34. Lomba

782 134 25
                                    


Percuma sekolah
Tinggi-tinggi
Kalau gak ada lift

-Ata L.B

"Loh? Roy? Kok Lo Dateng?"

Vana terkejut kala melihat Roy yang datang bersama Ranggi, menjemputnya di belakang panggung karena sebentar lagi ia akan tampil untuk lomba drama.

Ah ya, sudah seminggu penuh Vana berlatih. Dan semoga hari H nya ini ia bisa menampilkan dengan sebaik mungkin.

"Gue udah sembuh kali Van, gak usah khawatir." Roy tersenyum simpul, walau terlihat Vana masih tak sedikit yakin.

"Dia gak apa-apa Van, lagipula bentar lagi klub dia juga bakal lomba. Abis selesai Lomba drama ini tepatnya," ucap Ranggi.

"Hah? Serius?" Tanya Vana, dan di angguki oleh Roy.

"Tapi kaki Lo ka-"

"Udah baik-baik aja Van, Lo gak usah khawatir oke." Lagi dan lagi Roy kembali menyuruh Vana untuk tak mengkhawatirkannya.

Tapi, bagaimana Vana sendiri tak khawatir? Roy itu dari dulu selalu bilang baik-baik aja, tapi nyatanya enggak sama sekali.

Vana menghela nafas pelan, "Yaudah, Lo duduk ke kursi penonton gih sama Ranggi. Bentar lagi lombanya mau mulai."

Dan Roy serta Ranggi hanya mengangguk sebagai jawaban, kemudian berbalik badan dan pergi dari sana untuk menuju kursi penonton yang sudah di sediakan.

Sedangkan Vana kembali ke belakang panggung untuk siap di dandani.

Drama yang di ubah tetap temanya detektif, cuma pembahasannya saja yang di ubah. Vana tak mementingkan sebenarnya, namun ia sedikit penasaran. Kenapa naskahnya di ubah secara tiba-tiba?

"Van, ayo, giliran klub sekolah kita yang tampil."

Sepertinya Vana terlalu banyak melamun, sampai-sampai ia tak sadar jika penampilan nya sudah siap.

Ia mengangguk pada Alexa yang memanggil dirinya tadi, kemudian bangkit dari kursinya dan menuju ke atas panggung.

Sebelum naik, ia mencoba untuk mengatur nafasnya. Sedikit gugup tentu saja. Tapi setelah di atas panggung, rasa gugupnya seketika menghilang ketika melihat ke enam kakaknya, Oma Opa, Ayah, mama dan papa serta para sahabatnya yang memberikan semangat kepadanya.

Ia menarik nafas dalam, tersenyum lebar, kemudian mengangguk mantap.

Ia pasti bisa.

✓✓✓✓✓

Dan, yah.

Semua berjalan lancar.

Walau, klub Vana juara dua. Tapi tak apa, yang penting kata senior Vana adalah, rasa senang karena sudah berjuang.

Juara dua juga tak begitu buruk, setidaknya ada bayaran atas kerja keras mereka semua dari kemarin.

Vana melambai pelan kala semua orang sudah berniat akan pulang, lantaran hari juga sudah cukup petang. Bahkan semua keluarganya sudah pulang, Vana memaksa karena ia masih cukup lama untuk pulang.

"Van."

Vana menoleh, menatap Ranggi. Beruntung dia masih berada di sekolah, jadi Vana bisa menebeng pulang.

"Udah?

Vana mengangguk, kemudian ikut berjalan di samping Ranggi. Berjalan di koridor yang sangat lenggang, menuju ke lobby sekolah.

"By The Way, Roy udah pulang?" Pertanyaan Vana memecah keheningan.

"Ya, dia pulang bareng Reni."

Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang