Kuncup bunga tengah layu, rintik hujan mulai mengembun sayu. Namun duka, tetap bertahan meski bahagia menyapa dengan gelagat nestapa.
Puncak dari segala macam harap, adalah terkabulnya doa atau bisa jadi kepasrahan raga.
Sasya tengah duduk di salah satu cafe kesukaan Danendra, pria itu sudah membuat janji dengannya.
"Lama banget sih tuh orang, bokong gue panas nih. Mana yang dateng cuma cowok, gue doang yang cewek."
Gadis itu celingukan, mencari-cari makhluk bumi yang sangat ajaib itu.
CTIK!
Seseorang menjentikkan jarinya tepat ditelinga Sasya.
Gadis itu tiba-tiba disodori buket bunga dari seorang pria. Bunga tulip berwarna putih bersih, tertata rapi dengan sedikit sentuhan pita emas.
'Tumben Danendra pake baju formal.' batin Sasya.
"Sorry, gue kejebak macet tadi." ucap Danendra tak enak.
"Gapapa kok, gue udah terlanjur lama nunggunya." sahut Sasya dengan cengiran kudanya.
"Gue bener-bener minta maaf, oh iya gue mau bicara penting." ujar Danendra lalu duduk di seberang Sasya.
"Ya ngomong aja, gue kesini juga gara-gara lo bilang penting banget ngga bisa ditunda."
Danendra terlihat gelisah, baru kali ini Sasya menyaksikan raut wajah pria itu yang terlihat berantakan meskipun pakaiannya licin.
"Sebenernya, gue mau mengakhiri-" Danendra menjeda ucapanya, lalu sedikit menggigit bibir bawahnya seolah menahan sesuatu.
"Gue mau mengakhiri hubungan kita, Sya." sambung Danendra menatap lurus ke manik mata Sasya.
Hening.
Sasya diam, setelah mendengar pengakuan Danendra. Meski pelan, helaan nafas Sasya terdengar sangat dalam.
"Mengakhiri hubungan apa? Bukannya dari awal kita ngga pernah memulai hubungan?" sanggah Sasya jengkel.
"Ya pokoknya, gue minta maaf sama lo. Mulai sekarang gue ngga bisa lagi selalu ada di samping lo, gue mau fokus ke Princess."
Deg!
Pernyataan Danendra benar-benar mengagumkan. "Keputusan lo udah bener, Endra. Gue juga ngga mau jadi benalu di hubungan kalian, semoga hubungan kalian makin lengket deh gue doain." ucap Sasya tegar, meski bibirnya sedikit bergetar.
"Aku benar-benar minta maaf, Sya. Bunga tulip itu, lambang permintaan maaf aku ke kamu Sya."
Sasya melirik bunga itu, lalu menggenggamnya lembut.
"Makasih..."
SRET!
Buket bunga itu terhempas, Princess muncul dengan kaki menghentak-hentak.
"Was yesterday not enough?!"
Saat Princess akan menginjak-injak bunga itu, Danendra segera menariknya.
"it's all over, baby. Calm down."
Danendra memungut bunga itu, lalu mengembalikannya kepada Sasya. Senyum tersungging dibibirnya, namun senyum itu menyiratkan kesedihan yang mendalam.
"Kalian pikir gue ngga tau hah?! Kalian udah ngabisin waktu bareng! Dan lo ngga bisa dihubungi sama sekali! I hate you!" teriak Princess.
"Pergilah, Sya. Maaf atas segalanya...," pinta Danendra di sela-sela teriakan Princess.
Sasya menyambut bunga itu dengan suka cita, lalu berjalan dengan membusungkan dada.
Danendra memandang kepergian Sasya, pria itu memeluk Princess erat dan mencium keningnya. "Gue emang brengsek, cewek baik kayak lo ngga pantes bersanding sama gue Sya. Terima kasih, sekarang gue sadar. Gue memang cowok bajingan yang suka mainin perasaan cewek."
"I'm really, really sorry."
••••
#SASYA'S ROOM#Sasya duduk di depan kaca, cermin tak pernah berbohong. Wajahnya kini tirus, tubuhnya terlihat sangat kurus.
Perubahan drastis itu dialaminya hanya dalam kurun waktu setahun.
Hampir saja Sasya lupa. Dia membuka laci meja, mengambil kotak kecil beludru yang dulu diberi oleh Dera.
"Huft, harusnya aku ngebuka ini bareng sama Kakak..."
Jemari lentiknya mulai menarik simpul pita, lalu perlahan membuka kotak itu. Sedikit binar muncul dari netranya, isi kotak itu ternyata sebuah kalung dengan bandul dua cincin.
Sasya segera memakainya, kalung itu terlihat cocok di lehernya yang jenjang.
"Kak, kalau takdir aku ternyata menyatukan dua rasa yang saling suka... Sasya mau jadi penyatu rasa aja. Melihat mereka bahagia rasanya udah cukup, kebahagiaan Sasya bukan cuma dalam hal percintaan doang kan Kak? Sasya mau bahagia juga, kayak orang-orang."
••••
Hari ini Sasya berpamitan pada makam Ramdan, mulai sekarang Sasya akan tinggal bersama keluarga besarnya. Keluarga yang selama ini Sasya impi-impikan, ada kakek, nenek, Firda, Tirta, dan keponakan yang lucu-lucu.
Ramdan tak pernah terlupakan, sosoknya selalu ada dihati orang yang menyayanginya.
Dera pasti akan segera menemukan pengganti ramdan, sebab dalam sebuah artikel jika orang yang dikira jodohnya telah meninggal, berarti dia bukan jodohnya.
Masing-masing punya cerita, perjalanan hidup tak pernah bisa ditebak kapan susah senangnya, kapan bahagia dan sedihnya.
Semesta punya kejutan di setiap takdirnya, ada yang menjadi Pemisah Rasa, ada yang menjadi Penahan Rasa, ada pula yang menjadi Penyatu Rasa.
Semuanya punya alasan, segalanya memiliki dasar bagaimana sebuah pilihan menjadi terpilih.
Hal yang mendorong untuk bangkit bukanlah semata-mata ingin melupakan, namun hasrat untuk kembali mengulang luka adalah kata kuncinya.
•• THE END ••
Terima kasih, sudah membaca Penyatu Rasa sampai akhir.
Semoga cerita ini mudah dipahami.
See you next work!
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyatu Rasa [Selesai]
Romance⚠ CERITA LENGKAP ☑ FOLLOW SEBELUM BACA Danendra Ardana. Kehadiran lo dalam hidup gue bener-bener ngebuat gue bingung, kenapa lo jahat sekaligus baik? Banyak pertanyaan yang harusnya gue cari tahu kebenarannya, tapi lo ngga pernah menjadi satu sosok...