19. Mulai awal masalah

1.2K 209 52
                                    


Teka-teki.
Banyak yang suka dengan itu.
Tetapi ada juga yang tidak menyukainya.

-Ata L.B

Vana tersenyum senang, kedua matanya berbinar semangat menatap pemandangan yang berada di depan matanya saat ini.

Sangat indah dan cantik, sayang bila di lewatkan.

Bis yang membawa siswa maupun siswi yang ikut study tour, baru saja sampai di tempat tujuan. Vana tak membawa kopernya, ia malah langsung turun dan kemudian berlari ke arah pantai.

Lagipula, pasti mengantri untuk mengambil koper. Jadi lebih baik ia ke pantai dahulu sebelum akhirnya ke villa dimana pihak sekolah---atau lebih tepatnya Tante Bella sudah menyewanya.

Omong-omong tentang Tante Bella, ia jadi kesal ketika mengingat kejadi beberapa jam lalu ketika akan berangkat tadi.

Awalnya Vana sudah mendapatkan tempat duduk, yaitu di samping Reni. Tapi dengan tidak kemanusiaannya, Tante Bella malah menyuruh Vana pindah tempat.

Kebetulan memang tempat duduk Vana berada di bagian paling depan sebelah supir. Tante Bella beralasan jika Vina mabuk perjalanan, dan dia harus duduk di depan.

Tak ingin ribut, Vana memilih mengalah saja. Walau Reni sempat melarang, tapi ia mengatakan tak apa. Untung saja ada tempat kosong di paling belakang, dimana terdapat lima kursi yang di sana ada Roy, Ranggi dan dua cowok lainnya.

Seandainya para kakaknya ikut, sudah di pastikan kejadian tadi tak akan terjadi. Dan Vana tak mengetahui bila Selatan dan Bara akan menyusulnya nanti. Lalu ada Vano dan Alvin, yang menaiki mobil terpisah.

✓✓✓✓✓

"Gue gak nyangka kalau tuh nenek lampir bakal nyewa vila semewah ini," ujar Reni, kedua matanya menelisik sekitar ruangan.

Kebetulan dirinya sekamar dengan Vana, dan sayangnya Vina juga sekamar dengannya.

Ya, satu kamar terdapat tiga orang. Tak rela sebenarnya, tapi Reni tak bisa memprotes juga. Karena bisa-bisa ia akan di ancam oleh Tante Bella. secara semua biaya akomodasi yang bayar adalah Tante Bella.

"Ya, semoga gue bisa nyaman disini." Vana ikut berkata.

Sial bagi Reni dan Vana, kasurnya hanya ada satu. Lebar sih, tapi artinya mereka akan se-kasur bertiga.

"Lo tidur di bawah aja ya Vin." Perkataan Reni membuat Vana ingin saja menggetok keningnya. Seenaknya saja menyuruh orang seperti itu.

Walau Vana memang sedikit membenci Vina karena sikapnya kembali seperti dulu. Tetapi tentu saja dirinya masih mempunyai rasa kemanusiaan. Tak mungkin ia membiarkan Vina untuk tidur di lantai.

"Gak usah ngadi-ngadi, kita tidur di kasur ini barengan." Vana sudah berkata duluan sebelum Vina yang protes.

"Tap-"

"Anais!"

Ketiganya sontak menoleh, sangat terkejut tentunya atas kedatangan Selatan dan Bara yang tiba-tiba saja sudah masuk ke dalam ruangan mereka.

"Kok kalian ada di sini?" Tentu saja Vana heran. Seingatnya, kelulusan Rovi masih dua hari lagi. Dan masih ada seminggu lebih semua keluarga berada di Prancis.

"Kami berdua pulang duluan," ucap Selatan seraya merangkul bahu Bara, sedangkan Bara langsung menyorotnya tajam. Membuat ia langsung melepaskan rangkulannya. Karena kejadian di bandara tadi, Bara jadi lebih sensi kepadanya.

Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang