44. Menang

964 127 70
                                    


Menang kalah
Dalam sebuah lomba itu hal yang biasa.
Tapi, jika kalah dalam mengejar cita-cita?

-Ata L.B

"Roy! Semangat!" Suara teriakan Vana tetap kalah pada suara bising orang sekitar, namun walau seperti itu Roy tetap melihat ke arahnya kemudian tersenyum sebelum akhirnya ikut berkumpul bersama tim nya.

Saat ini, Vana bersama Reni sudah duduk di sebuah tempat yang sudah di sediakan. Mengambil tempat duduk paling atas lantaran hanya tersisa itu tempatnya.

Lomba antar sekolah yang sebelum nya kemarin sempat di tunda karena lawan dari sekolah lain sedang berhalangan sehingga tak bisa hadir. Maka dari itu jadwal lombanya di undur, dan hari ini adalah pelaksanaan nya.

Lomba sepak bola, baru basket.

Yang berarti Roy duluan yang tanding, baru Ranggi.

"Woy Ren." Vana menyenggol pelan lengan Reni yang terlihat sibuk menatap layar ponselnya, dan hanya di jawab dengan deheman. "lo gak ikutan semangatin Roy?"

"Udah."

"Kapan?"

"Dalam hati."

Vana langsung mendengus, kemudian memilih abai dan kembali menatap lurus ke depan. Tersenyum lebar kala melihat Roy sudah berlari ke arah gawangnya, sebagai penjaga kiper sekaligus penjaga hati Ata---gak usah iri.

Sepak bola adalah suatu hal yang sangat di sukai Roy, Vana tau itu. Bahkan, berkat sepak bola juga ia dapat bertemu dengan Roy untuk pertama kalinya.

Pikiran Vana seketika memikirkan hal di masa lalu, yang dimana untuk pertama kalinya ia bertemu dengan Roy. Untuk pertama kalinya ia mempunyai seorang yang benar-benar sahabat selain Reni dsn Chika. Dan, pertama kalinya ia jatuh cinta walau bertepuk sebelah tangan.

✓✓✓✓✓

Selasa pagi, hari yang cukup cerah.

Mentari bersinar dengan teriknya, membuat Vana yang kebetulan waktu itu masih duduk di bangku SMP kelas 7. Datang menghampiri sebuah lapangan yang berada di belakang gedung sekolahnya.

Ia tak langsung mampir ke kelas, karena baginya percuma untuk berada di sana. Lantaran di kelas pun ia tak memiliki teman untuk di ajak berbicara, karena Reni sekolahnya berbeda dengannya.

Duduk di rerumputan hijau yang membentang, menikmati udara pagi yang tentu saja masih terasa segar.

Vana suka, ia suka dengan aroma ciri khas di pagi hari.

Hingga tiba-tiba saja sebuah bola yang entah berasal dari mana tiba-tiba saja mengenai kepalanya. Mulutnya sedikit ternganga tak percaya.

Hendak marah ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekat kepadanya, namun langsung urung ketika ia sudah mendongak dan menatap seorang pria yang----em bisa di katakan ganteng?

Maybe.

"Sorry, gue gak sengaja." Terlihat pria itu mengulurkan tangan pada Vana.

Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang