Chapter 26

9.8K 550 8
                                    

hppy reading 🦋
mff bila ada typo 🙏🏻
__________________________

Seperti yang dikatakan Kean sebelumnya bahwa hari ini adalah lomba basket antara SMA Antariksa melawan SMA Wijayakusuma. Para anggota basket berada di kumpulan nya masing-masing berdiskusi tentang segala teknik yang harus dilakukan dalam permainan.

Dipinggir, Stella dan para sahabatnya dengan kompak menyemangati para pemain dari Antariksa. Bahkan Salsa dan Rara yang paling heboh, mereka membawa banner bertuliskan SMA Antariksa dengan huruf yang besar diikuti Amanda yang membawa toa sedangkan Stella hanya cukup diam saja sebab itu perintah dari Dave.

"Heboh bener sih mereka bertiga. Gak malu apa di liatin sama semuanya" ujar Nathan.

"Justru itu bagus Nath, berarti sekolah kita memang paling gede semangatnya" sahut Kean.

Memang benar sih, dari sekolah lawannya hanya biasa saja padahal mereka lah tuan rumahnya. Mereka hanya membawa perlengkapan seadanya saja beda dengan Antariksa yang terlalu heboh dan berisik.

Pandangan Dave sedari tadi tidak teralihkan dari Stella. Ia mengamati gadis itu agar tidak berbuat macam-macam. Stella itu ceroboh. Takutnya tanpa dia sadari ada sesuatu yang mencelakakan nya disekitar sana.

"Cewek Lo gak bakal ilang kali bos, di pantengin terus perasaan" goda Kean.

"Ya wajar lah Yan, kan si bos takut kalo ada cowok disekolah ini yang terpesona sama kecantikan Stella" ucap Nathan ikut-ikutan.

"Ibaratnya gini nih, berlian kalo gak di jaga pasti banyak yang mau ambil terus di milikin sendiri. Perumpamaan itu sama dengan kasus si bos sama bu bos" ujar Liam.

"Heh kalo gue jadi si bos juga gak bakal rela pacar sebening itu di bawa kemana-mana. Takut di curi kan bahaya. Jama sekarang mah ya, pebinor udah berkeliaran dimana-mana" sahut Sean.

Mereka terus saja berbicara sahut-sahutan, katanya mereka memanfaatkan berbicara seperti itu sebelum pertandingan dimulai. Karena nanti saat itu mereka akan ke mode serius.

Kafka, ketua dari anggota basket SMA Wijayakusuma melirik gerak-gerik kapten basket lawannya itu. Ia melihat ke arah tatapan Dave yang tertuju pada satu objek. Tak lama seringai muncul di wajahnya.

Kini dua kubu itu saling berhadapan dimana posisi depan di tempati oleh Dave dan lawannya Kafka. Kafka sedari tadi menatap Dave tajam sedangkan yang ditatapan hanya menanggapi datar.

"Ekhem.. cewek Lo cantik. Gimana kalo kita jadiin dia taruhan. Kalo gue menang, cewek Lo buat gue. Dan kalo Lo menang gue gak akan ganggu cewek Lo itu" ucapnya menyeringai.

Seketika emosi menguasai Dave, ia akan sangat sensitif jika menyangkut gadisnya. Apalagi kini lawannya dengan terang-terangan berkata seperti itu. Jika bukan sedang bertanding dan tidak ada Stella, ia akan menghabisi pria di depannya ini hingga mati atau mentok sampai koma di rumah sakit.

"Dia milik gue. Sampai kapanpun gue gak akan bagi milik gue sama siapapun. Termasuk Lo" tekan Dave.

"Woww.. possessive. Tapi sayangnya gue gak peduli tuh. Kita lihat siapa yang akan menang. Ingat taruhan kita" balas Kafka remeh.

Dibelakang Dave, Kean berbisik pada Nathan yang berada di samping nya.

"Emang susah ya kalo punya pacar cakep. Dimana-mana pasti langsung kena bahaya, banyak buaya darat di sekelilingnya" ucapnya.

"Iya termasuk Lo" balas Nathan kalem.

"Mirror please.. sesama buaya jangan saling ngehujat" sinis Kean.

DAVENDRA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang