Waktu adalah nafas,
Yang tak bisa kembali.-Ata L.B
"Kenapa sekolah?""Karena mau."
Bara menghela nafas, percuma ia bertindak keras pada Vana. Karena nyatanya Vana tetap bersikap santai tanpa sedikit takut sama sekali.
Saat ini Bara menyusul Vana ke sekolahan dan langsung menyuruhnya pulang, dan sekarang mereka berdua telah berada di dalam mobil milik Bara yang terparkir di depan sekolah Vana.
Dengan Vana yang merenggut sebal, sedangkan Bara berusaha mengintimidasinya namun rasanya percuma.
Karena Vana tak akan mempan bila di intimidasi, kecuali Leon. Vana memang tak takut pada tatapan tajam siapapun, terkecuali kakaknya Leon. Karena Vana masih canggung dengan Leon, lantaran Leon orangnya terlalu cuek. Makanya Vana merasa enggan untuk terlalu dekat.
"Kan itu kamu masih sakit lagi." Yang akhirnya Bara yang memilih mengalah dan berkata lembut.
"Aku bosen kak di rumah, dan di rumah juga cuma bisa nonton orang berantem."
"Berantem?"
Vana mengangguk, "Kak Rovi sama Kak Leon rebutan tv."
Bara langsung berdecak mendengarnya. Umur sudah masuk kepala dua tapi sifatnya masih kekanak-kanakan. Dan juga, ngapain rebutan tv yang ada di ruang keluarga? Sedangkan di setiap kamar masing-masing itu sudah punya tv.
"Yaudah, sekarang pulang. Rovi sama Leon udah berangkat ke kantor, dan kakak yang gantiin mereka buat jaga kamu."
Mendengarnya membuat Vana tambah mendengus, "Di jaga apaan sih kak? Aku udah gede. Lagian di sekolah ini juga kan ada Bangtan sama kak Vano."
"Mereka berdua sibuk ngurusin hal yang gak jelas, jadi kakak gak bisa jamin hal itu."
"Tap-"
"Turutin, atau kakak aduin sama Leon."
Vana langsung kicep, sepertinya Bara tau kelemahan Vana. Dan melihat Vana terdiam membuat Bara tersenyum, sebenarnya ia berbohong sih tadi. Mana mungkin ia mau aduin ke Leon, sedangkan yang paling tua adalah dirinya.
Bisa-bisa harga dirinya jatuh kalau sampai ia mengadu akan hal sepele ini pada Leon yang notabennya adalah adiknya.
"Tapi, mampir dulu ke kedai es krim ya kak," ucap Vana.
"Gak." Dan Bara menolak, membuat Vana menekuk wajahnya sebal.
"Cuacanya berkabut, gak cocok untuk minum es sekarang."
"Ih kak, tadi waktu di kantin aku udah pesen es krim tapi kakak malah Dateng." Keluh Vana, dan memang nyatanya, ketika jam istirahat tadi ia bersama Roy dan Ranggi ke kantin dan ia sudah memesan es krim.
Tapi sayangnya, sebelum es krim nya datang eh si Bara sudah datang duluan.
"Kakak turutin, atau aku yang balik lagi ke kantin buat makan es krim yang aku pesen tadi." Ancam Vana dengan wajah yang terlihat menggemaskan sebenarnya di mata Bara. Namun bagi Vana, wajahnya sedang garang sekarang.
Mengigit pipi dalamnya untuk menahan senyumannya, lalu beredehem pelan untuk mengalihkannya. "Oke, kita beli es krim."
Sontak saja Vana langsung menepuk tangan nya satu kali, membuat Bara menggeleng pelan melihatnya. Kemudian mulai melajukan mobilnya menjauh dari sekolah.
✓✓✓✓✓
"Hai Ren."
Baru saja Reni menutup lokernya, ia langsung di suguhi dengan wajah tampan Selatan. Membuat Reni berdecak, lalu memilih beranjak pergi. Dan tentu saja di susul oleh selatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Brother
HumorPunya pacar yang possesive memang lah epik. tapi, pernah juga gak sih? Lo bayangin untuk punya kakak yang possesive?. ✓✓✓✓✓ "Kak, aku pacaran boleh ga?" "Gak." "Kalau nikah?" "Gak! masih kecil." "Yaudah, kalau gitu putus aja." "Hah?" ✓✓✓✓✓ Queen Van...