Setelah itu, Rere pun meninggalkan kamar rawat Livia. Tepat saat Rere keluar, Erick masuk ke dalam sana. Livia menyambut kedatangan Erick dengan senyum manis dari wajahnya. Erick pun membalasnya dengan senyum juga.
"Gimana keadaan kamu?" Tanya Erick pada pacarnya. Sembari mengusap usap tangan dari Livia.
"Emm, kayak yang kamu liat kok" Ujar Livia lembut pada Erick.
Erick mengangguk sebagai jawaban. "Cepet sembuh my Princess" Tukas Erick seraya mengecup singkat dahi Livia.
Livia hanya tersenyum malu, ketika di perlakukan seperti itu.
Beberapa hari berlalu, dan kini kondisi Livia cukup membaik dari sebelumnya.
Livia di perbolehkan kembali karna paksaan dari Livia sendiri. Beberapa hari ia terawat isolasi di apartemennya, kini Livia sudah semakin sehat dan boleh ke sekolah. Walau penyakitnya masih belum membaik.
Hari ini, Erick tidak sempat menjemputnya ke sekolah. Karna Erick sendiri terlambat datang hari ini katanya.
Namun siapa sangka, saat sampai di sekolah, bukannya mendapatkan kebahagiaan, ia malah melihat sesuatu yang sungguh melukai hatinya.
Ia melihat Erick dan Ariana yang sedang berciuman di parkiran sekolah.
Hati Livia terasa ngilu melihat itu semua. Ia sudah mencintai Erick bahkan sangat, namun kenapa pria itu malah melukainya lagi.
Apa tidak cukup ia melukai dirinya selama ini? Dan Ariana, gadis murahan sekali ternyata wanita itu.
Livia memegang dadanya, dadanya terasa sesak dan dahinya terus di cucuri oleh keringat dingin.
Livia berlari dari parkiran itu dan meninggalkan sekolah, dengan keadaan yang tidak bisa dikatan baik baik saja sekarang.
Keadaan Livia sungguh kacau, hatinya sakit, dadanya sesak, kepalanya pusing, dan tidak lupa dengan darah yang terus bercucuran dari hidungnya. Dan setiap ia batuk, maka pasti mengeluarkan darah.
Livia berlari entah kemana, pikirannya kosong. Lagi-lagi ia di khianati oleh kekasihnya sendiri.
Diamana semua perkataan dan janji yang di katakan oleh Erick selama ini? Ia kecewa pada Erick.
Sedangkan di sisi lain.
Erick bukan sengaja mencium bibir Ariana. Bahkan bibir mereka belum bersentuhan. Sebab entah bagaimana, Ariana tiba-tiba saja datang dan mencium Erick. Namun untung saja Erick menahan Ariana.
Erick mengacak rambutnya frustasi saat mengetahui bahwa Livia tadi melihat semua kejadian itu.
Ia menyesal terlambat mengejar Livia. Dan kini, ia tidak tau Livia berada dimana. Erick tidak ingin terjadi apa apa pada Livia, ia sungguh mencintai Livia.
Di dunia ini, hanya Livia yang dapat mengisi hatinya saja, dan hanya Livia yang ia anggap dalam hidupnya. Namun ia telah membuat gadis yang ia cintai itu kecewa.
"Livia, kamu dimana" Gumam Erick terus berusaha mencari keberadaan Livia.
Saat sedang sibuk mencari, perhatiannya di alihkan oleh sebuah kerumuman di jalan.
Ia menepikan mobilnya, kemudian menghampiri kerumuman itu.
Jantung Erick berpacu dengan sangat cepat ketika melihat apa yang saat ini ia lihat, dengan cepat Erick mengangkat dan membopong tubuh gadis yang di kerumumi itu ke dalam mobilnya, tanpa menghiraukan perkataan dari orang-orang.
"Gak, kamu gak boleh kenapa-napa sayang" Gumam Erick seraya melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata bak orang kesetanan.
Tadi saat Livia berlari, ia melihat seorang anak yang hendak mengambil sebuah bola di jalanan.
Namun sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi juga menuju bocah itu. Tanpa pikir panjang, Livia berlari kearah bocah itu kemudian melemparkan tubuh anak itu ke pinggir trotoar, tapi sayang saat ia hendak menjauh juga. Sudah terlambat, sebab mobil itu sudah kepalang menabrak dirinya.
Tubuh Livia terhentak ke depan. Kepalanya membentur tiang trotoar, hingga mengeluarkan darah. Livia seakan sudah berhadapan dengan malaikat maut saat ini.
Penyakitnya sudah memasuki stadium akhir. Di tambah kecelakaan itu, entah bagaimana nasib Livia setelah ini.
☆☆☆☆☆
Jumlah kata, 576 kata
Tanggal publis 08 Juni
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn Novel [TAMAT]
Teen Fiction[TAMAT] FOLLOW SEBELUM BACA! Aulia, gadis yang sangat tertekan oleh keluarganya. Keluarga Aulia, selalu menuntut dirinya untuk menjadi yang terbaik, dalam hal apapun. Selalu menjadi yang pertama, adalah moto hidup dari Aulia karna keluarganya. Pad...