18. Kesurupan

1.3K 189 30
                                    


Jika Lo dari kecil sampai sekarang belum pernah kesurupan.
Itu berarti setannya ilfil sama Lo.

-Ata L.B

"Woy, setan!"

Selatan hanya menyahut dengan deheman, matanya masih terfokus pada layar ponselnya yang tengah menampilkan sebuah film horor. Terlihat tak terlalu menanggapi Rovi yang memanggil dirinya.

"Lo di suruh ke sana sama opa."

Selatan berdecak, "Iya nanti."

Rovi memutar kedua bola matanya malas, sedangkan Leon malah mengambil tempat duduk di samping Selatan. Cukup penasaran dengan apa yang sedang di tonton oleh selatan saat ini. Sehingga berani mengabaikan Opa yang memanggilnya.

Dan rovi pun ikutan melihat, ternyata film horor. "Yaelah, saudara Lo sendiri Lo tontonin."

Selatan tetap tak menanggapi, masa Bodo dengan ejekan rovi. Terlalu malas juga berdebat. Sayang, tinggal Lima menit lagi filmnya sudah selesai.

Dan, ya, sudah lima menit. Filmnya selesai, Selatan langsung menyimpan ponselnya ke dalam saku jas.

"Kenapa?"

Rovi mendengus, "Lo di panggil opa."

"Korea?"

"Beda lagi itu."

Selatan menyengir, lalu menoleh menatap Leon. "Bang, Lo pernah kesurupan gak?" Entah kenapa Selatan tiba-tiba saja bertanya demikian.

Mungkin karena habis menonton film horor tadi. Makanya nanyanya begitu. "Pernah." Singkat seperti biasa, itulah jawaban Leon.

"Hah? Serius? Kapan?"

Leon terdiam, berpikir sejenak. "SD kelas 1."

"Yang waktu itu kamu kemah di hutan kan?" Rovi ikut mengingatnya, yang dimana waktu itu dia sempat nangis ingin ikut dengan Leon kemah juga.

Namun tak di bolehkan oleh mamanya, karena usianya saat itu di bawah satu tahun dari Leon. Ya, sekelas TK lah.

Rovi sedih tentu saja. Sekaligus kesal juga, dan iri. Kenapa Leon dapat ikut kemah sedangkan dia tidak.

Dan akhirnya ia pernah berdoa ketika habis shalat, berdoa supaya Leon pulang-pulang sakit.

Entah kebetulan atau tidak. Leon pulang duluan dari kemah, lantaran di kasih tau oleh gurunya jika Leon kesurupan. Yang dimana membuat tubuh Leon menjadi panas, dan demam selama seminggu.

Sampai akhirnya keluarga memanggil seorang ustad. Baru demam Leon menurun setelah itu.

Rovi sedikit menyesal, mengira bila karena dirinya lah Leon sakit. Tapi, ketika ia menceritakan hal itu pada mamanya. Mamanya hanya tersenyum lalu berkata bila itu bukan salahnya. Tapi jalan takdir yang terjadi.

"Sorry." Rovi meminta maaf, dan Leon hanya mengangguk acuh. Ia juga tak pernah menyalahkan Rovi.

Lagipula, ia malah dulu senang. Karena bisa di anggap sebagai pengalaman yang luar biasa yang di alaminya seumur hidup.

Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang