51. Chika Dan Aura

1.3K 162 1K
                                    

Nyatanya.
Mencegah buat baper itu lebih baik di bandingkan mengobati patah hati.

-Ata L.B

Lagi dan lagi Vana hanya bisa berseru takjub kala dirinya memasuki vila milik keluarga Riyadi. Sangat luas, elegan, dan tentunya indah.

Namun, satu objek yang pertama kali menjadi perhatian Vana adalah akuarium yang berada di tengah-tengah di antara kedua tangga. Tentu saja yang di pertama kali oleh Vana itu, lantaran ketika pintu Vila terbuka maka akan terlihat jelas akuarium itu berada.

Melangkah mendekat, dan ternyata berisi ikan hias--sepertinya. Vana tak tahu pasti karena ia bukan lah orang yang bisa membedakan jenis ikan. Paling hanya ikan lele, bandeng, dan buntal. Tiga itu saja yang Vana tahu jenisnya, selebihnya tidak.

"Eh, ikan Molly nya lucu ya." Ranggi berceletuk, berdiri di samping Vana sembari ikut sedikit menunduk untuk memperhatikan ikan yang ada di akuarium.

"Molly?"

Ranggi mengangguk pelan, "jenis ikan yang katanya gak pernah mati. Hal itu karena cara perawatan ikan ini terbilang sangat mudah, makanya jarang ikan ini ada yang mati."

Vana mengangguk paham atas penjelasan singkat dari Ranggi.

"Banyak banget ikannya." Roy ikut bergabung, berdiri di samping kiri Vana. Tak menunduk, ia hanya berdiri sambil memperhatikan ke arah akuarium.

"Iya, ada berapa ya."

"26." Sontak saja celetukan Reni membuat ketiganya langsung menoleh secara bersamaan menatapnya.

"Kok tau?" Tanya Vana heran.

Reni diam sejenak, "ya mungkin aja, soalnya kalau gue lihat dari besarnya akuarium. Mungkin kapasitas nampung ikannya cuma bisa nampung 26 ikan."

Vaana kembali menoleh menatap akuarium, memang tak begitu besar sih ukuran akuarium nya.

"Lo dah pinter juga ternyata ya buat nebak."

Suara seseorang yang tiba-tiba saja masuk ke dalam Vila dan langsung berceletuk. Membuat mereka berempat langsung menoleh, menatap ke arah orang itu dengan pandangan yang cukup terkejut.

"Chika?"

Chika, orang yang cukup menyebalkan bagi Reni. Namun bagi entah bagi Vana, ia masih merasa cukup bersalah tentang kejadian di masa lalu--walau kesalahan itu tak sepenuhnya bukan salah dirinya. (Bagi yang penasaran kesalahan apaan, baca aja versi PB di novel, karena gue gak bakal jelasin di sini)

"Ngapain lo di sini?" Tentu saja sewotan itu di layangkan Reni kepada Chika.

Sedangkan Chika tersenyum miring, "Gue di undang."

"Sorry, gue gak lakuin ritual ngundang jelangkung."

"Lo-"

"Baru Dateng Chik?"

Kelimanya langsung menoleh, menatap Alvin serta Vano yang datang menghampiri.

"Kalian berdua? ... "

"Iya, saya undang Chika ke sini. Kalian gak lupa kan? Dulu di panti kan saya juga dekat sama Chika, jadi saya rasa ngundang dia di liburan ini gak ada masalahnya."

Semuanya terdiam. Chika tersenyum senang, namun Reni justru menatap sinis ke arahnya. Tatapan itu memperlihatkan dengan jelas akan sarat kebencian.

"Oke, mending kalian ke atas dulu gih. Tadi Bunda sama Mami bagi kamar tapi kalian malah belum Dateng."

Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang