43. Benda Berharga

849 137 9
                                    


Mereka berharga,
Mereka ada,
Tapi mereka tak nyata.
Halu!

-Ata L.B

"Van, kamu masih ingat kan, tugas Minggu lalu yang saya kasih?" Bu Melda, guru seni rupa di kelasnya. Bertanya Pada Vana yang kini tengah duduk anteng di bangku nya di samping Reni yang memasang ekspresi tak bisa di tebak.

"Masih kok Bu," jawab Vana santai.

"Coba apa?" Sepertinya Bu Melda ingin memastikan.

"Membawa benda-benda yang berharga."

"Oke, tapi kenapa kamu malah bawa ke-enam kakak mu?" Pandangan Bu Melda teralih pada sosok Rovi yang berada di belakang Vana dengan raut wajah yang cemberut. "Mana ada yang lagi maskeran lagi, astaga."

Jadi gini, pagi-pagi Vana ribut dan merusuh ke-lima kakaknya---minus Leon.

Vana membangunkan mereka dari pagi-pagi subuh, menggunakan panci yang ia pukulkan dengan keras. Menghampiri di setiap kamar. terus langsung membawa mereka semua ke sekolah walau dengan keadaan muka bantal. Bahkan Alvin langsung menarik Leon begitu saja untuk ikut bersama mereka.

Mereka juga lupa protes karena masih baru bangun tidur, dan baru protes ketika menyadari jika mereka semua sudah berada di sekolah. Namun waktu protes hanya lima menit karena bel masuk sudah berbunyi.

Keadaan ke-enam Kakak Vana sangat teramat mengenaskan. Terutama Rovi, dia masih pakai masker perawatan. Bahkan Selatan dan Vano saja masih memakai piyama tidur. Beruntung Bara dan Leon memakai jaket sehingga bisa menutupi baju piyama mereka. Sedangkan Alvin kebetulan tidur memakai baju biasa.

"Ya kan mereka benda benda berharga Bu," jawab Vana santai, yang dimana malah membuat Selatan gemas dan ingin saja mencekik Vana jika ia tak ingat bila Vana adalah adiknya.

"Tapi kan, mereka manusia Van." Bahkan Bu Melda tak habis pikir.

Memang, seminggu yang lalu ia memberi tugas pada mereka untuk membawa benda-benda yang menurut mereka sangat berharga. Tapi, membawa kakak bukanlah saran yang baik.

"Ih, kok ibu goblok sih?" Sontak saja celetukan Vana membuat seisi kelas terkejut, apalagi para ke-lima kakaknya minus Leon, dia justru malah tersenyum.

"Bukan adek gue," gumam Alvin.

"Gue gak kenal dia siapa." Dan selatan menyahut.

"Kayaknya ibu ini ketularan begonya kak Rovi deh."

"Lah kok jadi Saia?!"

"Kakak aku pernah kasih tau, kalau ada benda hidup dan benda mati. Para kakak sama Abang saya kan hidup, artinya benda hidup. Masa ibu gitu aja gak tau sih? Padahal ibu guru loh."

"Gila siapa yang ngajarin?" Vano tentu tak percaya, apakah ini benar-benar Vana?

"Intinya bukan gue," sahut Alvin.

"Apalagi saya." Bara ikutan menyahut.

Bu Melda bahkan berkedip dua kali, ingin marah tak bisa ketika melihat ada Bara. Kalaupun ia marah, maka tamat riwayat pekerjaannya sebagai guru. "Tapi Van, bukan gitu konsepnya."

"Ah Bu guru terlalu bego sih, jadi susah ngerti."

"Fiks bukan adek gue," ucap Selatan namun Leon justru berkata lain, "Kakak bangga punya adek kayak kamu." Dengan senyuman yang lebar sembari menatap Vana seolah-olah Vana sudah memperjuangkan sesuatu dan berhasil sukses.

Fiks Vana sama Leon pas emaknya lahir ngidamnya sama!

✓✓✓✓✓

Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang