Rasa 6 - putus kedua kalinya?

347 27 3
                                    

Chapter sebelumnya :

"Semoga aja lo bahagia
sama cewek lain,
persis kaya ucapan lo tadi..."
===========================

Penyatu Rasa - Putus Kedua Kalinya


Mobil lamborghini Aventador Lp 700-4 berwarna hitam mengkilap terparkir di depan SMA DHARMAWANGSA, dengan pemiliknya yang tiada lain adalah DANENDRA ARDANA.

Manik matanya mengawasi pergerakan siswa-siswi yang saling berdesakan keluar dari gerbang sekolah. Ia mencari sosok gadis yang baru-baru ini memenuhi isi pikirannya.

Sementara itu, Sasya tengah menghindari Alan. Sambil berjalan mengendap-endap di antara kerumunan siswa, rambut sebahunya sudah lepek akibat keringat tadi siang saat ia diberi hukuman oleh Pak Agung.

Sasya sesekali menoleh ke belakang, takut Alan mengikutinya sampai gerbang. Demi perkedel kentang yang rasanya gurih dan empuk, Sasya tidak mau lagi berurusan dengan mantanya itu.

"Lo lagi main petak umpet ya, sampe jalannya ngendap-ngendap gitu?" tanya seseorang.

"Enggak, gue lagi ngindarin perkedel!" Sasya menjawab omongan pria itu tanpa menoleh ke arahnya.

"Apa? Perkedel?" tanya pria itu sedikit terkikik.

"Ia, dia perke...."

Sasya melongo saat membalikkan badan, ia tak sadar ternyata ia tengah berbicara dengan orang yang ia janjikan sebuah kesembuhan.

Tanpa kedip Sasya melihat Danendra yang berdiri sedikit menyender ke bagian depan mobil. Pria itu menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari-jari lentiknya.

Tubuh rupawan yang terbalut jaket bomber warna biru tua, seolah menjadi pelengkap diantara faktor yang mendukung ketampanannya tanpa cela.

Lihatlah mata tajamnya yang menjorok sedikit kedalam, Sasya yakin siapapun yang berkontak mata dengannya akan terhipnotis seketika.

"Gue akui kalo gue ganteng, lo terpesona kan sama ketampanan gue, hum?" ucap Danendra seraya menaik turunkan alisnya.

Sasya terbelalak. Apa-apaan pria di depannya ini, sungguh percaya diri sekali.

"Yeee selain terlihat kejam, lo juga nyebelin ya jadi orang," Sasya menyanggah pengakuan Danendra dengan memberinya sebuah kalimat sindiran, yah meskipun Sasya sendiri sempat terpesona tadi.

"Gue disuruh Ramdan buat jemput lo."

Lagi-lagi Sasya dibuat terkejut, kenapa harus dia yang menjemputnya? Biasanya juga Sasya disuruh naik ojol, kalau Ramdan sedang sibuk dengan tugas kuliahnya.

"Ngga, gue nggak percaya."

Sasya langsung mengambil ponsel di sakunya berniat mengabari Ramdan. Apakah ucapan pria didepannya ini sungguhan atau hanya sebuah modus untuk mendekatinya saja.

"Sasya!"

Teriak Alan yang tengah menunggangi motor Kawasaki Ninja H2 itu dengan lantang, sambil tangan kirinya menenteng helm dengan motif bergaris abstrak yang biasanya digunakan oleh Sasya. Ralat, itu dulu saat Alan masih berstatus menjadi pacarnya Sasya.

Sasya mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel yang tadinya untuk menghubungi Ramdan, ia memandang sinis ke arah Alan.

"Ck! Gara-gara lo gue harus ketemu dia kan!" Sasya menyalahkan Danendra yang menahannya di depan gerbang sekolah.

"Loh kok gue?" Danendra tak terima. Sasya memutar bola matanya jengah, ia malas harus berhadapan dengan Alan lagi.

Alan sampai di depan dua orang itu, ia mematikan mesin motornya.

Penyatu Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang