Terkadang, dongeng tidak di awali dengan "Pada suatu hari."
Tetapi dengan, "Jika saya terpilih nanti, saya berjanji akan....."
Haha, omong kosong belaka.-Ata L.B
"Lo udah umur 17 tahun Van?" Tasya bertanya pada Vana.
Sembari berjalan menuju ke kantin, lantaran klub mereka sudah waktunya untuk beristirahat. Jadi, mereka berempat memutuskan untuk ke kantin. Berjalan pelan, sesekali menyapa balik orang yang mereka temui di jalan.
"Udah, kenapa?"
"Kalau gitu, udah bisa milih nanti ya?"
Vana menggeleng, "Enggak, soalnya gue belum buat KTP. Dan belum ke daftar."
"Yah, gue kira udah." Tampak bahu Tasya menurun, Terlihat sedikit kecewa. Membuat ketiga temannya mengkerut heran.
"Emang kenapa sih?" Tanya Alea.
"Enggak kok, cuma nanya aja." Tasya menyengir, membuat yang lainnya tambah penasaran. Namun mereka juga tak bisa memaksakan.
Meraka hampir dekat dengan kantin, sembari menuruni tangga. Perjalanan mereka di selimuti keheningan, hanya diam dan menatap sekitar. Hingga lagi-lagi Tasya bersuara dan bertanya.
"Gue punya pertanyaan nih buat kalian, kalau gue suruh kalian pilih otak sama uang seratus juta. Kalian pilih mana?"
"Otak lah." Alexa, Alea Serta Vana menjawab kompak. Sembari duduk di salah satu bangku yang berada di kantin---karena mereka sudah sampai di sana.
Di ikuti Tasya yang duduk di samping Vana, dengan senyuman anehnya. "Dih, kalau gue sih pilih duit, soalnya gue kan ada otak."
Ketiganya hanya diam dan menatap datar Tasya yang tertawa. Padahal tak terlalu lucu, lagipula Tasya hari ini agak aneh.
"Dan gue, tetep pilih otak. Soalnya buat apa duit? Keluarga gue aja punya banyak." Vana tak ingin kalah, membuat Tasya berdecak. Sedangkan si kembar langsung terkekeh geli.
Sepertinya, sifat Leon sudah nurun ke Vana. Tak ingin kalah dalam perkataan.
✓✓✓✓✓
"Si Ranggi kemana?" Vana baru saja datang, menyusul Vano serta yang lainnya ke atas rooftoof---tempat andalan mereka ketika bersama di sekolah.
Reni mengangkat kedua bahunya, "Gak tau, tadi dia mau di temenin sama si Roy, cuma dia nolak."
Di sana memang hanya ada Roy, vano dan Reni saja. Duduk di bangku yang sudah ter-sediakan di sana. Vana ikutan duduk di samping Vano.
"Klub Lo emang lagi sibuk ya? Tumbenan Lo telat ngumpul." Reni menceletuk, membuat yang lainnya menoleh.
Vana mengangguk, "Ya, soalnya bentar lagi ada lomba drama sekolah. Jadi, para senior lagi nyari siapa yang bakal jadi peran utamanya."
"Lah? Bukannya kemaren Lo dah kepilih jadi Queen?" Tanya Roy.
"Itu latihannya, kalau mau lombanya ya beda lagi."
Reni maupun Roy kompak ber-oh ria. Sedangkan Vano tetap terdiam seperti biasa. Hingga tak lama kemudian Ranggi akhirnya datang, dan langsung mengambil tempat duduk di samping Roy.
"Dari mana Lo?" Baru saja Ranggi duduk, Roy langsung bertanya.
"Nemenin si Andi, dia masuk rumah sakit. Cidera soalnya tadi."
"Pas main basket?"
"Gak, pas main bola bekel." Roy langsung mendengus mendengarnya, padahal ia kan nanya serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Brother
HumorPunya pacar yang possesive memang lah epik. tapi, pernah juga gak sih? Lo bayangin untuk punya kakak yang possesive?. ✓✓✓✓✓ "Kak, aku pacaran boleh ga?" "Gak." "Kalau nikah?" "Gak! masih kecil." "Yaudah, kalau gitu putus aja." "Hah?" ✓✓✓✓✓ Queen Van...