Rasa 20 - Akhir Untuk Alan

128 16 0
                                    

CHAPTER SEBELUMNYA:

Pria itu ternyata, DANENDRA ARDANA.
Pemegang kartu As atas peruntungan hidup Alan.
_____________________________

Suasana menjadi tegang dikarenakan kedua belah pihak yang sama-sama bersikeras untuk menang.

"Gue udah jauh-jauh kesini cuma dikasih penghinaan doang? Bagsat lo emang!" maki Alan dengan tangan terkepal.

"Salah siapa telat!" jawab Danendra kuat.

"Ini bukan masalah gue telat atau bukan! Lo yang udah bikin masa depan keluarga gue hancur!" seru Alan dengan amarah  menggebu.

"Keluarga lo hancur, karena ulah lo sendiri bung." sindir Danendra.

"Bacot lo! Sini maju one by one! Lakik kok mainnya pake kekuasaan orang tua! Hahah banci ya lo!" tantang Alan dengan pandangan merendahkan.

"Ngomong apa lo barusan! Lo mau keluarga lo, gue hancurin lebih dari ini hah!" ancam Danendra.

Dua pria yang sama-sama keras kepala. Danendra anak kuliahan yang diberi cap berandalan, sementara Alan anak SMA yang bermodalkan kenekatan.

"Lo bilang gue ngga lakik, gara-gara gunain kekuasaan orang tua? Lalu apa kabar sama lo yang udah main tangan ke cewek gue?"

Alan terdiam, pikirannya kacau. Ternyata benar, gara-gara dia menampar Sasya keluarganya jadi kacau.

"Gue cuma nampar dia! Kenapa keluarga gue yang harus nanggung semuanya hah!" sanggah Alan tetap tak mau kalah.

"Sialan! Lo tuh orang ngga punya, harusnya sadar diri dong! Udah tau miskin tapi banyak tingkah! Rasain sekarang akibatnya, lo kehilangan semuanya dalam sekejap!"

Danendra berjalan menuju Alan, menatapnya lekat tanpa teralihkan. Aura mengintimidasi adalah tabiatnya yang sukses membuat Alan semakin mendelik.

"Ck! Keluarga gue salah apa?!"

"DIAM!" bentak Danendra.

"Semakin lo bertanya, semakin lo banyak bicara. Kesempatan keluarga lo buat balik seperti semula bakal hilang. Lo tau lagi berurusan sama siapa?"

"Btw gue bukan cuma gunain kekuasaan orang  tua gue, hmm. Gue hanya memanfaatkan apa yang ada. Kenapa? Lo iri?" pongah Danendra.

"Tinggalin Sasya dan minta maaf ke dia. Mudah kan? Berhubung gue baik hati, gue kasih lo pinjeman buat ngebangun kembali bisnis ayah lo yang udah bangkrut. Tapi inget ini baik - baik. Jangan sampai gue masih ngeliat lo di kota ini!"

"Kalo sampe lo nunjukin muka lo di depan gue, saat itu juga gue bakal tagih utang pake nyawa lo sendiri! Paham!" bisik Danendra dengan seringai di bibirnya.

Alan terbengong-bengong, dia sendiri bingung mencerna keadaan.

Danendra sebenarnya orang baik bukan sih? Sempet-sempetnya dia memberi Alan pinjaman. 'Gue harus hati-hati mulai sekarang! Ck! dasar serigala berbulu babi!'

"CK!"

"Gue ngga habis pikir sama lo! Bisa-bisanya setelah semuanya hancur, lo ngasih tau gue caranya bangkit. Terserah lo lah ANJING! PERSETAN SAMA GENGSI! MANA UANGNYA? GUE MAU KABUR KE LUAR NEGERI SEKARANG JUGA! Gue juga ngga minat sama Sasya!"

"Anjing pintar!" puji Danendra, pria itu menepuk pundak Alan dan berbisik padanya.

"Tau diri itu penting, ngga semua orang dapet kesempatan kayak lo sekarang loh," ledek Danendra dengan penuh kecongkakkan.

Pupil mata Alan bergerak, 'sial! Persetan sama harga diri! Cih!'

"Uangnya bakal gue transfer setelah lo bertemu Sasya untuk terakhir kalinya, ngga boleh ada kata lain selain maaf. Jangan sampai lo ngejawab pertanyaan darinya, habis itu lo pulang dan berkemas, Bagaimana?"

"Ck! Gitu doang gampang anjir! Awas kalo lo sampe ingkar janji!" balas Alan.

"Gue salut sama kepercayaan diri lo Alan Pradana, sayang sekali harga diri lo cuma sebates ini. Gue pikir lo bakal nolak tawaran gue dan ambil tindakan ceroboh, ternyata gue salah. Lo emang orang miskin! Hahaha!"

"Ngga ada ruginya gue nolak, toh Sasya juga bukan tipe gue lagi. Iya gue iri sama lo, lo bisa ngelakuin segala cara supaya apa yang lo inginkan tercapai." aku Alan.

Alan mengintip seorang wanita yang duduk di sofa, tubuh yang menggairahkan seolah mengundang Alan untuk datang.

"Ck! Selain miskin lo juga mata keranjang ya!" sindir Danendra.

"Ya wajarlah, itu tandanya gue normal."

Danendra melirik wanita yang dimaksud, "Kalo lo mau, buat lo aja lah!"

Wanita itu langsung menampakkan ekspresi marah, gelas yang ia pegang dengan anggun terhempas ke lantai. "Endra! Maksud lo ngomong gitu apa hah!" bentaknya.

Danendra tak menghiraukan, pria itu merapikan kemejanya dan keluar dari klub sialan itu.

"ENDRA TUNGGU!" teriak sang wanita langsung menyusul Danendra. Sepatu high heelsnya berdecit keras, karena ia sedikit berlari.

Saat berpapasan dengan Alan, wanita itu menginjak kaki Alan dengan keras. "Sadar diri, lo itu bukan level gue anjing!"

"Endra! Kenapa gue ditinggalin sih!"

Alan tersenyum miring, "Sasya, gue tunggu lo hancur sehancur-hancurnya. Lo bukan selera Danendra!"

•••••
#SASYA'S HOME#

Sesuai perjanjian, Alan mendatangi rumah Sasya. Tepat pukul sembilan malam, pria itu mengetuk pintu dengan tak sabaran.

Alan sengaja membuat raut wajah berantakan, seolah tak ada lagi harapan dimatanya. Pandai sekali bukan.

"Gue udah minta sama Pak Agung buat hapus aja video itu, mungkin ada pihak yang ngga bertanggung jawab bikin nama baik lo jadi tercoreng." jelas Sasya pada Alan.

"Bukan itu Sya! Gue mohon biarin keluarga gue hidup tenang Sya...," sanggah Alan.

"Hah? Gue ngga ngerti sama omongan lo Alan! Jelasin ke gue, ada apa sama keluarga lo?"

Mendengarnya Alan sempat tertegun, namun dalam sekejap dia berubah menjadi lebih memelas. "Sya, maafin gue ya. Please...," ucap Alan dengan alis mengkerut.

"Iya gue maafin, udah kan? Gue capek mau tidur."

BRAK! Sasya menutup pintu dengan keras.

"Nice job! Gue emang pandai berakting. Sekarang gue bakal mulai semuanya dari awal, bokap gue pasti bangga sama gue."

Alan tersenyum simpul, saat melihat notifikasi pengisian saldo rekeningnya.

Cowok itu tak henti-hentinya tertawa, "Semudah ini kah lo mainin keluarga gue?! Ck! Danendra, gue tau lo cowok ngga bener. Semoga Sasya mendapat karma dari lo! Hahaha Sasya goblok banget emang!"

Alan pulang ke rumah keluarganya, mengabari sang ayah bahwa semua akan kembali dengan normal asalkan mereka berkemas malam itu juga.

Pun, Alan tak memberitahu kejadian sebenarnya pada Pradana. Ayahnya sangat sensitif perihal harga diri, sementara anaknya malah menjadi penjilat yang gila harta.

"Semua akan gue lakuin biar keluarga gue balik normal, harga diri gue silahkan lo injek-injek sepuasnya. Karna gue yakin, lo adalah perantara tuhan untuk membalaskan dendam gue ke Sasya." batin Alan yang tengah memasukkan pakaian ke koper.

"Entah setelah ini gue bakal dicap pengemis atau orang miskin sekalipun, yang terpenting gue dapet modal buat ngebangun keluarga gue lagi! PERSETAN DENGAN YANG NAMANYA CINTA!"

Malam itu juga, Alan menghilang. Satu keluarga itu pergi mencari tempat baru nun jauh disana. Dengan harapan bisa membangun kembali mental yang telah hancur dan memoles harga diri yang sudah ternodai.

••••
==================
IN MY IMAGINATION
7 Agustus 2021
==================

Penyatu Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang