Lampu ruang IGD di matikan, artinya kegiatan di dalam sana telah usai. Dokter keluar dari ruangan itu seraya melepas masker yang ia pakai di dalam tadi.
Keluarga dari Bastian dan Aulia dengan cekatan bertanya pada dokter tentang keadaan pasutri yang di dalam sana.
"Dokter bagaimana keadaan putra dan putri kami?" Tanya Berlian pada dokter itu.
"Keluarga pasien?" Tanya dokter itu. Di balas anggukan oleh Berlian.
"Saya Mamah dari Aulia" Jawab Berlian.
Akhirnya dokter itu pun menjelaskan tentang keadaan dari Bastian dan Aulia. Mereka bahagia ketika mengetahui Aulia baik-baik saja.
Namun mereka sangat sedih, ketika mengetahui Bastian telah meninggal dunia.
"Maaf Pak, Buk, kami sudah berusaha yang terbaik. Namun saudara Bastian tidak dapat di selamatkan" Jelas dokter itu pada keluarga Bastian.
Arumi menangis tersedu-sedu mendengar bahwa putra nya itu meninggal dunia.
"Gak,, gak mungkin. Dokter jangan bercanda,, anak saya gak mungkin ninggalin saya! Mas dokter itu udah ngasih tau berita hoax ke kita Mas, gak mungkin Tian ninggalin kita!" Bantah Arumi, dan mengadu pada Abi, Ayah Bastian.
Tidak dapat di pungkiri, bukan hanya Arumi yang bersedih. Namun Abigail juga sangat terpukul mendengar perkataan dokter itu, namun jika ia terlihat sedih. Maka siapa yang akan menguatkan istrinya.
"Bund, Bunda jangan gini yah. Ikhlasin Tian Bund, biar dia tenang" Pinta Abigail pada Arumi.
Namun Arumi masih saja menangis tersedu, ia masih tidak bisa melepaskan sang putra. Buah hati yang selama ini ia jaga, sekarang telah meninggalkan dirinya untuk selamanya.
Seharusnya ia lah yang pergi terlebih dahulu, bukan malah anaknya yang meninggalkannya terlebih dahulu seperti ini.
"Mas,, Bastian bener bener ninggalin kita? Hiks,, Aku gak sanggup di tinggalin sama Tian Mas. Aku gak sanggup hiks" Sungut Arumi dengan sesekali terisak.
Abigail membawa tubuh istrinya ke dalam dekapannya, dan meminta pada dokter untuk melakukan tugas mereka yang seharusnya pada mayat sang putra.
Walau saat hendak di bawa, Arumi sempat menolak tegas, namun apa dayanya, ini memang harus segera di lakukan. Bastian harus dengan segera di makamkan, agar arwahnya dapat tenang di alam sana.
Sedangkan Berlian dan Andre, mereka juga tidak jauh berbeda dari Arumi dan Abigail. Sebab Aulia ternyata tidak meninggal, namun ia mengalami koma. Dan entah koma itu sampai kapan.
Selain itu, mereka juga terpukul karna mendapati kabar bahwa calon menantu mereka ternyata telah meninggal dunia. Dan meninggalkan putri mereka yang akan menjadi istrinya.
Pemakaman Bastian telah usai sore itu. Hari pernikahan Bastian adalah hari dimana nyawanya merenggang.
Orang tua dari Bastian dan Aulia sedang berada di pemakaman Bastian sekarang.
"Son. Kamu udah ngeduluin Ayah sama Bunda aja yah ke sana. Kamu pasti bahagia yah di sana, ketemu sama kakak-kakak kamu" Tutur Arumi mengusap batu nisan sang putra.
Abigail membelai surai hitam milik sang istri.
"Dia pasti bahagia di sana, kamu harus ikhlasin Tian yah sayang. Biar dia bisa tenang, jangan berlarut dalam kesedihan kamu" Pinta Abigail pada istrinya.
Dan di balas anggukan oleh Arumi.
"Jeng, saya dan sekeluarga turut berduka atas ini semua. Karna melindungi Aulia, Bastian sampai meninggal seperti ini" Tutur Berlian merasa bersalah pada Bastian dan keluarganya.
Arumi berdiri seraya memeluk Berlian.
"Makasih Jeng, tapi ini bukan karna Aulia atau siapapun. Ini memang sudah takdir Bastian, dan melindungi Aulia itu memang sudah kewajiban dia. Sebab dia itu tunangan bahkan calon suami Aulia, dia sudah mengucapkan sumpah dan janji pernikahan pada Aulia, jadi jangan menyalahkan diri kalian yah" Ujar Arumi, tidak ingin keluarga Aulia merasa bersalah atas kejadian itu.
☆☆☆☆
Jumlah kata, 560 kata
Tanggal publis 19 Juni
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn Novel [TAMAT]
Teen Fiction[TAMAT] FOLLOW SEBELUM BACA! Aulia, gadis yang sangat tertekan oleh keluarganya. Keluarga Aulia, selalu menuntut dirinya untuk menjadi yang terbaik, dalam hal apapun. Selalu menjadi yang pertama, adalah moto hidup dari Aulia karna keluarganya. Pad...