20,,Sunset°

21.2K 2.1K 19
                                    

Kemarin, kondisi dari Livia sudah sangat baik. Bahkan lebih baik dari sebelumnya, mereka semua bahagia. Begitupun Livia, namun Livia tau bahwa ini semua pertanda bahwa dirinya akan segera meninggalkan segalanya yang ada di sana.

Pagi ini Livia sudah mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan penggantian pemilik dari VLT Company, sekarang Valentino Company sudah resmi menjadi milik dari keluarganya, walau tanpa sepengetahuan mereka.

Biar nanti saja mereka tau, ketika Livia sudah meninggal sesuai dengan yang di rencakan oleh Livia sendiri.

Dan soal genk, mereka juga sudah di alihkan pada Ana. Namun Ana menolak dengan tegas. Mereka berkata, walau dirinya pergi, pemimpin mereka tetaplah dirinya. Tidak akan ada yang dapat menggantikan Queen mereka.

Livia sangat terharu mengetahui hal itu, dan mereka juga sudah sepakat akan menjaga keluarga Livia, walau awalnya mereka tidak setuju.

Sedangkan Ariana? Livia tidak tau gadis itu sedang dimana sekarang. Sebab setelah insiden itu, Ariana tidak pernah muncul lagi di hadapannya. Bukan hanya di hadapannya, tapi memang seakan Ariana menghilang di telan bumi secara tiba tiba sekarang.

Dan soal Erick, Livia dan Erick sedang dalam masa bahagia mereka. Semoga saja tidak ada yang mengacaukan suasana mereka saat ini, setidaknya sampai dirinya meninggalkan dunia novel itu saja.

Livia tau, tidak seharusnya ia mencintai tokoh novel seperti itu, tapi apa dayanya, sifat tegas dari Erick itu sangat mirip dengan 'dia', dan Livia sangat nyaman di sisi Erick.

Ini adalah hari ke dua dimana dirinya masih hidup dengan bahagia. Ia tidak tau lagi harus bagaimana sekarang, sebab semua persiapan kepergiannya sudah ia persiapkan. Jujur, Livia sangat penasaran dengan reaksi dari keluarga Dickson jika mengetahui segalanya nanti.

Livia juga tidak rela meninggalkan mereka sebenarnya. Tapi apa daya, takdirnya dalam novel itu hanyalah 60 hari saja, sesuai dengan jumlah halaman pada novel Queen Gilrs.

Jika di pikir-pikir sebetulnya judul dari novel itu tidak tepat dengan kehidupan Ariana sebagai tokoh utama. Namun jika di perhatikan lagi, mungkin judul itu akan sedikit cocok, jika yang menjadi pemeran utamanya adalah Livia, tokoh yang tidak memiliki terlalu banyak plot dalam cerita. Namun pada bagiannya, terdapat sebuah ketegasan yang melebihi Ariana.

Livia menikmati pemandangan sunset yang terdapat di balkon belakang rumahnya.

Livia tersenyum dan memejamkan matanya, merasakan angin sepoy yang menerpa wajahnya. Senyum yang sangat tulus dari Livia terbit saat itu.

Senyum yang selama ini tidak pernah ia perlihatkan, dari lahir hingga sekarang, bahkan pada Erick pun tidak pernah. Suasana tenang, yang sangat di mimpikan oleh Livia.

Livia merasa ada seseorang yang memeluknya dari belakang, dari aromanya, Livia tau betul siapa orang itu.

Aroma mint yang menguar dari tubuh Erick, merupakan salah satu aroma yang paling di sukai oleh Livia. Sebab aroma itu, tidak jauh berbeda dari aroma yang digunakan oleh Livia sendiri.

Bagi Livia, aroma parfume laki laki kadang lebih nyaman di hirup daripada aroma parfume wanita. Yang sering kali terlalu menyengat, dan malah membuat sakit kepala.

"Hey, kamu ngapain sih" Tanya Livia walau tidak terdengar seperti sebuah pertanyaan.

Erick beralih dan meletakkan kepalanya di atas pangkuan Livia. Livia mengusap usap lembut kepala Erick dengan penuh sayang.

"Makasih" Tukas Erick.

Livia mengkerut kan dahinya.

"Buat?" Tanya Livia singkat dengan menatap sunset bukannya lawan bicara.

"Makasih, udah buat aku ngerti apa arti kasih sayang baby" Ujar Erick. Dengan menatap sunset juga.

Livia mendengus geli, "Lebay weh" Tukas Livia dengan memelintir kecil pinggang dari Erick.

Erick mengaduh kesakitan, padahal sebenarnya pelintiran dari Livia sama sekali tidak berasa di badannya.

"Gak gak bercanda.. Tapi beneran makasih, kamu udah buat aku paham cara buat hidup dengan lebih baik Livia. Kalau nanti misalnya kamu di renggut oleh penyakit itu, aku juga bakal ikut sama kamu. Kamu pasangan aku, baik di dunia ini ataupun dunia lain nanti" Tukas Erick dengan serius.

Livia menatap serius Erick. "Jangan ngomong gitu, aku gak akan suka kalau kamu bilang gitu. Kalau nanti aku pergi, kamu relain aku. Karna itu memang udah takdir aku" Balas Livia.

"Yaa, dan ikut sama kamu, itu juga udah takdir aku. Aku bakal lawan semuanya asal bisa sama kamu Liv" Tukas Erick lagi.

Livia hanya terkekeh geli mendengar itu.

☆☆☆☆☆

Jumlah kata, 611 kata
Tanggal publis 10 Juni

Damn Novel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang