-44

36.9K 2.8K 75
                                    

Vote dulu sebelum baca ❤

Happy Reading!!


Kelopak mata itu mulai bergerak perlahan, jari-jari tangannya reflek bergerak saat sedang memaksa membuka mata.

Silaunya cahaya membuat netra itu mengerjab untuk beradaptasi.

Mata itu terbuka sempurna meskipun sayu, mata nya menatap beberapa orang yang mengelilingi nya.

Agarish menatap Bia yang terlihat lelah, yang berada disebelah kanannya dengan mengangkat sedikit alisnya.

Bianca mengelus punggung tangan Agarish yang bebas dari infus, kemudian mengangguk dengan senyum sedih dan mata berkaca-kaca.

Kemudian pandangan Agarish menatap keempat sahabatnya yang menampilkan ekspresi berbeda-beda.

"Hai..." Agarish dengan susah payah berucap dan melambaikan tangannya.

Mereka membuang wajah, tidak ingin menatap ketuanya yang tersenyum dengan beberapa alat medis ditubuhnya.

"Gua tau lo kuat!" Nathan berucap dengan tersenyum menyemangati.

"Cepet balikin Agarish yang gak akan pernah masuk ke tempat sialan ini." Celetuk Ben dengan menepuk pundak Agarish.

Alle terisak membuat Agarish menggeleng menatapnya. "Herkules nya Pegasus, gak boleh nangis!"

Pecah sudah tangis si bayi besar itu,
"A-Aga hiks.. Harus sembuh.. A-Alle hiks gak mau...hiks Aga sa-hiks sakit.." Ucap Alle tersedu-sedu, membuat mereka yang berada di ruangan ikut merasakan kesedihan. 

"Gue akan sembuh. Itu pasti!" Ucap Agarish mantap.

"Hiks..Harus! Soalnya hiks Alle gak ada yang bela kalo gak ada Aga hiks..
Mereka nak-kal.."

"Udah Le.. Ketua kita ini pasti sembuh. Jangan lebay ah!" Ben langsung menghentikan aksi Alle, tak kuat rasanya membayangkan kehilangan salah satu sahabat terbaiknya.

----

Malam ini cuaca tampak cerah dan cantik, dengan bulan sabit diatas langit yang gelap ditemani jutaan gemerlap bintang. Berbanding terbalik dengan suasana hati seorang gadis malam ini.

Bianca terlihat duduk termenung sendirian ditaman rumah sakit. Tadi dia pamit keluar sebentar kepada yang lainnya.

Ditangannya terdapat sebuah map merah. Ingatannya terlempar saat tadi berbicara dengan dokter Alvi, dokter spesialis yang selama ini merawat Agarish.

Penyakit yang diderita Agarish semakin parah, Agarish harus segera operasi dan melakukan kemoterapi untuk kesembuhannya. Tapi hanya 2 persen untuk Agarish bisa selamat. Itu membuat Bianca terguncang.

Penampilan gadis itu sangat kacau, dengan seragam sekolah yang masih ada sedikit bercak darah yang hanya tertutup cardigan, serta rambut yang dicepol asal.

"Hey.." Seseorang menepuk pundaknya membuat Bia tersadar dari lamunannya.

"Bang Caka.." Mata Bia kembali berkaca-kaca saat melihat Abangnya itu.

Segera Bia berhambur memeluk abangnya dan menumpahkan tangis
yang sedari siang ditahan nya mati-matian.

"A-aga hiks..." Bia meremas jas kantor Cakra.

AGARISH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang