"Lo terlalu baik buat mereka Livia, mereka itu gak pantes dapet kebaikan lo ini" Tukas Justine pada Livia.
Livia hanya menatap Justine seraya terkekeh kecil. "Gimanapun mereka keluarga gue Just, gue gak mungkin lupain jasa mereka yang udah rawat gue pas gue masih kecil" Balas Livia.
"Huft, terserah deh. Tapi gue gak mau yah kalau sampai lo ngorbanin sesuatu dalam diri lo lagi cuman demi mereka" Tutur Justine lagi pada Livia. Dan Livia membalas dengan senyum pada wajahnya.
"Mereka keluarga gue Justine. Mau mereka sejahat apapun sama gue. Tetep aja gue gak akan bisa benci mereka, gua gak akan pernah capek sama mereka. Sejahat apapun mereka dan setega apapun mereka. Lagipula, lo kan tau gue bangun semua perusahaan, cabang cabang, WINGS, dan semuanya itu, semata mata cuman buat keluarga gue dan anak anak WINGS" Tukas Livia dengan menatap langit malam.
"Iya sih, tapi pengorbanan lo udah terlalu banyak kali Liv, sekali kali istirahat itu gak papah" Ujar Justine menghampiri Livia.
"Hahah, iya nanti kapan-kapan gue istirahat. Kita tunggu tanggal mainnya aja" Balas Livia dengan tertawa gembira pada Justine.
Justine menghela napas, "Yaudah gue balik yah Liv, soalnya udah malem nih. Adek gue gak ada yang temenin di rumah, takutnya dia kenapa kenapa nanti. Kan gue yang kena masalah nanti, jadi gue pamit duluan yah. Kalau ada apa-apa, langsung aja calling gue" Pinta Justine.
Livia mengangguk mengiyakan, "Yaudah, bye. Salamin buat adek lo!" Teriak Livia pada Justine dari balkon apartement yang ia beli.
Justine melambaikan tangannya pada Livia. Dan Livia membalasnya dengan hal yang sama. Mereka seperti sepasang kekasih, padahal Livia sudah menganggap Justine sebagai Abangnya sendiri.
Justine itu hampir seumuran dengan Agas, hanya berbeda dua tahun saja. Dan Livia sudah menganggap bahkan menyayangi Justine, seperti ia menyayangi Agas.
Alasannya? Simple, karna Justine selalu ada di saat dirinya sedang dalam masalah. Saat dirinya sedang terpuruk, Justine selalu menemaninya. Saat hari dimana Livia diagnosa mengidap kanker darah atau leukimia stadium 2, Justine tidak pernah meninggalkan dirinya.
Bahkan Justine lebih tau tentang Livia dibandingkan Agas, yang bernotabe sebagai Abang kandungnya sendiri.
"Ya Tuhan, Livia gak tau engkau buat scane apa buat hidup Livia. Tapi satu hal yang Livia minta, jangan buat seseorang yang Livia sayang merasa tersakiti. Walau gue di sini cuman roh yang entah gimana caranya bisa sampai ke novel ini. Tapi tetep aja, Livia yang asli juga punya perasaan" Gumam Livia bermonolog pada dirinya sendiri.
"Livia, gue bakal ikutin alur yang udah lo buat, tapi bukan berarti gue akan selalu diam dengan perlakuan keluarga lo. Karna gue gak suka terlalu di atur atau di rendahin. Koadratnya, gue emang selalu di atas, berada pada puncak segalanya adalah tempat gue" Tukas Livia di sertai dengan smirk pada wajahnya.
Setelah itu, Livia masuk ke dalam apartnya, tanpa mengetahui bahwa ternyata ada seseorang yang mengawasinya dari jauh. Sepertinya orang itu cukup lihai, sebab Livia tidak merasakan dirinya. Padahal biasanya Livia selalu peka terhadap sekitarnya.
"Menarik" Gumam orang itu dari jauh. Di sertai dengan senyum misterius dari wajahnya.
Setelah mengatakan hal itu, orang itu menghilang bukan menghilang sih, tepatnya meninggalkan tempat itu.
➷➷➷➷
"Jadi gimana? Kalian udah tau siapa yang mau nyelakain keluarga gue?" Tanya Livia pada Erza dan Tio.
Erza memandang Livia, begitupun Tio. Mereka saat ini sedang berada di ruang kerja Livia dalam mansion WINGS.
"Iya Liv,, kita udah nemuin siapa yang mau lakuin itu. Tapi apa lo gak terlalu baik buat mereka? Mereka udah usir lo, rendahin lo, hina lo, bahkan mukul lo kan" Tutur Erza menatap serius pada Livia.
Keseriusan dari Erza, Livia balas dengan kekehan. "Apa gue pernah bercanda sama sesuatu yang gue inginkan? Gak kan, kalian udah tau itu" Tukas Livia membantah.
Erza dan Tio bungkam mendengar balasan dari Livia. Benar yang Livia katakan, ia tidak pernah main main dengan sesuatu yang dia inginkan. Jadi sekeras apapun mereka berusaha untuk menghentikan Livia melindungi keluarga biadap itu, tetap saja Livia tidak akan mau mengerti.
"Ok, jadi siapa?" Tanya Livia penasaran pada Erza.
Erza menghela napas pelan. "Nih" Ujar Erza seraya menyerahkan sebuah amplop putih pada Livia. Livia yang mengerti maksud akan Erza pun menyambar amplop itu dan membukanya dengan segera.
☆☆☆☆
Jumlah kata, 623 kata
Tanggal publis 06 Juni
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn Novel [TAMAT]
Teen Fiction[TAMAT] FOLLOW SEBELUM BACA! Aulia, gadis yang sangat tertekan oleh keluarganya. Keluarga Aulia, selalu menuntut dirinya untuk menjadi yang terbaik, dalam hal apapun. Selalu menjadi yang pertama, adalah moto hidup dari Aulia karna keluarganya. Pad...