Tinggg tonggg
Suara bel di rumah keluarga Dickson berbunyi dengan lantang dan menggema di dalam rumah.Bi Tian, dengan segera membukakan pintu. Entah siapa yang datang malam malam seperti ini, sebab sekarang jam sudah menunjukkan pukul 22.00.
"Aden" Tutur Bi Tian yang mendapati, ternyata Kakak dari Nonnya sekaligus anak pertama dari majikannya, kembali.
Bagas Geovanni Dickson, putra sulung dari keluarga Dickson sekaligus Kakak/Abang dari Livia.
Deli yang mendengar putranya kembali pun langsung menerobos Bi Tian dan memeluk putranya dengan sangat erat.
Begitupun dengan Brili. Ia juga langsung berjalan menuju kearah sang putra dan merangkul putranya untuk masuk. Berbeda sekali bukan perlakuan mereka pada Agas dan Livia. Pada Agas mereka hangat sehangat matahari, namun pada Livia mereka cuek dan dingin sedingin salju.
Mereka berbincang di ruang keluarga dengan bahagia. Dan melupakan putri bungsu mereka, Livia.
'Huft, sabar Liv' batin Livia.
Livia berjalan menuju kearah mereka dengan senyum merekah pada wajahnya. Namun senyum itu luntur begitu mendengar perkataan dari Mommynya.
"Kamu makin pinter dan sukses aja yah di sana sayang. Beda sama adek kamu itu, dia kayak bukan anak kandung kita aja, dia sama sekali gak ada semangat buat terjun dalam dunia perbisnisan seperti keluarga kita" Tukas Deli memuji putranya, namun tidak sadar bahwa ia telah sangat menyakiti hati putrinya.
'Ok sabar, itu yang dia maksud Livia, bukan lo kok Aulia' batin Livia lagi, mencoba bersabar sekuat tenaganya.
Lagi-lagi ia berjalan kearah mereka. Namun berhenti lagi ketika mendengar ucapan dari Daddynya kali ini.
"Iya bener, adik kamu itu sangat berbeda dengan kamu. Dia tidak mau di atur. Andai saja dia bukan putri kandung kita, sudah Daddy bawa dia keluar dari rumah ini. Lebih baik membawanya ke apartemen saja" Tukas Brili dengan kejamnya.
'Ini mereka tau gak sih gue denger itu semua. Andai aja yah gue mau, gue bisa bunuh kalian huft, apalagi ternyata Livia itu ketua gangster' batin Livia.
"Udah ah, kalau sama Agas jangan terlalu banyak bicarain Livia. Agas gak suka" Ujar Agas pada kedua orang tuanya, yang terus menerus mengeluhkan Livia, adiknya.
"Hahaha ok" Balas Brili dan Deli pada Agas. Kemudian mereka tertawa bersama.
Kini Livia benar benar sudah mengurungkan niatnya untuk mendekati keluarga itu. Ia tanpa mengucapkan sepatah katapun, langsung berlalu menuju kamarnya.
Hatinya terasa cukup teriris ketika mendengar mereka berkata seperti itu, apalagi membandingkan.
Tapi Livia menepis semua pikiran itu, ia tidak ingin menjadi seorang sad girls atau broken home dalam novel itu.
➷➷➷➷➷
Keesokan harinya, tanpa basa-basi Livia langsung meninggalkan rumahnya dan menuju sekolah. Ia hanya membawa sekotak bekal yang di siapkan oleh Bi Tian maid pribadinya.
Memang, hanya Bi Tian yang memperhatikan dirinya. Bahkan Bi Tian lebih memperhatikan dan menyayangi dirinya ketimbang Mommy kandungnya sendiri yang mengandung dan melahirkan dirinya ke dunia ini.
Livia mengendarai mobil ferrero hitamnya dengan kecepatan diatas rata rata. Ia sangat kesal sekarang.
Pasalnya, tinggal beberapa menit lagi gerbang sekolahnya akan tertutup, namun ia bahkan masih berada sangat jauh dari sekolahnya. Sudah di pastikan ia akan terlambat hari ini.
Benar sekali tebakan Livia. Hari itu, ia terlambat. Untuk pertama kalinya rekor keterlambatannya muncul.
"Kamu kenapa bisa terlambat Livia? Bukankah kamu biasanya tidak pernah terlambat? Tapi ini, huft sungguh image kamu sudah kamu kemanakan?" Tanya Madam Siska selalu guru BK yang mengawas pada hari ini pada Livia.
"Maaf Madam. Saya terlambat, sebab tadi di jalan, macet. Sungguh, kalau Madam tidak percaya, Madam boleh melihat CCTV yang ada di mobil saya" Jelas Livia pada Madam Siska.
"Humm, ya ya saya percaya sama kamu. Tapi lain kali jangan di ulangi yah Livia" Tegur Madam Siska pada Livia dan di balas anggukan semangat oleh Livia.
☆☆☆☆
Jumlah kata, 593 kata
Tanggal publis 04 Juni
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn Novel [TAMAT]
Teen Fiction[TAMAT] FOLLOW SEBELUM BACA! Aulia, gadis yang sangat tertekan oleh keluarganya. Keluarga Aulia, selalu menuntut dirinya untuk menjadi yang terbaik, dalam hal apapun. Selalu menjadi yang pertama, adalah moto hidup dari Aulia karna keluarganya. Pad...