Chapter 11

24.8K 1.1K 12
                                        

hppy reading 🦋
mff bila ada typo 🙏🏻
_______________________________

Sebuah rumah yang jauh dari wilayah perkotaan, kumuh dan pencahayaan yang minim di setiap sudutnya. Seorang lelaki berwajah tampan namun licik itu tengah berbicara pada lelaki di depannya yang termasuk anggota nya.

"Gimana?" tanyanya tenang seraya menghembuskan asap rokok ke udara membuat pria di depannya menutup hidung seketika.

"Yang gue denger dari mata-mata kita, dia bilang kalau ada satu cewek yang deket sama Dave" jawab pria di depannya.

"Siapa?"

"Kalo gak salah namanya Stella. Dia ceweknya pria brengsek itu" jelasnya menatap ketuanya itu.

Pria yang dipanggil ketua itu menyeringai.

"Ceweknya? Berarti dia kelemahan si bangsat Dave itu kan? Menarik" ucapnya disertai senyuman iblisnya.

"Gue tau apa yang ada di pikiran po" ujar pria yang disebut anggota itu.

Ketuanya menatap anggotanya tajam" Ya. Gue akan jadiin cewek itu sebagai umpan supaya ketua The Calvox itu tunduk sama kita. Gue masih gak terima akan kekalahan kita waktu itu" desisnya.

"Tapi, cewek itu juga permata keluarga Arslan. Lo tau kan siapa Arslan?"

"Gue tau. Yang berarti sekali umpan, kita dapat 2 tikus sekaligus. Cewek itu kelemahan dua keluarga besar itu, dia juga berlian nya The Calvox"

"Erland, lo tau kan apa yang harus lo lakuin?" lanjut nya.

"Ya gue tau" sahut pria bernama Erland itu.

"Lo harus bisa ngalihin perhatian mereka, sedangkan gue, gue bakal menampakkan diri di hadapan cewek itu" ujarnya tak lupa dengan seringai mematikan yang tersemat di bibirnya.

***

Kini Stella dan para sahabatnya berada di kantin. Untuk Dave juga teman-teman nya mereka masih di kelas, yang katanya akan menyusul mereka.

"Eh tumben si Mak lampir gak gangguin lo" ucap Rara tiba-tiba.

"Ya baguslah, berarti dia sadar diri dia siapa" sahut Salsa.

"Mak lampir siapa?" tanya Stella yang sedari tadi ikut mendengarkan.

"Itu loh yang waktu itu debat sama lo" jawab Amanda.

Stella mencoba mengingat sebab ia orangnya agak pelupa.

"Ohhh yang mukanya kayak tante-tante bukan, yang bedaknya kayak tepung" ucap Stella saat mengingat kejadian itu.

Amanda terkekeh" Iya. Lo polos tapi bar-bar ya Stell"

"Iya, gue juga pikirnya lo orangnya pendiem terus iya-iya aja. Padahal aslinya beda banget"

"Hooh, tapi emang harus gitu. Lo gak boleh diem aja kalo dihina, harus lo lawan nanti orang yang hina lo malah semakin menjadi-jadi, sekali-kali harus kasih pelajaran" nasihat Rara.

"Pelajaran apa? Emang dia gak sekolah gitu sampe harus di kasih pelajaran juga?" Hadeh, pikiran polosnya mulai mendominasi. Setelah ini mereka harus bisa sabar dalam menghadapi tingkah polos sahabat satunya ini.

DAVENDRA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang