21. Mencari bukti

1.1K 191 22
                                    


Udahlah.
Kodratnya, kita selalu jadi
Peran antagonis
Di cerita orang lain.

-Ata L.B

"Kenapa kamu nyuruh kami berdua gak ikut Liza tadi? Hampir aja Liza di tuduh tau gak."

Alvin tentu saja langsung protes kepada seseorang yang berada di hadapannya saat ini, yang tak lain adalah Aura. Sedangkan Vano hanya bisa diam dan memilih untuk mendengarkan perkataan aura selanjutnya.

"Kalau kalian ikut Vana, dan semuanya tau kalau kalian berdua ada di sini. Rencana yang udah di susun dari kemaren bakalan gagal."

"Tapi kalau Liza tadi kena tuduh gimana?" Alvin masih tak menerima tentunya.

"Udahlah, yang penting kan dia gak kena tuduh." Vano berusaha melerai, "Sekarang, mending cari siapa pelaku sebenarnya. Karena, bisa jadi abis Vina, nanti Vana yang kena."

Sontak saja perkataan Vano membuat keduanya langsung menatap ke arahnya. Apa yang di katakan Vano memang ada benarnya juga. Sekarang bisa jadi Vina, dan hanya di buat pingsan. Lalu nanti selanjutnya bisa-bisa Vana, dan mungkin akan di buat lebih dari Vina...

Vano menggeleng pelan,  mengenyahkan pikiran buruk di dalam benaknya tentang Vana. Jangan sampai hal itu benar-benar akan terjadi.

"Kayak mana caranya? Kita aja sembunyi-sembunyi Mulu, dan kayaknya Liza juga bakal nyariin kita berdua," ucap Alvin, membuat aura langsung berpikir.

Cukup lama keheningan menyelimuti mereka bertiga. Hanya ada suara deru ombak yang memecahkan keheningan, mereka sengaja berada di pinggir pantai yang jauh dari Villa. Supaya tak ada yang mengetahui bila mereka berada di sana.

"Kalian berdua harus nyamar." Aura menatap keduanya secara bergantian, "Lo Alvin, bakal nyamar jadi penjaga Villa. Dan Vano, Lo harus nyamar lagi jadi Vana."

Mendengar perkataan aura, membuat Vano langsung menatapnya datar. Menyamar jadi Adiknya sendiri, untuk yang ketiga kalinya. Sungguh membuat harga dirinya jatuh.

Ya, sudah terhitung Vano tiga kali menyamar jadi Vana. Dengan menggunakan wig, yang panjang rambutnya memang sepanjang Rambut Vana. Yaitu sebahu agak lebih dikit.

"Gak." Sudah cukup waktu itu saja ia menyamar menjadi Vana, tidak lagi untuk kali ini.

"Ah, ayolah Vano. Ini terakhir kalinya, abis ini enggak lagi deh."

Vano menghela nafas berat, berdecak kesal. "Oke, tapi bentar aja. Cuma buat nyelidikin doang."

Aura langsung tersenyum lebar, lalu mengangguk mantap. "Pasti, dan gue bakal kasih tau kalian berdua. Mulai darimana kalian selidikin hal yang janggal tentang kejadian tadi."

Oke, teka-teki semuanya akan dimulai.

Jangan cepat menyimpulkan sesuatu yang belum pasti dahulu.

✓✓✓✓✓

Deburan ombak yang menyentuh kakinya, membuat Vana cukup merasakan ketenangan. Apalagi di tambah semerbak angin yang menyapu kulitnya.

Memejamkan kedua matanya, lalu merentangkan kedua tangannya. Sangat tenang, tak seperti tadi.

"Ternyata Lo di sini."

Vana langsung menoleh kala mendengar suara seseorang yang berada di belakangnya. Dan ternyata adalah Ranggi, datang menghampirinya dan berada tepat di sampingnya.

Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang