sampai di depan rumah Sasya. Disana juga sudah ada Omnya Sasya, Malik.

Penyatu Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang