18,,Siapa?°

22.9K 2.4K 29
                                    

Mendengar hal itu, sontak para petugas itu pun menjawab, bahwa tidak masalah membalasnya. Lagi pula, jika memang mereka yang mencari masalah terlebih dahulu, malah lebih bagus kalau di balas dari pada di biarkan.

Alfa yang tidak mendapatkan pembelaan dari siapa pun akhirnya pasrah.

"Hancurin tempat ini" Titah Ana pada Erza dan Tio.

Erza dan Tio menurut, mereka pun mengacak acak tempat itu, tampa ada perlawanan sedikit pun, sebab sang CEO saja sudah tidak memiliki kekuatan apapun sekarang.

Setelah selesai mengacak tempat itu, Alfa menghela napas dan berpikir semuanya telah usai. Begitupun dengan Ana dkk. Namun saat Ana menerima telpon bahwa kondisi Livia semakin memburuk, detik itu juga, Ana meminta semuanya untuk keluar dari perusahaan itu, dan membakar perusahaan itu hingga tak tersisa.

Alfa berteriak dan berusaha masuk ke dalam sana untuk menyelamatkan perusahaan yang telah di wariskan oleh keluarganya itu, namun ia di tahan oleh petugas polisi yang ada di sana.

"Kenapa! Kenapa kalian bakar perusahaan saya!" Teriak Alfa dengan histeris.

Keadaan dari Alfa, saat ini sungguh kacau. Tidak ada lagi penampilan dan image dari seorang CEO dalam dirinya di mata orang orang.

"Itu semua bahkan belum cukup dan sebanding, dengan apa yang udah putri anda lakuin ke Queen kami" Balas Ana dengan tenang di sertai dengan smirk devilnya.

"Sialan" Desis Alfa mengumpati putrinya sendiri.

Setelah itu, Ana pun meninggalkan Alfa yang meratapi kebodohan putrinya, bersama dengan Erza dan Tio menuju ke rumah sakit.

Sedangkan di sisi Erick dan Livia, saat ini Erick sedang sangat khawatir dengan keadaan dari Livia.

Dokter berkata, sekarang mereka tidak dapat melakukan apa-apa lagi. Semuanya hanya dapat di pasrahkan pada Tuhan sekarang.

Erick menatap wajah cantik dari Livia yang tengah terpejam saat ini di atas brangkar rumah sakit. Erick terus menerus mengusap usap tangan dari Livia, berusaha memberikan kehangatan tertentu pada Livia.

Tidak lama, datanglah Ana dkk. Mereka masuk dengan hati-hati, takut mengganggu sesuatu di dalam sana.

Mereka terpana melihat kondisi dari wanita yang sangat mereka sayangi itu tengah sangat lemah sekarang.

Erza dan Tio yang menganggap Livia sebagai adik mereka sendiri, merasa tidak becus menjaga adik kecil mereka.

Erza dan Tio di ikuti Ana bergegas mendekati Livia dan Erick. Erza dan Tio mengusap wajah dan pucuk kepala Livia dengan sayang.

"Andai aja Abang kamu bisa giniin kamu Liv, tapi sayang banget, Agas terlalu bodoh" Gumam Erza menatap wajah pucat Livia yang terasa sangat dingin, namun terus-menerus mengeluarkan keringat.

"Shutt, jangan bahas soal Agas Za, gue males dengernya" Tukas Tio menatap Erza dengan tatapan tidak bersahabat.

Erza hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Cepet sembuh. Kamu kuat, kamu kuat Livia" Tutur Tio tepat di telinga sebelah kanan dari Livia. Berharap Livia dapat mendengar ucapannya.

Mereka semua bersedih di sana.

Sedangkan di sisi Livia, ia merasa sangat kaget.

Bagaimana tidak, Livia melihat tubuhnya terbaring di atas brangkar, dengan orang orang yang ia sayangi, sedang menangis di sampingnya.

"Hei! Ini Livia di sini, kenapa kalian malah nangis gitu sih! Erick, ini aku ada di sini! Heyy" Tukas Livia dengan berusaha menyentuh mereka semua.

Namun sayang, saat hendak menyentuh mereka. Ada sebuah penghalang yang menghalangi dirinya dapat menyentuh mereka.

Livia menangis, melihat itu semua. Hatinya tidak kuat melihat mereka semua menangis tersedu sedu seakan dirinya akan meninggal saja. Padahalkan tidak, dan juga takdir Livia di novel ini, memanglah meninggal.

Tidak lama, pandangan Livia menggelap, saat matanya terbuka. Ia melihat sosok dari Livia yang asli berada di hadapannya. Bagaimana mungkin? Padahal ini semua dunia novel, dan tidak mungkin rasanya novel itu memang memiliki arwah yang hidup seperti yang Livia lihat saat ini.

"Lo siapa?" Tanya Livia pada gadis itu.

☆☆☆

Jumlah kata, 591 kata
Tanggal publis 09 Juni

Damn Novel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang