Rasa 3 - Danendra?

427 57 4
                                    

Malam yang menghujam lintang
Pendar rembulan nampak temaram
Tiap tiap pojok ruang pandang 
Punya hak atas kebenaran
-:-

======================
Chapter sebelumnya :

Danendra melihat Sasya 
tengah memeluk posesif 
seorang laki-laki
"

Ck! Lo mainin gue ya!"

=======================

Penyatu Rasa - Danendra?

Sasya masih setia memeluk tubuh Kakaknya yang jauh lebih tinggi. Jika saja ada orang yang tak mengetahui bahwa Ramdan adalah Kakaknya, maka orang itu akan salah paham dan mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih.

Sasya sudah terbiasa seperti ini, lagi pula Ramdan adalah satu-satunya orang yang ia punya saat ini. Kasih sayang Ramdan telah menggantikan peran Ibu dan ayahnya. 

Sudah sejak kecil mereka hidup berdua di rumah yang besar nan megah ini, mereka dididik untuk mandiri. Entah dilatih untuk mandiri atau terlalu keji, asisten yang bekerja di rumah mereka pun hanya akan datang seminggu sekali.

Kedua orang tuanya lebih mementingkan bekerja, ketimbang mengurus anak-anaknya.

Pernah suatu kejadian, saat keduanya masih menginjak umur 10 tahun dan 8 tahun. Ramdan melihat Sasya tengah dipukuli oleh baby sitternya. Ramdan yang masih kecil, sangat ketakutan. Ia melaporkan pada ibu dan ayahnya, namun mereka tak percaya.

Baru setelah Ramdan merekam kejadian memilukan itu, orang tuanya segera bertindak. Melaporkan si babysitter ke aparat penegak hukum.

Setelah kejadian itu, orang tuanya hendak mengganti babysitter yang baru. Namun Ramdan mencegahnya.

"Mah, pah, Ram yang bakal jagain adek aja! Ram janji bakal ngelindungi Adek!"

Sejak saat itu, Ramdan bertekad untuk hidup mandiri. Ia mengikrarkan sebuah pernyataan bahwa ia akan menjaga adiknya, melindungi dari siapapun yang akan menyakitinya.

Kejadian penganiayaan di umur belia, membuat Ramdan menderita phobia terhadap kekerasan. Ramdan berusaha mati-matian untuk menjaga rahasia ini dari Sasya.

Namun, adiknya yang bandel ini justru sudah mengetahui penyakit kakaknya. Entah dari siapa, Ramdan pun tak mengetahuinya, yang jelas Sasya akan menjaga rahasia Kakaknya.

"Terimakasih Kak, udah jagain Sasya," ujar Sasya berbicara dari belakang.

Ramdan tersenyum dari balik helm fullface nya, tangan sebelah kirinya mengelus tangan Sasya yang melingkar di perutnya. Lalu kembali fokus ke jalanan jakarta.

Ramdan memarkirkan motornya di halaman restoran, Sasya turun dari motor Kakaknya dengan berpegangan pada pundak Ramdan.

"Yuk Kak cepet, Sasya udah laper banget...," rintih Sasya yang sudah tidak sabar.

"Iya bentar, helmnya nggak dilepas dulu," tukas Ramdan mengingatkan.

"Eh iya lupa, heheh nih Kak helmnya." Ramdan menerima helm yang diulurkan Sasya, ia mengacak rambut adiknya yang bertingkah menggemaskan di matanya.

Kejadian ini disaksikan oleh seseorang, yang menatap mereka geram. 

Ramdan dan Sasya masuk ke dalam restoran, mereka duduk di kursi yang berada di tengah ruangan. Canda tawa kakak beradik itu terdengar hingga meja paling ujung. Dimana Danendra duduk sendirian dengan ponsel yang selalu ia mainkan, untuk menyamarkan keberadaannya.

Penyatu Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang