#Epsd 14 ~Mulai Terbiasa~

2.7K 171 2
                                    

Jangan lupa vote dan coment guyss😙✨
Happy Reading....
.

.

.

Hari berganti hari, bulan pun ikut berganti, menyatukan dua karakter berbeda memang tak mudah, namun semua berjalan lebih baik karena terbiasa.
Pengalaman demi pengalaman mengajarkan kita untuk lebih bersabar pada hidup yang tak kita inginkan.

"Yah aku makan dateng bulan" Aqeela yang sedikit kecewa karena bulan ini ia datang bulan, padahal ia pengin cepat hamil agar beban hatinya berlalu.

"Kok wajah kamu ditekuk gitu? Ada apa qeel?" tanya Resnicha yang heran pada menantunya murung lagi.

"Aku lagi datang bulan ma"

"Terus?"

"Aku gak jadi hamil dong"

"Jangan putus asa dong! Tandanya kamu dan Rassya harus berusaha lagi"

"Tapi ma kita udah tiga bulan menikah"

"Pasangan lain juga udah nikah taunan ada yang belum hamil juga"

"Assalamu'alaikum" tiba-tiba Indri berkunjung kerumah.

"Waalaikumsalam"

"Bundaaaaaa" Aqeela berlali memeluk sangat bunda, walau bertemu seminggu sekali namun Aqeela selalu kangen dengan bundanya.

"Kalian lagi apa? Keliatannya serius banget?" tanya Indri dan ikut gabung bersama mereka.

"Ini loh, anakmu lagi galau" jawab Resnicha

"Galau kenapa sayang?" tanya Indri sambil mengelus rambut Aqeela.

"Aqeela lagi datang bulan, jadinya dia gak semangat" jawab Resnicha.

"Anak bunda udah gak sabar ya buat punya bayi, ciee" ledek Indri.

"Bunda ih jangan mulai deh"

"Iya deh, kamu tuh harus bersabar dan berusaha lagi gausah sedih gitu"

"Tapi kan bun, waktunya tinggal sedikit lagi, kan Rassya harus mempunyai keturunan sebelum umur 20thn"

"Iya mama tau qeel, tapi kalo Tuhan gak ngasih Rassya keturunan yaudah kita harus apa" ucap Resnicha pasrah.

"Lagian tuh Nenek-nenek siapa sih? Bikin orang merinding aja" Aqeela bergidik ngeri sambil membayangkan wajah nenek misterius itu.

"Huss kamu gak boleh ngomong gitu, gimana pun kamu kan gak tau kejadian itu, bunda aja sampe merinding kalo inget kejadian itu."

"Udah-udah jangan bahas masalalu yang bikin merinding, mending kita bahas yang lain aja" ucap Resnicha.

"Kalo gitu gimana nak Rassya kerjaannya di kantor Arry?" tanya Indri.

"Ntah lah, kata mas Arry kayaknya Rassya gak minat jadi pembisnis Rassya lebih tertarik jadi dokter"

"Qeela sih setuju kalo Rassya jadi dokter, apalagi Rassya jenius ma, bun, dan sayang loh kalo otaknya gak digunain."

"Liat nanti aja deh gimana keputusannya, lain kali kita bahas tentang ini, mama cuma dukung aja karena apapun keputusan yang kamu sama Rassya ambil, dan mama yakin sama keputusan kalian yang sudah berfikir secara matang"

"Benar tuh qeel, bunda juga yakin sama apa yang kalian pikirkan secara matang, dan bunda juga akan seneng kalo anak bunda dan menantu bunda juga seneng"
.

.

.

Setelah mereka mengobrol dan bercanda hari udah mulai sore, dan Indri pun berpamitan untuk pulang, sedangkan Rassya dan Arry sudah pulang dari kantornya.

"Sya, kamu beneran gak tertarik jadi pembisnis?" tanya Aqeela setelah Rassya mandi.

"Bukan gak tertarik sih, lebih tepatnya kurang percaya diri aja"

"Padahal tampang kamu cocok loh buat jadi CEO" ucap Aqeela senyum malu-malu.

"Emang jadi CEO cuma modal ganteng" ucap Rassya dengan wajah yakin.

"Siapa bilang kamu ganteng" raut ketus mulai lagi.

"Bukannya kamu bilang tampang ku cocok buat jadi CEO" sedikit kesal.

"Emangnya semua CEO ganteng??" ketus tingkat dua.

"Gak juga sih" sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Menghadapi Aqeela memang membutuhkan kesabaran extra, tapi seiring berjalannya waktu ia mulai terbiasa...

Menikah Muda Denganmu SYAQEELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang