10. Koala

1.9K 287 45
                                    


Jangan kan manusia.
Ikan pun akan terhindar masalah
Jika mampu menjaga Mulutnya.

-Ata L.B

Dari pagi Vana sudah bangun.

Ia sengaja, meninggalkan bara sendirian di dalam kamar nya. Lalu pergi menuju dapur. Bukan apa-apa, Vana hanya ingin membuat suatu kejutan untuk Vano---kembaran nya. Lantaran karena dia, ia bisa bebas dari kemarahan Bara serta kakak nya yang lain.

Awalnya Vana bingung mau ngapain. Tapi tak lagi, setelah suatu ide muncul di benak nya. Yaitu memasak Nasi goreng khusus untuk Vano.

Ia sengaja bangun jam tiga pagi hanya untuk memasak. Lantaran, kalau ia sampai bangun di atas jam empat. Bisa-bisa dirinya akan ketahuan oleh bunda shafira atau mama Devina.

Dan jika ketahuan, bisa-bisa ia akan di larang. Dan di suruh untuk kembali ke kamar.

Namun, bila hanya ada pelayan. Vana masih bisa bernegosiasi sehingga mereka hanya pasrah mengizinkan.

Hampir lima belas menit Vana berkutat pada kompor dan masakan nya. Dan alhamdulilah hasil nya tak mengecewakan, tak mengenakan. Ya sedeng-sedeng lah. Moga Vano menyukai masakan nya. Siapa tau masakan nya bisa jadi iron man juga gitu.

Baru saja Vana mewadahi nya di sebuah piring, tiba-tiba saja ada yang menyendok nasi goreng nya. Sempat Vana khawatir, namun kemudian langsung menghela nafas lega.

Ternyata yang menyomot makanan nya adalah si selatan, yang tiba-tiba saja datang entah darimana. Emang dasar setan.

Hendak memprotes namun urung, lantaran vana lebih memilih abai saja. Daripada ia buang-buang waktu untuk berceloteh, lebih baik ia langsung pergi ke kamar Vano.

Mengabaikan Selatan yang memanggil dirinya.

✓✓✓✓✓

"Kenapa Lo ada di sini?"

Baru saja Vana masuk, pandangan nya langsung tertuju pada Vina yang entah kenapa bisa berada di dalam kamar vano. Dengan Vina yang berdiri di hadapan Vano yang masih duduk di atas ranjang.

"Vana?"

Vana berjalan mendekat, namun ia menaruh terlebih dahulu piring yang berisi nasi goreng masakan nya di atas meja.

"Ngapain Lo di sini? Pagi-pagi?" Vana bahkan menoleh menatap Vano, seolah-olah minta penjelasan.

Vano maupun Vina terdiam sejenak, hingga akhirnya Vano yang bersuara. "Dia ngambil buku fisika nya yang sempet aku pinjem semalam."

Vana tampak agak tak percaya, "Masa?"

Giliran Vina yang mengangguk, "Iya, nih bukunya." Vina menunjukan sebuah buku yang berada di tangan nya. Membuat Vana terdiam, lantas mengangguk pelan.

"Oh."

Vina tersenyum kecil, "Yaudah kalau gitu aku pamit keluar yah,"

"Hm, thanks." Vina hanya mengangguk sebagai jawaban atas perkataan Vano.

Vana menatap kepergian Vina hingga menuju pintu dan keluar dari kamar. Menyisakan Vano dan vana yang masih berada di dalam kamar.

Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang