P E N Y A T U R A S A
Sasya masih berseteru dengan diri yang tak kunjung menerima realita, bahwa Danendra menganggap hubungan mereka hanya sebatas main-main saja.
Lama menyendiri akhirnya Sasya beranjak kembali ke tenda, setidaknya membaringkan tubuh akan mengurangi rasa pusing di kepalanya.
"Sya! Lo kemana aja sih?! Gue sama Kenzo nyariin lo dari tadi tau." omel Caca saat Sasya melewati bibir api unggun.
Sasya mengamati kondisi camp yang tenang-tenang saja, meski tanpa kehadirannya.
"Oi! Abis dari mana sih lo?"
Kali ini Kenzo angkat bicara, sementara Sasya masih diam dengan tangan dimasukkan ke saku jaketnya.
Tak cukup dua sejoli itu, Huda menghampiri dengan gitar yang masih dipegangnya.
"Bocah lo kalo mau pulang besok aja, jangan rewel oke." celetuknya. Tentu saja ucapan itu membuat tanda tanya besar bagi yang mendengarnya.
"Gue bilang juga apa, lo sih pake acara ngga percaya." sambung Raka dengan senyum miringnya.
Sasya mengerutkan dahi, gadis itu mengabaikan pertanyaan konyol Huda dan Raka. "Ca, gue nggapapa kok. Ngga usah khawatir, gue ke tenda duluan ya." pamitnya pada Caca.
"Sya! Tungguin!"
Caca melepas tautannya di lengan Kenzo, lalu mengejar kepergian Sasya.
••••
"Lo kenapa Sya? Jawab gue! Jangan ada yang ditutup-tutupin!" berondong Caca setibanya di dalam tenda.
Sasya menutup wajahnya, air matanya bahkan jatuh begitu saja saat Caca bertanya kenapa.
Caca memeluk sahabat karibnya ini, dia menenangkan Sasya supaya berhenti menangis dan segera menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Udah nggapapa Sya, yok cerita yok," bujuk Caca.
"Huhu, Ca. Lo balik ke Kenzo aja sono, gue malah ngerasa ngga enak ganggu waktu kalian." ucap Sasya yang kini tangisnya sudah reda.
"Ealah Sasya! Jangan pake Kenzo buat alesan, cepet cerita!" bentak Caca gemas.
"Ah, gue pengen cepet pagi. Abis itu pulang terus meluk Ramdan." gerutu Sasya yang malah membuat Caca pusing bukan main.
"SASYA ANASTASYA yang cantik, yang baik, budiman tapi otaknya kurang. Oy! Gimana aku bisa jawabnya? Ceritain dulu dong ah ngga seru tau, masa tiba-tiba lo pengin pulang." kesal Caca.
Sasya menarik nafas panjang, "Hehe".
Jangan salahkan Caca jika tangannya ingin sekali menampol Sasya yang sempat-sempatnya menyengir.
"Serius ih Sya!"
"Yaudah-yaudah ini gue serius. Ca— Ternyata bener apa kata Kak Ramdan, Danendra itu bukan cowok baik-baik."
"Bukan cowok baik-baik gimana?!" potong Caca antusias.
"Gila ternyata dia lebih dari anak sultan yang gue kira, lo liat tadi kan dia aja kesini naik helly. Gue pikir dia kesini ngga bawa cewek, ternyata gue salah. Dia kesini bawa cewek njir! Parahnya lagi dia bilang kek gini 'Hubungan kita dari awal kan cuma main-main, kenapa lo seserius ini?!'"
Caca mengulurkan tissue ke Sasya yang bercerita sambil sesenggukan lagi, "Gusti, berani bener tuh orang ngomong kayak gitu!"
"Gue sekarang nyesel Ca, gue pengen cepet pulang aja. Gue kepikiran kakak gue mulu," ujar Sasya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyatu Rasa [Selesai]
Romance⚠ CERITA LENGKAP ☑ FOLLOW SEBELUM BACA Danendra Ardana. Kehadiran lo dalam hidup gue bener-bener ngebuat gue bingung, kenapa lo jahat sekaligus baik? Banyak pertanyaan yang harusnya gue cari tahu kebenarannya, tapi lo ngga pernah menjadi satu sosok...