9. Kesal

1.9K 298 11
                                    


Tidak ada keluarga yang sempurna.
Terkadang berdebat, berkelahi, bahkan juga pernah diam satu sama lain.
Namun pada akhirnya, keluarga tetaplah keluarga. Dimana cinta akan selalu ada.

-Ata L.B

"Kalau kak selatan marah, gimana?"

Vana mengangkat kedua bahunya acuh, lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang miliknya. "Bodo amat, biarin aja."

Saat ini, Vina maupun Vana sudah berada di rumah. Tak memusingkan bila saat ini mungkin saja Selatan, Rovi, serta Alvin di buat kepusingan.

Tapi, Vana tak perduli, yang penting selama yang marah itu bukan Kakak nya Bara ataupun Vano. Vana tak perduli. Lantaran, cuma kedua kakak nya itu saja yang kalau sedang marah. Seram nya luar biasa, ya walau Vana belum pernah melihat mereka marah, hanya ngambek. Tapi, ia selalu mendengar bila kedua kakak nya itu adalah orang paling seram ketika marah.

Vina hanya menggelengkan kepalanya, lalu berjalan mendekat dan ikut merebahkan tubuhnya di samping Vana.

Hening sesaat, sampai Vina bersuara, "Eh, iya. Tumbenan kamu di kasih bawa motor ke sekolah."

Mata Vana yang awalnya terpejam rapat, kini terbuka lebar. Ia langsung saja bangun dari tidurnya. "Mampus!" Gumamnya, membuat kening Vina mengkerut heran dan ikut beranjak bangun.

"Kenapa?"

Vana menoleh, "Gak ada yang tau kalau gue bawa motor ke sekolah, dan..."

"Dan?"

Vana tampak ragu dan resah, menatap Vina dengan raut wajah Pias. "Kak bara yang bakal jemput gue."

✓✓✓✓✓


"Roy."

"Hm."

"Ulang tahun Vana kapan?"

Langkah Roy terhenti, menoleh menatap Ranggi yang kini terlihat tengah berpikir. "Lo mau ngapain?"

"Gue mau buat kej-"

"Percuma, dah lewat." Bukan Roy yang menjawab, melainkan Vano. Ia berlalu pergi begitu saja melewati mereka berdua, membuat keduanya hanya melongo.

"Roy.."

"Hm, bener kata vano. kalau Lo mau buat kejutan, percuma. Tanggal, hari, dan bulan nya udah lewat."

Mendengar penuturan dari Roy, membuat Ranggi mendesah kecewa. Padahal, niat nya baik. Tapi sayang nya telat.

✓✓✓✓✓


"Nyariin Vana kak?" Tanya Reni, kala melihat Bara yang terlihat celinguk sana celinguk sini. Seperti orang ling-lung, lucu.

Bara hanya mengangguk sebagai jawaban, "Si Vana tadi ada kerja kelompok kak, makanya dia pulang duluan."

Kening Bara mengkerut, menatap Reni dengan datar. Berdiam sejenak, ketika ingin bersuara namun urung lantaran Vano yang tiba-tiba saja datang.

"Vana gak ada," hanya itu yang Vano ucapkan, lalu langsung saja masuk ke dalam mobil Bara. Padahal Bara belum saja memberi perintah apapun untuk masuk, serasa seperti menjadi sopir. Dasar adek laknat.

Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang