Kadang, alasan kita untuk maju
Bukan berarti sudah siap.
Tetapi,
Agar siap.-Ata L.B
Sudah terhitung enam hari Vana mengikuti Study Tour sekolahnya. Dan besok adalah hari terakhir dirinya berada di pantai ini.
Enam hari terakhir ini, bukanlah hari yang cukup menenangkan dan menyenangkan baginya.
Selain kejadian tentang Vina yang pingsan lalu terkunci dari dalam di dalam kamarnya, Vana juga berusaha mencari keberadaan Alvin dan Vano.
Dimana ia sangat yakin bila waktu itu apa yang dilihatnya bukanlah halusinasi, dan itu benar-benar nyata.
Namun, sayangnya Vana tak dapat membuktikannya. Bahkan ketika ia bertanya pada Bara Dan selatan pun, mereka berdua bilang kalau Vano dan Alvin masih di Prancis dan tak tak ikut bersama mereka pulang.
Tak percaya begitu saja, Vana memutuskan untuk menelpon kakaknya si Leon. Dan jawabannya sama persis dengan jawaban Bara dan Selatan.
Dan akhirnya Vana menyerah saja, lagipula, ia sudah menelpon Alvin dan Vano, tetapi sayangnya tak aktif.
Setelah itu, kemarinan ketika pulang dari penelitian pohon. Reni dan Vina malah bertengkar, Vana tak tau pasti penyebabnya. Karena ketika di tanya, mereka berdua malah semakin ribut.
Berakhir dengan Reni yang akhirnya tidur sekamar dengan Chika, dan Vana tetap sekamar dengan Vina.
Tentu saja Reni sempat menolak keras, apalagi dia dan Chika memang sangat tak bisa di katakan baik-baik saja. Tetapi, Reni hanya pasrah. Daripada harus sekamar dengan Vina.
Dan malam ini, semuanya berada di halaman villa. Pesta barbeque, untuk hari terakhir karena besok mereka sudah pulang.
Vana tak sibuk dan ikut bergabung dengan yang lainnya, ia memilih diam di kamar saja, dan memainkan laptopnya. Memindahkan berkas yang berisikan tentang pelajaran yang di teliti dari kemarin-kemarin selama mereka berada di pantai.
Vana meminjam flasdisht milik Ranggi tentunya, ia tak mau pusing-pusing. Lebih baik meng-coppy saja.
"Eh Van? Lo gak ikutan gabung?"
Tanpa menoleh kebelakang pun Vana sudah tau suara siapa itu. Ranggi, dia baru saja masuk ke dalam kamarnya. Tentu saja mengetuk pintu dahulu, baru masuk kemudian menyapanya.
"Males, mending di kamar aja."
Ranggi mengangguk pelan, lalu duduk di atas ranjang. Menatap Vana yang berada di meja belajar, tak jauh darinya.
"Masih lama?"
"Bentar lagi." Kedua mata Vana tetap fokus dengan layar laptopnya, ia tak menoleh sedikitpun.
Cukup selama satu menit akhirnya selesai, Vana langsung mencabut flasdisht nya lalu memberikannya pada Ranggi. Kemudian kembali duduk di bangku nya tadi.
"Mau jalan di pinggir pantai gak? Itung-itung sebagai hari terakhir ini." Tawar Ranggi, membuat Vana berpikir sejenak, lalu mengangguk setuju.
"Oke, gue ambil jaket dulu."
Ranggi mengangguk, lalu beranjak berdiri kemudian keluar duluan dari dalam kamar. Memilih menunggu Vana di luar kamar saja, dan tak lama dari itu Vana keluar dengan jaket berwarna pink yang sudah ia pakai.
"Ayo."
✓✓✓✓✓
Pest barbeque.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Brother
HumorPunya pacar yang possesive memang lah epik. tapi, pernah juga gak sih? Lo bayangin untuk punya kakak yang possesive?. ✓✓✓✓✓ "Kak, aku pacaran boleh ga?" "Gak." "Kalau nikah?" "Gak! masih kecil." "Yaudah, kalau gitu putus aja." "Hah?" ✓✓✓✓✓ Queen Van...