Pada akhirnya, Erza dan Tio pun di hukum membersihkan mansion dengan tenaga mereka sendiri selama seminggu, tanpa bantuan siapapun. Jika ada yang berani membantu mereka, maka ia akan di hukum juga oleh Livia.
Para anggota Wings, hanya dapat menatap prihatin pada Erza dan Tio, karna mereka juga tidak bisa melanggar perintah Queen mereka. Kalau di langgar, bisa-bisa mereka juga mendapat hukuman seperti yang dialami oleh Erza dan Tio.
"An, minta dokumen perusahaan dong. Gue mau liat, gimana peningkatan kita di sana" Pinta Livia pada Ana.
Ana mengangguk kemudian mencari sebuah dokumen yang tertumpuk bersama beberapa dokumen di dalam lemari kaca.
"Nih" Ujar Ana seraya menyerahkan sebuah dokumen dengan sampul hitam pada Livia.
Livia menerima dokumen itu, kemudian membacanya dengan seksama.
"Hmm, cukup meningkat yah beberapa bulan terakhir ini. Kayaknya kita bisa deh buka satu cabang perusahaan lagi di daerah luar" Ujar Livia menimang nimang.
"Tapi, kalau kita buka lagi, nanti kas perusahaan bakal menipis banget Liv, lo kan tau berapa ratus M yang di perluin buat bangun satu cabang dari perusahaan lo. Apalagi kalau luar daerah, bisa kere dong nanti brangkas yang di sini" Ujar Ana pada Livia.
"Haha, tenang aja An. Gue udah siapin kok. Yang di butuhin kan sekitar 200M buat pembangunannya, dan buat jalaninnya itu sekitar 250M jadi cuman kisaran 500M lebih doang, itu udah masuk para pekerja" Tukas Livia dengan enteng.
Ana menjatuhkan rahangnya keras. Bagaimana bisa Livia mengatakan hal itu dengan begitu mudah dan enteng. Ayolah, 500M itu tidak sedikit.
Memang sih kalau menggunakan 500M itu, masih ada sisa 200M di brangkas perusahaan. Tapikan tetap saja, pekerja di perusahaan mereka itu tidak sedikit. Tapi ratusan bahkan ribuan orang.
"Terserah lo deh. Tapi gue kasi tau yah, uang kas geng juga menipis Liv, jangan lupa dua bulan terakhir ini kita gak ada beli peralatan semacam pistol, bom atau senapan sama sekali. Jadi bulan ini kita harus beli" Tukas Ana pada Livia.
Livia berbalik menatap Ana dengan tatapan kaget. "Yang bener? Kenapa gak beli? Bukannya bulan lalu gue ngasih bagian yah buat kita semua beli senjata masing masing" Tukas Livia dengan menatap Ana.
Ana memutar bola matanya malas mendengar tanggapan dari Livia. "Lupa lo, bulan lalu lo kenapa? Inget, kalau lo gak mau ngeluarin biaya sebesar dulu lagi buat hal itu, jaga diri lo baik baik. Gue sama anak-anak lain sayang sama lo, jadi hargai perasaan kita" Tukas Ana.
Ana beranjak dari dekat Livia kemudian keluar dari ruang kerja Queen Wings itu.
Livia bungkam mendengar hal itu, "Sorry" Gumam Livia menyesali perbuatannya.
Namun itu semua juga bukan keinginan dari Livia, itu sudah takdir dari Tuhan, jadi mau tidak mau harus ia jalani.
➷➷➷➷
"Livia pulang" Ujar Livia seraya memasuki mansion keluarga Dickson.
Saat pulang, bukannya di sambut dengan tatapan hangat dan senyuman. Ia malah di sambut dengan tatapan dingin dan wajah penuh amarah oleh orang tuanya dan tatapan mengejek dari Agas.
"Udah pulang kamu? Dari mana aja kamu hah! Jam segini baru pulang, abis ngejalang kamu!" Teriak Brili pada Livia. Kemudian menampar pipi sang putri.
Plakk
Suara tamparan itu menggema di dalam rumah itu.Livia tersungkur ke belakang, karna mendapatkan serangan tiba tiba itu. Panas, itulah yang di rasakan oleh Livia pada pipinya saat ini.
"Cih" Livia berdecih pelan memegang sudut bibirnya yang agak terluka dan mengeluarkan darah akibat tamparan atau tepatnya pukulan itu.
Livia meneliti ruangan itu, ia menemukan Bi Tian sedang menangis tersedu-sedu di balik dinding ruangan itu dengan ruangan sebelah.
Livia menatap Bi Tian dengan tatapan, seakan berkata, 'Jangan nangis. Livia gak papah kok'. Di sertai dengan senyuman tipis dari wajahnya.
Namun bukannya berhenti Bi Tian malah semakin menangis tersedu-sedu.
☆☆☆☆
Jumlah kata, 598 kata
Tanggal publis 05 Juni
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn Novel [TAMAT]
Teen Fiction[TAMAT] FOLLOW SEBELUM BACA! Aulia, gadis yang sangat tertekan oleh keluarganya. Keluarga Aulia, selalu menuntut dirinya untuk menjadi yang terbaik, dalam hal apapun. Selalu menjadi yang pertama, adalah moto hidup dari Aulia karna keluarganya. Pad...