Selalu ingat.
Ketika kau sedang senang, jangan pernah membuat janji.-Ata L.B
Berdiam diri sendirian di kursi tunggu. Membuat Vana sedikit bosan. Di tambah ponselnya juga kehabisan baterai, sehingga membuatnya tak bisa ngapa-ngapain selain hanya duduk dan diam.
Bukan tanpa sebab ia berdiam diri di sana, ia sedang menunggu Vano---yang sejak sepuluh menit yang lalu izin untuk ke toilet sebentar sebelum pulang.
Yah, hanya Vano dan Vana yang ingin pulang. Sedangkan Reni dan Ranggi masih berada di ruangan sahabatnya Ranggi.
Vana sengaja pulang duluan, ia takut di cari oleh keluarga terutama kak Bara. Lantaran ia dan Vano belum izin sama sekali bila pulang sekolah akan mampir ke rumah sakit.
"Baiklah pak, sebelum menemui dokter, ada baiknya bapak menjelaskan kepada saya. Jika, adakah anggota keluarga bapak yang mempunyai penyakit mental?"
Vana menoleh, menatap sang suster serta pria paruh baya yang sepertinya akan mendaftar untuk pengecekan dengan dokter.
Ia diam, dan memperhatikan.
"Ada mbak."
"Oh ya? Siapa itu? Dan kenapa?" Tanya sang suster, Vana semakin fokus menyimak.
"Anak saya, dia selalu percaya bila artis Korea itu adalah suaminya sendiri. Padahal masih sekolah SMP."
Mendengarnya tentu membuat Vana terkekeh pelan, lalu langsung menatap ke arah lain agar tak ketauan bila dari tadi ia menguping. Bertepatan juga dengan Vano yang datang.
"Kenapa ketawa?" Tanya Vano heran, ia kira Vana akan kesal menunggu. Tetapi, ternyata kelihatannya tidak.
Vana merubah mimik wajahnya seperti biasa kembali, "Enggak kok, tadi keinget yang lucu aja. Udah?"
Vano mengangguk, tak ingin kembali bertanya. "Iya, ayo."
Vana menyambut tangan Vano, kemudian mereka langsung beranjak pergi. Seraya berharap, semoga keluarganya tak tahu. Terutama Kak Bara.
✓✓✓✓✓
"Itu dia."
Baru saja Vana dan Vano masuk, mereka langsung di sambut oleh seluruh keluarga Riyadi. Semuanya menatap ke arah mereka, atau lebih tepatnya ke arah Vana. Membuat Vana yang di tatap tentu kebingungan sendiri.
"Kenapa? Kok, semuanya ada di sini?"
Tante Bella---mama dari Alvin bangkit berdiri dari duduknya, menatap Vana seperti peran antagonis pada umumnya. Seraya bersidekap di depan dada. "Kamu dari mana aja?"
"Dari..."
"Rumah sakit." Vano memotong perkataan Vana, dan tentu membuat Vana langsung melotot tak percaya. Menatap Vano dengan mimik wajah yang terlihat sebal.
"Siapa yang sakit?" Hampir seluruh anggota keluarga bertanya seraya serempak. Terkecuali Leon dan Selatan, mereka berdua terlihat hanya menyimak.
"Temen, tadi abis jenguk." Jawab Vano ringan. "Ada apa?"
"Tante cuma mau nanya sama Vana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Brother
HumorPunya pacar yang possesive memang lah epik. tapi, pernah juga gak sih? Lo bayangin untuk punya kakak yang possesive?. ✓✓✓✓✓ "Kak, aku pacaran boleh ga?" "Gak." "Kalau nikah?" "Gak! masih kecil." "Yaudah, kalau gitu putus aja." "Hah?" ✓✓✓✓✓ Queen Van...