14. Menyadari

1.5K 252 16
                                    


Bercandanya jangan
Kelewatan.
Kalau kelewatan,
Puter balik nya jauh.

-Ata L.B

"Loh Van? Kok kamu masih di sini?"

Vana berbalik, dirinya baru saja masuk ke mansion. Dan tak sengaja bertemu dengan bunda Shafira. Vana tersenyum canggung.

"Iya, Aku gak ikut."

"Loh? Kenapa?" Jelas saja bunda Shafira heran, lantaran semua keluarga Riyadi memaksa Vana untuk ikut. Tapi mengapa sekarang malah Vana di bolehkan untuk tak ikut.

Atau, "Gak ada yang tau kalau kamu gak ikut, ya?"

Vana menyengir, "Enggak."

"Kok-"

"Ah Bun, aku gak ikut ini juga karena bentar lagi klub sekolah aku mau lomba. Dan aku jadi peran utamanya, masa aku harus izin selama latihan." Vana tak bohong sepenuhnya, memang benar bila klub dramanya bentar lagi akan ikut lomba.

"Jangan kasih tau yang lain dulu ya kalau aku ketinggalan," ucap Vana, wajahnya di buat semelas mungkin. Ia khawatir bunda Shafira akan memberitahu yang lainnya.

Apalagi bus yang membawa semua keluarga mungkin masih belum jauh, dan bakal mudah kalau puter balik untuk menjemputnya.

Bunda Shafira menghela nafas pelan, lalu mengangguk. "Tapi, kalau sampai mereka marah. Bunda gak ikut campur ya, kamu sendiri yang nyari masalah."

Vana mengangguk mantab, membuat bunda Shafira hanya menggelengkan kepalanya. Mengacak rambut Vana pelan. "Yaudah, bunda mau ke caffe dulu."

"Oke Bun, bay."

Vana langsung menghela nafas lega, setelah bunda Shafira berlalu pergi keluar. Ia langsung melangkah menuju tangga. Menaikinya dengan tergesa-gesa, dan kemudian langsung menuju ke kamarnya. Mengambil kunci motor yang berada di atas meja lalu kembali keluar dari kamar.

Sempat bertemu dengan Tante bella di anak tangga, bahkan Tante Bella tampak sedikit heran namun kemudian berusaha acuh. Begitupun dengan Vana, mereka berdua saling melenggang pergi begitu saja dan mengabaikan.

Sifat Vana, bila di abaikan, maka ia akan mengabaikan balik. Buat apa di sapa, kalau di abaikan.

✓✓✓✓✓

"Gue kira Lo ke Prancis juga loh, ikut acara kelulusannya kak rovi."

Mendengar perkataan Reni, membuat Ranggi dan Roy mengangguk. Menatap Vana yang entah mengapa sedari tadi hanya terdiam, dan menjawab dengan kedua bahu yang terangkat acuh. Membuat ketiganya tentu merasa heran.

Tak biasanya Vana hanya diam seperti ini.

"Ah guys, gue ada tebakan nih." Suara Ranggi mampu memecah keheningan.

"Apa?" Tanggapan dari Roy membuat Ranggi tersenyum, dan Reni menangkupkan telapak tangannya di dagu, menatap Ranggi sedikit minat.

"Gajah, gajah apa yang baik?"

Reni maupun Roy terdiam, dan Vana hanya menyimak. "Ga tau." Reni langsung menjawabnya, begitupun Roy yang menggelengkan kepalanya. Membuat Ranggi mendengus, baru saja begini dan sudah menyerah.

Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang