"Kalau lo beneran serius sama gue. Jawab pertanyaan gue, dan jangan coba-coba buat bohong ok" Ujar Aulia.
Elang menatap Aulia dengan tatapan hangat, yang selama ini sangat jarang ia perlihatkan. Bahkan pada orang tuanya sekalipun jarang.
"Apa?" Tanya Elang dengan lembut pada Aulia.
Aulia menghela napasnya pelan. "Cewek yang tadi pelukan sama lo siapa?" Tanya Aulia dengan cuek pada Elang.
Kelihatannya saja cuek, padahal aslinya dia sangat kepo dengan cewek itu.
"Yang mana?" Tanya Elang heran.
Elang tidak tau wanita mana yang Aulia maksud, sungguh. Hari ini ia hanya bertemu dengan dua orang wanita saja. Yang pertama sepupu jauhnya dari sang Ayah, yang datang menjenguk Ayahnya karna David sedang sakit.
Dan yang kedua itu Aulia. Tidak ada lagi wanita lain yang Elang temui selain mereka berdua.
"Ish,, ituloh yang pelukan di rumah lo tadi siang!" Ketus Aulia lagi, Aulia mengalihkan pandangannya kearah lain, sebab ia tidak ingin Elang melihat rona merah yang kini sedang terlihat dari wajahnya pasti.
Elang terkesiap mendengar ucapan Aulia. Ternyata yang di maksud Aulia itu sepupunya toh. "Kayaknya Aulia cemburu nih. Gue kerjain seru kali yah" Batin Elang berbicara.
"Ohh,, itu calon tunangan yang Ayah gue pilihin buat gue. Abisnya lo gak mau nikah sama gue, jadi Ayah gue milihin deh buat gue" Tukas Elang dengan mimik wajah sesedih mungkin.
Aulia nampak terkejut. Namun detik berikutnya wajah Aulia menjadi datar, entah apa yang di pikirkan oleh gadis di hadapan Elang ini, namun yang pasti. Suasana hati Aulia pasti berubah dan terombang ambing sekarang.
"Calon tunangan lo yah. Kalau gitu selamat, gue permis-" Ucapan Aulia terpotong oleh pelukan dari Elang.
"Yah,, yah gue cuman bercanda baby. Gak mungkin Ayah gue mau jodohin gue, lagi pula kalau pun dia lakuin itu, gue pasti bakal nolak" Bujuk Elang ketika Aulia hendak meninggalkan dirinya.
Aulia membulatkan matanya menatap Elang dengan tatapan horror, dan haus akan penjelasan dari pria itu sekarang juga.
"Bercanda Aulia. Udah lo duduk manis dulu, dengerin gue ok. Tadi gue cuman bercanda, cewek itu bukan tunangan gue, tunangan gue itu lo Aulia. Dan dia itu sepupu jauh gue" Tukas Elang menjelaskan.
"Masa" Balas Aulia, seakan tidak percaya. Padahal sebenernya Aulia percaya percaya aja kok sama Elang.
"Astaga,, bener. Kalau gak percaya gue panggil dia deh ke sini, buat ngasih tau lo" Tukas Elang hendak mengambil handphone nya dari dalam sakunya.
Aulia mencegahnya, "Gak usah. Gue percaya kok" Tukas Aulia pada Elang.
Elang pun mengurungkan niatnya untuk menghubungi Melody, sepupunya.
"Jadi,, lo mau gak terima gue?" Tanya Elang dengan tulus pada Aulia.
Katakan lah,, Aulia itu bodoh karna dulu berkali-kali menolak pernyataan cinta dari Elang, namun mau bagaimana lagi. Ketakutan Aulia terlalu menguasainya dulu.
Namun tidak untuk sekarang, sebab kali ini, Aulia menerima pernyataan cinta dari Elang. Dan mau menjadi calon istri dari Elang.
"Makasih Aulia. Gue gak bisa bilang apa-apa, atau janji apa-apa. Tapi semoga gue gak akan pernah ngecewain lo kedepannya. Kalau nanti gue ada salah, atau ada sikap gue yang gak lo suka. Langsung ngomong ke gue, biar gue berubah yah" Tukas Elang mengusap surai coklat Aulia.
Aulia hanya mengangguk saja. Lagi pula ia memang tidak butuh semua janji-janji dari Elang, yang ia butuhkan hanyalah ketulusan dan keseriusan Elang saja. Dan semoga Elang juga tidak akan menyia-nyiakan Aulia, begitupun sebaliknya.
Beberapa minggu berlalu, kini Aulia dan Elang tengah melaksanakan acara pertunangan mereka.
Acara itu berjalan dengan lancar, dan hubungan Elang bersama Aulia selama ini semakin membaik.
Walau banyak perkara seperti kesalah pahaman, namun itu masih dapat mereka selesaikan secara baik-baik, dan dengan kepala dingin.
Kunci utama keharmonisan sebuah hubungan adalah keterbukaan. Jika mereka saling terbuka, maka hubungan akan tetap berjalan dengan harmonis. Namun jika saling menutupi, maka menjalani hubungan itu akan sedikit sulit.
☆☆☆
Jumlah kata, 615 kata
Tanggal publis 23 Juni
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn Novel [TAMAT]
Teen Fiction[TAMAT] FOLLOW SEBELUM BACA! Aulia, gadis yang sangat tertekan oleh keluarganya. Keluarga Aulia, selalu menuntut dirinya untuk menjadi yang terbaik, dalam hal apapun. Selalu menjadi yang pertama, adalah moto hidup dari Aulia karna keluarganya. Pad...