19,,Sayang°

23.2K 2.3K 44
                                    

"Hai" Sapa remaja itu dengan tersenyum manis pada Livia.

Livia membalasnya dengan tatapan penuh tanya.

Remaja itu menghela napasnya pelan. "Maaf aku manggil kamu ke sini, sebelum kamu meninggal dan tinggalin dunia aku. Aku mau ngasih tau sesuatu sama kamu, aku mohon, setelah nanti kamu sadar. Alihkan semua saham perusahaan aku atas nama orang tua aku, Aulia. Dan perintahin ke orang-orang aku, buat jaga keluarga aku" Tutur remaja itu.

"Bentar, ini kan cuman dunia novel. Harusnya Livia itu gak memiliki arwah kayak lo" Balas Livia.

"Hahaha,, iya kalau novel biasa itu emang gak akan ada Aulia. Tapi aku beda, novel itu berbeda. Dan aku memang memiliki kehidupan di dunia aku sendiri. Yaitu dunia yang sekarang kamu tempatin" Bantah Livia.

Aulia memutar otaknya, mencoba untuk mengerti.

"Au deh, intinya sekarang itu lo mau gue alihin semua saham dan geng lo buat kepentingan keluarga lo? Kepentingan seseorang yang bahkan gak pernah merhatiin dan sayangin lo? Apa itu gak terlalu baik?" Tanya Aulia pada Livia.

Livia menggeleng pelan, "Mereka sayang sama aku, cuman cara mereka memperlihatkannya berbeda. Dan aku gak sebaik yang kamu pikir kok, karna aku punya rencana dan takdir sendiri setelah kamu lakuin itu semua" Balas Livia dengan merubah pandangannya.

Aulia hanya dapat menghela napas, "Tapi hidup gue aja udah tinggal beberapa jam Livia" Tukas Aulia.

"Tenang aja, karna aku udah memohon sama 'dia' biar kamu di biarin untuk hidup selama beberapa hari lagi, tolong manfaatin itu semua dengan baik" Ujar Livia seraya tersenyum dan melambaikan tangannya. Dan berakhir dengan menghilangnya sosok Livia itu.

Tidak lama setelahnya, Aulia pun kembali terbangun, dalam tubuh Livia dalam novel itu.

Livia menyesuaikan penglihatannya dengan pencahayaan di ruangan itu. Perlahan tangannya meraih tangan Erick, yang berada di atas bangsal tempat tidurnya.

"Rick,, Erick" Panggil Livia dengan lirih sembari mengguncangkan samar tangan Erick.

Erick yang merasa ada pergerakan pun, mulai membuka matanya. Ia kaget, sekaligus bahagia melihat seseorang yang sangat ia nanti kini tersadar, setelah berhari-hari dalam keadaan koma.

Tanpa aba-aba, Erick memeluk tubuh Livia dan membawanya kedalam dekapannya.

Erick terisak kecil. Livia mengelus elus punggung bidang dari Erick. Livia tersenyum melihat tingkah Erick ini. Livia sudah tau, bahwa semua yang tadi ia lihat itu hanyalah sebuah kesalah pahaman. Ariana berciuman dengan Erick, itu karna Ariana yang hampir terjatuh dan menimpa tubuh Erick di parkiran.

"Akhirnya kamu sadar sayang. Aku khawatir banget sama kamu" Ujar Erick.

Livia menangkup wajah Erick, kemudian mengelus pipi, dan rahang tegas dari sang kekasih, kemudian ia menyatukan dahi mereka secara perlahan. "Aku gak papah" Ujar Livia selirih mungkin.

Livia hendak mencium Erick, namun Erick menjauhkan wajahnya dari Livia. Livia menatap Erick dengan tatapan tanya, sedangkan Erick menggelengkan kepalanya menatap Livia.

"Seorang pria sejati, gak akan merusak wanitanya sayang. Kalau kamu mau aku cium, mending dari sini aja yah" Ujar Erick seraya mendekatkan bibirnya pada dahi Livia.

Livia menutup matanya, merasakan benda basah nan kenyal itu menyentuh kulit dahinya.

Livia memeluk Erick dengan kuat, "Aku gak akan ninggalin kamu" Gumam Livia masih dapat di dengar oleh Erick.

Erick pun membalasnya, "Promise yah,, aku juga gak akan ninggalin kamu. Sehidup semati ok" Balas Erick juga.

Mereka saling berpelukan dengan bahagia, tanpa mengetahui bahwa di seberang sana, ada seseorang yang sedang meremas sebuah foto dengan emosi yang meluap-luap, terpancar dari matanya.

"Gak akan gue biarin kalian bahagia, dia cuman milik gue. Lo gak berhak dapetin dia" Gumam orang itu.

☆☆☆☆

Jumlah kata, 559 kata
Tanggal publis 10 Juni

Damn Novel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang