Hari ini Livia sengaja datang terlambat ke sekolah.
Livia memilih menuju ke taman belakang sekolah untuk mendinginkan pikirannya.
Sebab pikirannya juga sering memanas akhir-akhir ini.
Ia ingin membuat keluarga itu menyesal, tapi ia bingung. Sekarang ini masih belum waktunya untuk ia melakukan itu, tapi rasa sabarnya akan keluarga Dickson sungguh sudah di ambang batas.
Akhirnya, Livia memutuskan untuk mulai menjalankan rencananya untuk membuat keluarga Dickson itu meminta maaf padanya.
Namun bukan dengan cara yang kelewatan. Ia tidak akan memanfaatkan penyakit nya untuk membuat keluarga Dickson perhatian pada dirinya.
Melainkan, ia akan membongkar segala kebohongan dan kebenaran-kebenaran yang selama ini Livia kunci rapat dari orang tuanya.
"Gue bakal minta maaf sama kalian, tapi kalian juga harus nyesalin segala perbuatan kalian ke gue. Karna rasa sakit yang selama ini Livia rasain, bukan rasa sakit yang sepele" Gumam Livia dengan suara rendah.
Livia menatap langit, yang menunjukkan sinar terang, namun sedikit mendung dengan awan hitam. Seperti perasaan Livia saat ini, walau di kelilingi oleh kebahagiaan, tapi di bagian terdalamnya terdapat sebuah awan kesedihan yang tersimpan.
"Aulia kangen Ayah sama Bunda" Gumam Livia lagi.
Ia merindukan orang tuanya di dunia nyata. Walau di kehidupan nyatanya, ia juga di kekang, tapi setidaknya ia tidak pernah di bandingkan atau bahkan sampai di usir dari rumah oleh keluarganya sendiri.
Hari ini, sepulang dari sekolah, Livia memutuskan untuk ke rumah sakit. Hanya untuk mengecek kondisinya saja, sebab walau tidak ingin melakukan terapi pengobatan apapun. Ia tetap akan chek-in kesehatannya di rumah sakit, untuk meninjau sudah sejauh mana penyakitnya itu berkembang.
Livia memasuki rumah sakit dan bertemu dengan dokter Rere.
Dokter Rere adalah dokter muda yang menangani penyakit dari Livia. Dan dokter Rere sudah menganggap Livia seperti adiknya sendiri.
Livia memasuki ruangan dokter Rere tanpa meminta persetujuan resepsionis sebab ia sudah biasa pergi ke tempat itu.
Namun siapa sangka, ternyata ada seseorang yang melihat Livia masuk ke dalam ruangan itu. Orang itu memangikuti Livia dan menguping di ruangan dokter Rere.
"Liv, kamu ikut terapi ini aja yah. Sekali aja, kakak mohon sama kamu, kakak gak tega liat kamu gini. Pas kakak diagnosa kamu barusan, penyakit kamu ini semakin memburuk Liv, kakak gak mau kamu kondisi kamu jadi lebih buruk kedepannya" Pinta Rere pada Livia.
Sungguh, Rere tidak ingin adik kecilnya itu terus menerus menderita. Rere tau keadaan antara Livia dengan keluarga Dickson, sebab Rere adalah sepupu jauh dari Livia sendiri.
Livia menghembuskan napasnya pelan, seraya menatap Rere. Livia tersenyum, namun itu adalah sebuah senyum kepedihan.
"Kak, aku gak papah. Aku gak mau ikutin setiap terapi-terapi itu, karna satu asalan kak. Aku gak mau mengulur waktu kematian aku kak" Tukas Livia dengan nada bergetar.
Livia mendongakkan kepalanya keatas. Untuk mencegah air matanya meluncur.
"Andai bunuh diri gak dosa. Udah aku lakuin kak, aku gak sekuat dan setegar yang mereka pikirin. Aku mau tunjukin ke mereka kak, kalau aku bisa menjalani kehidupan aku tanpa adanya mereka walaupun di saat saat terakhir nanti" Tambahnya dengan tersenyum.
Rere membuang pandangannya dari Livia, ia tidak sanggup menatap wajah Livia. Ia malu, jika ia menjadi Livia, mungkin ia sudah tidak mampu untuk bertahan lagi.
Sesakit apapun makian seseorang pada kita. Sekasar apapun mereka. Tapi satu hal yang paling menyakitkan, yaitu di bandingkan oleh orang tua kita sendiri.
Terkadang seseorang yang melahirkan dan membesarkan kita sendirilah, yang menjadi orang penyebab rasa sakit paling dalam kita.
"Maafin kakak Livia. Tapi kakak mohon banget. Kakak tau, kamu menderita banget kan, penyakit kamu sudah memasuki stadium tiga Livia. Dan itu sudah hampir mencapai stadium akhir" Tukas Rere dengan suara bergetar pada Livia.
Saat mendengar itu, Livia sama sekali tidak menangis. Ia tidak mengeluarkan sedikitpun air matanya. Ia malah tersenyum dan tertawa, walau tawanya terdengar sumbang.
☆☆☆☆
Hai semua, author mau nanya, wp author kok gini yah setiap vote karya pasti gak bisa selalu muncul tulisan "
'User has voted too many times, please try again later', ada yang gitu juga gak?:(Jumlah kata, 607 kata
Tanggal publis 07 Juni
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn Novel [TAMAT]
Teen Fiction[TAMAT] FOLLOW SEBELUM BACA! Aulia, gadis yang sangat tertekan oleh keluarganya. Keluarga Aulia, selalu menuntut dirinya untuk menjadi yang terbaik, dalam hal apapun. Selalu menjadi yang pertama, adalah moto hidup dari Aulia karna keluarganya. Pad...