-47

32.6K 2.5K 58
                                    

Happy Reading!!


Jemari tangan itu mulai bergerak pelan. Bola matanya mulai bergerak dan perlahan mengerjab.

Perlahan tapi pasti mata itu terbuka dan kembali terpejam saat sinar lampu menerpa netranya.
Pusing mulai dirasakan pemilik tubuh ini.

Setelah menetralkan tubuhnya dan pencahayaan, matanya melirik seseorang yang tertidur dengan pulas nya.

Terdapat kantung mata yang kentara dibawah mata panda gadis cantik itu.

Perlahan tangan Agarish terangkat dan kembali jatuh. Rasanya dia tak kuat menggerakkan anggota tubuhnya.

Tidak menyerah, Agarish kembali mengangkat tangannya dan berhasil.
Tanganya terulur menyentuh pipi Bianca yang terdapat bekas airmata.
Apa gadis ini tertidur sambil menangis?

Bianca yang merasakan sesuatu menyentuh wajahnya, mulai terusik.

Matanya mulai mengerjab dan terbuka dengan posisi kepala masih dikasur brankar.

Matanya melirik tangan seseorang yang menyentuh pipinya. Seketika dia terkejut dan duduk tegap menatap seseorang yang tersenyum menatapnya dengan sayu.

Alisnya terangkat mengerjab melihat Agarish yang sudah siuman. Tangannya terangkat penampar sedikit kencang pipinya.

"Sakit." Ujarnya.

Matanya kembali berair, bibirnya melengkung kebawah bergetar. Tangannya menyentuh pipi Agarish.

"Ini gak mimpi kan?" Air matanya jatuh dengan deras.

Agarish menggeleng  pelan membuat Bianca langsung memeluk tubuh lemah Agarish.

"Terimakasih Tuhan, terimakasih.."

"Terimaksih udah mau bangun hiks..." Bianca menangis diceruk leher Agarish.

"Jangan tidur lagi hiks.. Bia gak suka." Bianca melepas pelukannya kemudian mengecup kening dan kedua pipi Agarish.

----

"Kondisinya sudah stabil. Kedepannya kita akan melakukan pemulihan dan langsung melaksanakan sistem kemoterapi. Terus semangat Agarish!" Dokter Rauf menepuk pundak Agarish memberi semangat.

Agarish mengangguk dan tersenyum tipis sebagai respon.

"Kalau begitu, saya pamit undur diri. Selamat Siang!"

"Terimakasih dokter.." Bia tersenyum manis kepada dokter itu, berbanding terbalik sebelumnya, saat Agarish belum sadarkan diri.

"Gak usah senyum-senyum!"

Bia memudarkan senyumnya saat mendengar celetukan Agarish saat Dokter Rauf sudah keluar ruangan.

"Loh kenapa?" Tanya Bia heran.

"Ganjen!" Dengus Agarish kemudian memilih menonton televisi yang ada diruangan.

Bianca mengulum senyum gelinya, "Cemburu yaa? Dih.. Dokter itu udah tua kali." Goda Bia memicing.

"Apaan, enggak." Sahut Agarish tanpa menoleh.

AGARISH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang