Keluarga Ana, memanglah keluarga yang berantakan, sebab orang tuanya bercerai dan memilih mengurus keluarga baru mereka masing-masing, tanpa memperdulikan Ana. Dan selama itu, hanya Livia saja sahabat yang bertahan bersama dirinya.
Karna itulah hidup Ana sangat bergantung pada Livia.
Tidak lama, datanglah Erza, Tio, Justine dan Ikbal. Mereka datang atas permintaan dari Ana.
Ikbal adalah salah satu anggota inti WINGS, hanya saja ia tidak mengurus cabang Indonesia. Melainkan ia mengurus cabang Rusia, bersama Roland di sana.
"Gimana keadaan Livi, Na?" Cerocos Tio pada Ana.
Ana tidak menjawab, ia hanya mampu menatap Livia sekarang. Ia tidak memikirkan imagenya sebagai wanita di hadapan pria sekarang.
"Ana jawab!" Bentak Tio tidak sabaran pada Ana.
Pasalnya Tio itu juga sangat menyayangi Livia, ia tidak bermaksud jahat membentak Ana. Hanya saja ia masih tidak percaya akan apa yang ia duga dalam pikirannya.
"Buruk" Gumam Ana pelan, namun masih dapat di dengar oleh mereka semua.
Tio berjalan dengan cepat menuju Ana, dan mendaratkan tamparan nya pada Ana.
Plakkk
"LO JANGAN BILANG GITU ANA! GAK MUNGKIN LIVIA GITU" Bentak Tio pada Ana.
Ana tidak mampu melawan Tio, walau badannya di guncang hebat bahkan di perlakukan seperti sebuah benda oleh Tio sekarang, yang main di kerasi jika sedang tidak di sukai. Namun ia tidak perduli. Yang ia perdulikan hanya satu, yaitu Livia.
Ikbal membawa Tio menjauh dari Ana.
"LO NGAPAIN! LEPASIN GUE, GUE MESTI NGASI PELAJARAN KE CEWEK ITU, BIAR DIA GAK SEMBARANGAN KALAU NGOMONG LAGI! BITCH!" Bentak Tio dalam keadaan emosi.
Dari para anggota inti WINGS, memang Tio lah yang paling emosian. Walau ia jarang ikut campur telalu larut dalam suatu hal, namun jika ia sudah ikut campur, ya begitulah ia akan sangat mudah tersulut emosinya.
Lagi dan lagi, Ana hanya menerima semua itu, tanpa niatan untuk membalas ucapan Tio atau sekadar memberi pembelaan pada dirinya.
Bukan hanya itu alasannya sebetulnya, namun Ana juga mencintai Tio, jadi ia hanya menerima segala perkataan buruk Tio pada dirinya. Padahal jika itu orang lain, setidaknya ia akan membalas sedikit karna telah menyakiti fisiknya.
Hanya air mata dan isakan yang dapat Ana keluarkan. Ia hanya berharap, semoga Livia segera terbangun.
Klek
Suara pintu IGD terbuka.Datanglah Erick, bersama tiga orang sosok manusia yang sedang menahan tangis mereka sekarang. Dua orang pria dan satu orang wanita, mereka adalah Brili, Deli dan Agas.
Tanpa pikir panjang Deli berjalan menuju brangkar Livia, dan menjatuhkan tubuhnya di tubuh Livia.
Tangis mereka pecah saat itu.
Ana bangun dari duduknya, kemudian mendorong tubuh sempoyongan Deli agar menjauh dari tubuh Livia.
Deli menatap nyalang kearah Ana, karna telah melakukan hal itu pada dirinya. Namun Ana membalasnya dengan tatapan sinis.
"Kenapa kamu dorong saya?!" Tanya Deli dengan sedikit membentak. Ya, hanya sedikit, sebab ia masih ingat di sana ada putrinya yang sedang tertidur dan jangan sampai mengganggunya pikir Deli.
"Emang kenapa kalau saya dorong anda? Dan apa yang kalian lakuin di sini?" Tanya Ana mencoba meredam emosinya, baik emosi kesedihan ataupun emosi kemarahan.
"Jelas saya menemui putri saya! Justru saya yang bertanya, apa hak anda mendorong saya seperti tadi dari putri saya?" Tanya Deli dengan sinis.
Ana terkekeh geli. Namun lebih ke menyedihkan,, "Hahaha putri? Maaf, tapi jika anda lupa kalian sudah mengusir gadis yang kalian sebut sebagai putri kalian itu dari rumah kalian" Balas Ana dengan tidak kalah tajamnya.
"Apa ada seorang keluarga apalagi orang tua yang sengaja mengusir putrinya sendiri dari rumah mereka? Apa kalian pantas di sebut sebagai orang tua? Cih hewan aja bahkan lebih baik pada buah hati mereka, dibanding kalian" Tambahnya, tidak lupa dengan nada sinis dan pandangan tajamnya pada Deli.
☆☆☆☆
Jumlah kata, 587 kata
Tanggal publis 11 Juni
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn Novel [TAMAT]
Teen Fiction[TAMAT] FOLLOW SEBELUM BACA! Aulia, gadis yang sangat tertekan oleh keluarganya. Keluarga Aulia, selalu menuntut dirinya untuk menjadi yang terbaik, dalam hal apapun. Selalu menjadi yang pertama, adalah moto hidup dari Aulia karna keluarganya. Pad...