39. Pak Kepala Sekolah

785 135 20
                                    


Fungsi mulut di ciptakan di depan itu supaya gak ngomongin orang dari belakang.

-Ata L.B


"Van."

"Hm."

"Kenapa ya? Ka-"

"Kalau pertanyaan lo aneh lagi gue gampar lo ya."

Ranggi langsung merengut, sedangkan Vana menggeleng pelan.

Saat ini mereka berdua sedang berada di Rooftoof, sembari memperhatikan Roy yang masih latihan di lapangan bawah sana. Terlihat cukup jelas, makanya mereka memilih melihatnya dari sana.

Dan, sudah lebih dari tiga puluh menit Vana bersama Ranggi tapi Ranggi selalu saja bertanya hal-hal yang aneh padanya.

Seperti, "Kenapa ya? Kalau gue lagi sendirian itu gak mau ngobrol?"

Sudah jelas-jelas sendirian, ngapain di tanyain kalau gak mau ngobrol? Mau ngobrol sama setan?

Ah ya, ada lagi yang lebih aneh menurut Vana. Yaitu, "Buku adalah jendela dunia, terus di mana pintunya?"

Yang akhirnya hal itu membuat Vana jengah sendiri. Baru menyadari bila sifat dan kelakuan Ranggi serta Bangtan---Abang Selatannya tak jauh berbeda.

"Tenang aja Van, kali ini gue cuma ngasih tau bukan nanya kok."

Mendengarnya membuat Vana menghela nafas, namun tetap saja bertanya. "Apa?"

"Film Titanic kan udah di tayangin tuh berkali-kali. Tapi endingnya selalu aja nabrak es batu, emang dasar ya, mereka gak belajar dari pengalaman." Ranggi menggeleng miris, sedangkan Vana ingin rasanya mendorong Ranggi dari atas sini.

✓✓✓✓✓

"Sebentar lagi acara liburan keluarga akan di adakan kan?"

"Ya. Setelah lombanya si Roy, terus besoknya semua pada berangkat."

"Bagus, jalanin semua rencana yang udah saya berikan."

✓✓✓✓✓

Berjalan di koridor sendirian yang sangat sepi lantaran semua murid ke ruang aula. Lantaran tadi pihak kepala sekolah menyuruh untuk semua murid kumpul di sana, terkecuali Chika. Ia tak mau, masa Bodo.

Memilih ke ruang loker untuk mengambil sesuatu barang miliknya.

Namun urung karena baru saja ia ingin masuk ke ruangannya, suara pembicaraan dua orang teredengar. Membuat Chika langsung sembunyi di balik tembok, ia menguping karena merasa tak asing dengan suara siapa itu.

"Jadi, kamu bakal nyamar?" Dugaan Chika benar, suara ini adalah suara Vano. Ia sedikit mengintip agar tak ketahuan, lalu pandangannya mengarah ke seorang gadis yang berada di hadapan Vano.

Tubuhnya yang berlawanan arah membuat wajahnya tak bisa terlihat, sehingga Chika tak bisa memastikan siapa gadis tersebut. Namun, suaranya tak asing.

"Iya."

"Lalu?"

"Gue bakal berusaha deketin Reni."

"Kenapa Reni? Bukan Vina?" Tanya Vano heran.

"Karena gak mungkin kalau Vina pelakunya, Lo sama Alvin dah denger kan penjelasan gue kemarin?"

Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang