8. Who?

2.1K 300 14
                                    


Bermuka dua.
Mukanya kelihatan.
Cuma niat nya yang tidak.

-Ata L.B


"Baru tau gue."

"Apa?"

"Gak ada gempa bumi di mars."

"Lah? Kok bisa? Sok tau Lo."

"Iyalah, yang ada itu gempa mars."

Roy langsung merubah raut wajahnya menjadi Datar, sedangkan Vana hanya menyimak obrolan random dari Roy dan Ranggi. Daripada ikutan Gila.

Lain hal dengan Vana, Vano malah langsung beranjak pergi. Meninggalkan Vana dan yang lain nya di kantin. Entah pergi kemana, tapi Vana yakin bila Vano pasti pergi ke Klub nya.

"Eh Ren, Lo gak ke klub? Kak vano udah ke sana tuh."

Reni menoleh, dengan makanan yang terlihat penuh di mulutnya membuat Vana hanya bisa menggeleng. Dasar rakus. "Bebnhtar." Gak jelas suaranya, karena mulutnya penuh dengan makanan.

"Habisin dulu kali tuh makanan," ujar Ranggi, dan Reni hanya mengangguk sebagai balasan.

"By the way, gue heran deh." Suasana yang tadinya agak hening di antara mereka, kini jadi terpecah lantaran celetukan dari Roy.

"Apa?" Vana maupun Ranggi dengan kompak bertanya, membuat keduanya menoleh secara bersamaan. Sedangkan Reni entah di sengaja atau tidak, ia langsung berdehem agak keras. Dan Roy hanya diam.

Ranggi langsung membuang muka, sedangkan Vana seperti tampak biasa saja. Lalu menatap Roy, dan bertanya. "Kenapa?"

"Gue heran, kenapa pulpen di bank di tali semua? Kita mempercayai uang ke mereka, tapi masa mereka gak mempercayai sebuah pulpen ke kita?"

Hening, hingga Ranggi menjitak jidat Roy hingga membuat si empunya meringis. "Heh, Kalau gak di tali, yang ada nanti jatuh dan susah di cari. Atau enggak, pasti kebawa sama para nasabah. Harga pulpen emang gak seberapa, tapi bisa berabe juga tiap hari Gonta-ganti pulpen Mulu."

Roy langsung menyengir, sedangkan Vana hanya bisa menggeleng maklum. Belum ada satu tahun mereka bersama. Tapi terlihat seperti layaknya sahabat masa kecil.

"Gue izin ke klub ya, udah waktunya." Vana izin pamit, dan hanya di angguki oleh keduanya.

Sepeninggal Vana, keadaan di sekitar menjadi hening sesaat. Hingga, "Ro-"

"Ssstt, gak usah Ngadi-ngadi lagi, gue mau cabut juga, bay."

Tanpa menunggu jawaban dari Ranggi, Roy langsung beranjak pergi begitu saja. Membuat Ranggi mendengus kesal. Padahal kan ia cuma mau bertanya tentang Vana, bukan yang ngadi-ngadi.

✓✓✓✓✓

"Lo keliatan nya, dendam amat sama Vana."

Ia tersenyum, lalu mengangguk. "Jelas, hidup gue bakal tenang kalau bisa ngejauhin dia dari cowok yang gue suka."

"Bentar, terus yang waktu dulu Lo suk-"

"Itu hanya pengalihan, gue kira bakal bisa ngelupain. Tapi, nyatanya enggak."

Teman nya mengangguk, lalu mengipas-ngipaskan telapak tangan nya ke arah wajah. Maklum, berada di gudang yang kotor dan pengap. Tentu membuatnya kegerahan. Bukan tanpa sebab juga ia serta teman nya berada di gudang. Melainkan sedang menunggu kedatangan seseorang.

Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang