"Bukannya dia pelacur pribadi lo?"
Kontan semua orang yang ada disana melongo, cengo. Bukan karena baru mengetahui fakta ini, melainkan mereka salut akan keberanian gadis itu.
Danendra sangat marah atas ucapan Sasya.
"BANGSAT! KATA SIAPA LO HAH! BERANI-BERANINYA NGOMONG KAYAK GITU! LO MAU MATI DITANGAN GUE HAH! BOCAH NGGA TAU DIRI!" amuk Danendra.
Sementara Raka dan Huda menjagal tubuh Danendra, agar pria itu tidak berbuat nekat.
"Udahlah Ndra! Jangan main kasar ke cewek!" ucap Raka menenangkan.
Namun Danendra yang sudah terlanjur marah, susah untuk bersikap normal.
Dari kejauhan, Leo tertawa girang. Rencananya berhasil setelah semalam mengorbankan harga dirinya.
••••
"Dari mana lo tau Princes pelacurnya Danendra?"
Kali ini Raka mengintrogasinya di depan Huda, Kenzo dan Caca.
Pasalnya, gara-gara konflik ini acara mereka jadi gagal total. Kegiatan yang harusnya berjalan lancar, harus menuai ketegangan dan berujung perpecahan.
Sasya masih terdiam kaku, dia masih tak percaya jika Danendra sekasar itu.
"Jawab gue Sya." ulang Raka dengan intonasi meninggi.
"Bukannya, kakak juga bilang kalau Danendra itu cowok ngga bener?"
Raka yang menjadi ketua acara ini sangat ketar-ketir, dia tak kuasa mengusap wajahnya kasar.
"Iya, gue emang bilang kalau Danendra cowok ngga bener. Tapi bukan berarti lo bisa ngatain Princes wanita murahan."
Sasya mendecih, lagi-lagi Princes yang dibela. Padahal yang jelas-jelas salah kan dia.
"Gue ngga mau tau, lo harus minta maaf ke Princes." perintah Raka, semua orang mendelik, terlebih Sasya.
"Gila lo! Dia yang mulai duluan! Gue yang kena tampar malah disuruh minta maaf?!" bantah Sasya.
"Terserah lo, gue udah kasih saran yang terbaik. Kalo lo nolak, urus aja sono sama Danendra. Paling lo pulang tinggal nama." ancam Raka lalu pergi begitu saja.
Caca menepuk-nepuk pundak Sasya yang naik turun, karena amarah yang begitu membuncah.
"Huh! Yang bener aja! Orang gue ngga salah kok! Dia aja yang sok drama! Dasar wanita murahan!" teriak Sasya tak terima.
Huda dan Kenzo saling diam, mereka pun tidak tahu harus bagaimana. Kecuali menuruti permintaan Raka.
"Kak Huda! Bantu gue dong jangan diem aja!" omel Sasya pada Huda yang tengah menopang dagu.
"Gue harus apa? Belain lo dan bilang ke semua orang kalo lo ngga salah? It's impossible!" erang Huda.
Sasya menghela nafas pasrah.
"Citra lo udah rusak dimata yang lain Sya, lo udah ngga bisa ngelak lagi. Kalau lo ngga minta maaf ke Princes, Danendra ngga bakal ngelepasin lo gitu aja setelah ini." jelas Huda yang semakin membuat nyali Sasya menciut.
"Kak Huda please jangan nakutin gue!" gerutu Sasya.
"Semalem kan gue udah bilang, jangan berharap lebih ke gue. Gue tim netral, kali ini gue ngga bisa nolongin lo. Maaf ya, gue kesana dulu." pamit Huda lantas pergi meninggalkan tempat itu.
Sasya menggigiti kukunya, ia menatap kepergian Huda dengan getir.
"Apaan sih Ken! Gue mau nemenin Sasya!" bentak Caca ke Kenzo yang sedari tadi menarik-narik lengan Caca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyatu Rasa [Selesai]
Romance⚠ CERITA LENGKAP ☑ FOLLOW SEBELUM BACA Danendra Ardana. Kehadiran lo dalam hidup gue bener-bener ngebuat gue bingung, kenapa lo jahat sekaligus baik? Banyak pertanyaan yang harusnya gue cari tahu kebenarannya, tapi lo ngga pernah menjadi satu sosok...