02,,Sekolah°

61.4K 6.3K 148
                                    

"Jadi nama gue di sini itu Alivia. Huft, walau bukan karakter utama, tapi gak papah soalnya gue emang lebih suka sama Alivia ketimbang Ariana" Monolog Aulia.

Aulia kita panggil Alivia yah mulai sekarang

Alivia telah selesai mandi. Ia mengenakan seragam yang di siapkan oleh Bi Tian di atas kasur. Livia telah mengetahui siapa nama dari pembantu atau asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Livia, karna dalam diary yang dia baca tadi pagi. Semua kehidupan dari Alivia Claudia tercatat lengkap di dalam sana.

Alivia Claudia Dickson, gadis berumur 17 tahun, memiliki seorang saudara, namun saudaranya tinggal di USA, hubungan antara Livia dan saudaranya itu tidak lah terlalu baik.

Saudara dari Livia tidak menyukai Livia, sebab sikap Livia yang bersifat pemaksa dan terlalu posesif.

Livia sangat menyayangi saudaranya, namun sayang sekali sebab caranya mengutarakan atau menunjukkan rasa sayangnya itu salah.

"Morning Mom, Dad" Sapa Livia pada keluarganya. Dan mereka membalas dengan anggukan singkat.

Livia bukanlah putri kesayangan yang segala keinginannya di turuti oleh orang tuanya, kehidupan Livia dan Aulia tidak jauh berbeda. Sama sama di tekan oleh keluarganya. Hanya saja Livia berani memberontak untuk di kurung di dalam sangkar emas yang di bangun orang tuanya. Sedangkan Aulia tidak memiliki keberanian yang cukup, itu lah mengapa Aulia menyukai karakter Alivia.

Tuan Brilian Ricolas Dickson dan Delila Ralida Dickson adalah orang tua dari Livia.

"Livia kapan kamu mau ikut pemotretan sama Mommy? Mom sudah siapkan segalanya untuk kamu, dan kamu tinggal mengikutinya saja, tolong menurut Livia" Tukas Deli pada Livia.

Livia memutar bola mata dengan malas. "Gak Mom, sekali Livia gak mau, yah gak mau" Balas Livia pada Deli.

Deli menghela napas gusar mendengar penolakan dari Livia. Maksud Deli sebetulnya baik, ia hanya ingin agar masa depan putrinya akan cerah nanti. Kehidupannya akan tercukupi dengan sangat baik, dan juga ia ingin putrinya aktif dalam dunia sosialita.

Walau Deli tau dunia permodelan itu sangat keras, dan namanya kerap di pandang buruk oleh orang kelas bawah. Tapi sebenarnya dunia permodelan itu tidaklah terlalu buruk.

"Sudah, kalian lanjutkan makan kalian. Daddy berangkat" Ujar Brili pada kedua wanita yang berdebat itu.

Deli dan Livia mengangguk sebagai jawaban. "Yaudah Mom, Livi juga berangkat yah" Pamit Livia pada Deli. Dan dibalas anggukan pula oleh Deli.

➷➷➷➷

"Non biar saya antar, Non kan belum ada SIM, terus Non juga belum mahir kendarain mobil" Pinta Pak Tio pada Livia.

Livia memutar kepalanya memandang Pak Tio, "Udah deh Pak. Saya itu udah tau cara ngendarain mobil dengan baik, Bapak gak perlu khawatir 89% saya aman sampai sekolah" Ketus Livia pada siang supir yang sedari tadi ngotot ingin mengantar dirinya.

"Udahlah Pak Tio, biarin aja Non berangkat sendiri kalau dia mau. Lagian saya  yakin Non Livi pasti gak bakal kok bahayain diri dia" Belas Bi Tian pada Livia.

Livia menyunggingkan senyum pada Bi Tian, dan Bi Tian membalasnya dengan acungan jempol pada majikannya. "Udah Pak Tio biarin aja, dari pada nanti saya aduin ke Nyonya sama Tuan kalau Pak Tio ngebantah Non Livi, emang mau?" Ancam Bi Tian pada Pak Tio.

Akhirnya Pak Tio pun mengijinkan Livia membawa mobil sendiri, padahal dalam hatinya ia sangat takut dan khawatir pada Nonnya itu.

➷➷➷

Livia membelah jalanan Ibu Kota yang ramai dan padat dengan kecepatan rata rata.

Livia mengetahui letak sekolahnya, sebab di buku diary yang sebelumnya ia baca, telah tertulis alamat sekolah dan nama kelasnya.

Livia menuntuni jalan yang di perlihatkan oleh aplikasi go*gle maps pada handphone nya setelah memasukkan alamat yang di tujunya.

Hanya butuh beberapa menit, hingga ia sampai di sekolah yang Livia tempati bersekolah di sana.

Lawrence High School. Di sanalah Livia bersekolah. Salah satu sekolah ternama di kota itu, sekolah yang menampun berbagai macam pelajar, asal mereka memiliki otak dan pemikiran yang memuaskan.

Mobil lamborghini gallardo berwarna hitam memasuki parkiran sekolah itu. Livia membuka pintu mobil yang ia kendarai ke sekolah.

Dengan gaya cool ia memasuki kelasnya, untung saja kelas dari Livia tidak terletak terlalu jauh, jadi mudah baginya untuk mencari kelas yang sebelumnya belum pernah ia datangi dan hanya bermodalkan mengetahui nama kelas itu.

☆☆☆☆

Jumlah kata, 609 kata
Tanggal publis 04 Juni

Damn Novel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang