29. Mencari Si Pembuat Naskah

910 155 14
                                    


Hal terberat untuk
Diriku adalah memaafkan.
Mulut bilang "Iya."
Sedangkan di hati bilang "Tidak."

-Ata L.B

Mendengar suara bel pintu apartemennya, membuat Aura langsung bergegas membukakan pintu. Yang dimana sudah terdapat Alvin maupun Vano di depan pintu.

Dengan segera ia menyuruh Alvin ataupun Vano untuk masuk. Lalu menyuruh Duduk di sofa, sedangkan Aura pergi sejenak untuk mengambil sesuatu.

Tak lebih dari lima menit Aura sudah kembali, dengan laptop serta kabel charge-ran nya.

"Minggir." Aura mengusir Alvin yang menghalangi letak colokan listrik, dan Alvin lebih memilih diam dan langsung minggir saja.

Setelah mencolokan charge-ran nya ke laptop, dengan segera ia menghidupkan laptopnya. Tak menunggu lama, layar windows sudah tampil. Tangannya dengan cekatan membuka dokumen file yang berada di laptop tersebut.

Sedangkan Vano maupun Alvin hanya terdiam, dan menyimak dari belakang tubuh Aura.

Yang kebetulan saat ini Aura berada di bawah lantai, sedangkan Alvin dan Vano di atas sofa.

"Kalian pasti banyak pertanyaan kan, tentang kenapa gue nyuruh kalian ke sini. Dan naskah itu?"

Vano maupun Alvin hanya mengangguk sebagai jawaban. Vano juga sudah menjelaskan apa yang terjadi ketika di sekolah tadi kepada Alvin. Makanya Alvin paham dan ikut mengangguk tadi.

Aura menghela nafas berat, lalu menekan sebuah rekaman suara. Yang dimana terdapat suara Vana, dan orang lain yang sepertinya tengah memainkan drama.

Drama, yang isinya adalah jawaban dari apa yang terjadi kepada Vina ketika di pantai kemarin.

Hampir saja terjawab, namun sayangnya suara teriakan membuat semuanya menjadi terhenti. Setelah itu, rekaman suaranya berubah menjadi nada tinggi. Membuat kedua telinga mereka bertiga sedikit pengang.

Dengan segera aura menekan tombol mute, agar telinganya tak sakit lagi.

Vano menggosokkan kedua telinganya, masih sedikit pengang. "Kenapa suara Vana bisa kamu rekam?"

Aura menoleh, mengedikan kedua bahunya. "Gak tau. Tiba-tiba salah satu rekaman kecil gue ngerekam suara Vana waktu drama tadi. Tapi, kayaknya sih itu karena salah satu dari kalian gak sengaja naro rekaman kecil yang gue kasih ke tas sekolah Vana."

Alvin maupun Vano terdiam, mereka berdua baru menyadari bila kamar terakhir yang mereka pasang kamera serta perekamnya berada di kamar Vana. Namun, sepertinya tak sengaja jatuh ke dalam tas Vana yang memang posisinya di atas meja belajar yang dimana meja tersebut terdapat lemari di sampingnya.

Niatnya mereka menaruh di atas lemari, tapi tak menyangka bila perekamnya malah terjatuh ke dalam tas sekolah Vana.

"By The Way, Lo masih inget postur orang yang ngambil naskah itu?" Vano langsung mendongak, menatap Aura lantas mengangguk pelan.

"Postur tubuh dia itu tinggi, mungkin sekitar 170-an. Dan, kemungkinan besar dia seorang pria."

"Bentar, kenapa kamu yakin kalau dia itu pria?" Alvin memotong sebentar penuturan Vano, membuat Vano beralih menatapnya lalu menjawab. "Karena, postur dia kelihatan dengan jelas soalnya dia pakai manset hitam. Postur kayak gitu lebih identik ke pria di bandingkan wanita."

Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang