14,,Waktu Berdua°

26.4K 2.9K 149
                                    

Setelah melakukan pemeriksaan, berbincang sebentar bersama dokter Rere. Livia pun pergi meninggalkan rumah sakit itu, dan menuju ke apartemennya.

"Gue gak nyangka hidup lo seberat itu baby" Gumam seseorang yang mendengar pembicaraan dari Livia dengan Rere tadi.

"Gue bakal jagain lo, walau dari jauh. Karna lo itu milik gue" Lanjutnya lagi.

➷➷➷➷

Livia sampai ke apartemennya, dan membuka pintu apartnya dengan malas.

Livia bosan, dia ingin bermain bersama seseorang. Ia ingin berbagi ceritanya seperti dulu pada seseorang. Namun ia tidak memiliki sandaran di sini, ia hanya hidup sebatang kara dalam novel itu.

Walau anak-anak WINGS sudah ia anggap seperti keluarganya, namun tetap saja, rasanya sangat berbeda. Dan agak canggung juga jika curhat terlalu jauh pada mereka.

Akhirnya, Livia pun tertidur dengan terlentang di atas kasurnya tanpa mandi terlebih dahulu. Ia sudah kepalang lelah.

➷➷➷➷

Pagi ini, Livia bangun pagi. Namun saat hendak mandi, tibat tiba saja hidungnya mengeluarkan darah.

Kepalanya juga terasa pusing, kulitnya memucat dan dahinya terasa sangat panas.

Livia tau, itu adalah gejala dari penyakitnya. Ia dengan segera berlari dari kamar mandinya untuk mencari obat yang ia simpan namun tidak pernah ia minum itu di dalam lemari.

Namun naas, sebab lantai kamarnya yang terlalu licin akibat air yang ber cipratan dari kamar mandi. Membuat dirinya terjatuh, dan kepalanya membentur sudut dari nakas kamarnya.

"Apa gue bakal meninggal" Gumam Livia pada dirinya sendiri, sebelum akhirnya pandangan gelap pun menghampirinya.

"Eungh" Lenguhan kecil terdengar dari bibir ranum pucat seorang gadis yang terbaring lemah diatas bangsal rumah sakit.

Saat tadi Livia pingsan. Beruntung Ana sedang di jalan menuju rumahnya. Sehingga saat sampai Ana dapat segera menolong Livia dan membawanya ke rumah sakit.

"Livia, kamu akhirnya sadar. Hiks kamu gak bangunnya lama banget, aku khawatir tau" Adu Ana pada Livia dengan menangis tersedu sedu. Sembari memegangi tangan Livia. Dan mengusapnya memberi kehangatan.

Livia hendak membalas, namun belum sempat ia membalas, seseorang datang dan itu membuat Livia harus mengurungkan niatnya untuk membalas ucapan Ana yang khawatir padanya.

Livia menatap seseorang yang datang itu, mata Livia sedikit membola. Ia tidak menyangka pria ini akan datang mengunjungi dirinya, padahal dulu pria ini bahkan tidak sudi untuk melirik nya. Namun sekarang, ia malah tersenyum ramah pada dirinya.

Siapa dia?

Ia adalah Erick. Erick sudah tau tentang penyakit dari Livia, karna pada hari itu, ia lah yang menguping pembicaraan dari dokter Rere dan Livia.

Livia heran, harusnya dalam alur novel yang ia baca, pria ini sedang bersama dengan Ariana sekarang, karna Ariana sedang demam di rumahnya. Namun ia tidak menyangka, pria ini malah ada di hadapannya.

"Hai" Sapa Erick dengan ramah pada Livia. Dan Livia membalasnya dengan deheman cuek.

Livia memilih diam, karna Ana merasa sekarang saatnya untuk Livia dan Erick memiliki waktu berdua. Ana pun memutuskan untuk keluar meninggalkan mereka berdua.

Ana tau, Erick sudah salah karna menyakiti Livia dulu. Namun sejak kecelakaan itu, Erick sepertinya lumayan berubah. Ia menjadi lebih dingin pada Ariana, dan tidak terlalu memperdulikan gadis itu lagi.

Justru Erick lebih mementingkan Livia sekarang. Dan Ana menyukai perubahan Erick itu, ia akan mencoba memberikan Erick waktu bersama Livia. Mana tau hubungan mereka dapat di perbaiki.

Karna Ana tau, hubungan Erick dan Livia yang buruk, itu selain karna Ariana. Juga karna orang tua dari Ariana yang selalu memanasi orang tua Livia, dan membuat Livia tertekan hingga akhirnya melampiaskan segala emosinya pada gadis itu.

Dan hal itulah yang membuat Erick tidak terlalu menyukai Livia.

"Liv, aku keluar dulu yah. Mau beli makanan, kalian ngobrol aja dulu. Er, gue titip saudari gue bentar yah, jangan sampai lecet. Awas aja kalau dia kenapa-napa, lo yang berhadapan sama gue" Ancam Ana mewanti wanti pada Erick. Walau ia yakin sih Erick tidak akan berbuat macam macam.

Soalnya kan cuma satu macam.

☆☆☆☆

Jumlah kata, 606 kata
Tanggal publis 07 Juni

Damn Novel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang